Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi masalah merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu daerah penyimpanan dokumen atau satu insiden tertentu .Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi masalah sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu masalah secaraintensif dan rinci.SementaraYin (1987) mengatakan batasan yang lebih bersifat teknis dengan pementingan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi masalah hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menemukan semuavariabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut sanggup dipahami bahwa batasan studi masalah meliputi: (1) target penelitiannya sanggup berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami aneka macam kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi masalah adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif semoga diperoleh pemahaman yang mendalam wacana individu tersebut beserta duduk masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya sanggup terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.
Pendapat serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito (2010: 92) studi masalah merupakan suatu metode untuk mengusut atau mempelajari suatu insiden mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode studi masalah ini dibutuhkan banyak informasi guna mendapat bahan-bahan yang agak luas.Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode lain.
Sedangkan W.S Winkel & Sri Hastuti (2006: 311) menyatakan bahwa studi masalah dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.
Dari pengertian di atas sanggup disimpulkan bahwa studi masalah merupakan metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam dan komprehensif.
Jenis-jenis Studi Kasus
Studi masalah kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan organisasinya. Studi masalah ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, alasannya sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
Studi masalah observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu daerah tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) aktivitas sekolah.
Studi masalah sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, dedikasi hidup seseorang, dari lahir hingga sekarang.
Studi masalah kemasyarakatan, merupakan studi wacana masalah kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu.
Studi masalah analisis situasi, jenis studi masalah ini mencoba menganalisis situasi terhadap insiden atau insiden tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi masalah yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, menyerupai suatu penggalan sebuah ruang kelas atau suatu aktivitas organisasi yang sangat spesifik pada bawah umur yang sedang berguru menggambar.
Tujuan Studi Kasus
Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, intinya peneliti yang memakai metoda penelitian studi masalah bertujuan untuk memahami obyek yang ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi masalah bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a, 2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi masalah yakni tidak sekedar untuk menjelaskan menyerupai apa obyek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa masalah tersebut sanggup terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi masalah bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian wacana ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi yakni wacana ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan sanggup dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, taktik atau metoda penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana (where), berapa (how many) dan seberapa besar (how much).
Sementara itu, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi masalah bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik yang terdapat di dalam masalah yang diteliti.Kasus itu sendiri merupakan penyebab dilakukannya penelitian studi kasus, oleh alasannya itu, tujuan dan fokus utama dari penelitian studi masalah yakni pada masalah yang menjadi obyek penelitian. Untuk itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus, menyerupai sifat alamiah kasus, kegiatan, fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan aneka macam hal lain yang berkaitan dan menghipnotis masalah harus diteliti, semoga tujuan untuk menjelaskan dan memahami keberadaan masalah tersebut sanggup tercapai secara menyeluruh dan komprehensif.
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik masalah sebagai obyek penelitian, VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa tujuan penelitian studi masalah yakni untuk mengatakan kepada pembaca laporannya wacana ‘rasanya berada dan terlibat di dalam suatu kejadian’, dengan menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual wacana insiden tersebut. Untuk itu, peneliti studi masalah harus secara hati-hati menggambarkan insiden tersebut dengan mengatakan pengertian dan hal-hal yang lainnya dan menguraikan kekhususan dari insiden tersebut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kutipan berikut ini:
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik masalah sebagai obyek penelitian, VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa tujuan penelitian studi masalah yakni untuk mengatakan kepada pembaca laporannya wacana ‘rasanya berada dan terlibat di dalam suatu kejadian’, dengan menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual wacana insiden tersebut. Untuk itu, peneliti studi masalah harus secara hati-hati menggambarkan insiden tersebut dengan mengatakan pengertian dan hal-hal yang lainnya dan menguraikan kekhususan dari insiden tersebut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kutipan berikut ini:
Case studies aim to give the reader a sense of “being there” by providing a highly detailed, contextualized analysis of an “an instance in action”. The researcher carefully delineates the “instance,” defining it in general terms and teasing out its particularities (VanWynsberghe dan Khan, 2007, 4).
Mengenal lebih jauh wacana Studi Kasus
Sering kali muncul pertanyaan wacana duduk masalah penelitian studi kasus. Pertanyaan itu tidak saja dari mahasiswa tetapi juga dari pihak lainyang punya minat penelitian. Dalam tradisi penelitian kualitatif dikenal terminologi studi masalah (case study) sebagai sebuah jenis penelitian. Studi masalah diartikan sebagai metode atau taktik dalam penelitian untuk mengungkap masalah tertentu. Ada juga pengertian lain, yakni hasil dari suatu penelitian sebuah masalah tertentu. Jika pengertian pertama lebih mengacu pada taktik penelitian, maka pengertian kedua lebih pada hasil penelitian. Dalam sajian pendek ini diuraikan pengertian yang pertama. Selain studi kasus, ada fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan etnometodologi yang masuk dalam varian penelitian kualitatif. Penelitian studi masalah memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang diangkat sebagai sebuah masalah untuk dikaji secara mendalam sehingga bisa membongkar realitas di balik fenomena. Sebab, yang kasat mata hakikatnya bukan sesuatu yang riel (realitas). Itu hanya pantulan dari yang ada di dalam. Sebagaimana lazimnya perolehan data dalam penelitian kualitatif, data studi masalah sanggup diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari aneka macam cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara lain, menyerupai observasi, dan partisipasi. Berbeda dengan metode penelitian kuantitatif yang menekankan pada jumlah atau kuantitas sampel dari populasi yang diteliti, sebaliknya penelitian model studi masalah lebih menekankan kedalaman pemahaman atas duduk masalah yang diteliti. Karena itu, metode studi masalah dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dengan lingkup yang sempit. Kendati lingkupnya sempit, dimensi yang digali harus luas, meliputi aneka macam aspek hingga tidak ada satu pun aspek yang tertinggal. Oleh alasannya itu, di dalam studi masalah sangat tidak relevan pertanyaan-pertanyaan menyerupai berapa banyak subjek yang diteliti, berapa sekolah, dan berapa banyak sampel dan sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa sebagai varian penelitian kualitatif, penelitian studi masalah lebih menekankan kedalaman subjek ketimbang banyaknya jumlah subjek yang diteliti. Sebagaimana sifat metode penelitian kualitatif pada umumnya, metode studi masalah juga sebaiknya dilakukan terhadap insiden atau tanda-tanda yang sedang berlangsung. Bukan tanda-tanda atau insiden yang sudah selesai (ex post facto). Unit of analysis bisa berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Perlu dipraktikkan konsep part and whole dalam penelitian jenis studi kasus. Apa artinya? Penelitian studi masalah harus dilakukan secara dialektik antara penggalan dan keseluruhan. Maksudnya, untuk memahami aspek tertentu perlu diperoleh citra umum wacana aspek itu. Sebaliknya, untuk memperoleh citra umum dibutuhkan pemahaman bagian-bagian khusus secara mendalam. Untuk memperoleh pengetahuan secara mendalam, data studi masalah sanggup diperoleh tidak saja dari masalah yang diteliti, tetapi juga dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal masalah tersebut dengan baik. Data atau informasi bisa dari banyak sumber, tetapi perlu dibatasi hanya pada masalah yang diteliti. Untuk memperoleh informasi yang mendalam terhadap sebuah kasus, maka dibutuhkan informan yang handal yang memenuhi syarat sebagai informan, yakni maximum variety, yakni orang yang tahu banyak wacana duduk masalah yang diteliti, kendati tidak harus bergelar akademik tinggi. Pertanyaan yang sering muncul yakni apa yang membedakan penelitian studi masalah dengan penelitian lainnya? Penelitian studi masalah menekankan kedalaman analisis pada masalah tertentu yang lebih spesifik. Metode ini sangat sempurna digunakan untuk memahami fenomena tertentu di suatu daerah tertentu dan waktu yang tertentu pula. Misalnya, wacana metode pengajaran matakuliah tertentu, di forum pendidikan tertentu dalam waktu tertentu ( yang masih dalam proses). Pertanyaan lain yang tidak kalah seringnya yakni apa hasil penelitian studi masalah bisa digeneralisasi atau berlaku secara umum. Secara jujur saya risau dengan pertanyaan itu. Sebab, selain istilah generalisasi tidak dikenal dalam metode penelitian kualitatif, hasil studi masalah memang tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi, alasannya lingkupnya sempit. Sebagai padanannya dikenal istilah transferabilitas, yakni hasil penelitian itu bisa berlaku di daerah lain manakala daerah lain itu mempunyai ciri-ciri yang sama dengan daerah atau lokus di mana penelitian itu dilakukan. Transferabilitas semacam itu bisa dilakukan jikalau penelitian bisa hingga tahap temuan formal, bukan sekadar substantif. Umumnya penelitian hanya berakhir pada temuan substantif, yakni dikala duduk masalah yang diajukan telah dijawab menurut data. Padahal, maslah ada satu tahap lagi yang harus dilalui jikalau diharapkan penelitian menjadi karya ilmiah yang baik, yaitu tahap temuan formal, berupa thesis statement dari hasil abstraksi temuan substantif. Selamat mencoba! |
Stake (1995) menyatakan bahwa suatu studi masalah memerlukan verifikasi yang ekstensif melalui triangulasi dan member chek.Stake menyarankan triangulasi informasi yaitu mencari pemusatan informasi yang berafiliasi secara pribadi pada “kondisi data” dalam membuatkan suatu studi kasus.Triangulasi membantu peneliti untuk mengusut keabsahan data melalui pengecekan dan pembandingan terhadap data.Lebih lanjut Stake “menawarkan” triangulasi dari Denzin (1970) yang membedakan empat macam tringulasi sebagai teknik investigasi yang memanfaatkan penggunaan sumber data, peneliti, teori dan metodologi.
Untuk member check, Stake merekomendasikan peneliti untuk melaksanakan pengecekan kepada anggota yang terlibat dalam penelitian studi masalah ini dan mewakili rekan-rekan mereka untuk mengatakan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti. Lebih lanjut Stake mengatakan sebuah “daftar cek kritik” untuk laporan studi masalah dan membaginya ke dalam 20 kriteria untuk menilai sebuah laporan studi masalah yang baik sebagai berikut:
- Apakah laporan itu gampang di baca ?
- Apakah laporan itu sempurna secara umum, yaitu tiap kalimat berkontribusi padakeseluruhan laporan ?
- Apakah laporan tersebut mempunyai sebuah struktur konseptual (misalnya temaatau isu) ?
- Apakah isu-isunya dikembangkan secara serius dan ilmiah ?
- Apakh kasusnya didefinisikan secara baik ?
- Apakah terdapat kisah pada presentasi ?
- Apakah pembaca mengatakan masukkan dari beberapa pengalaman yangmewakilinya ?
- Apakah kutipan-kutipan digunakan secara efektif ?
- Apakah heading, angka-angka, instrumen, lampiran, indeks digunakan secaraefektif ?
- Apakah laporan tersebut diedit dengan baik ?
- Apakah pembaca disarankan untuk menciptakan pernyataan baik itu lewat ataudi bawah interpretasi ?
- Apakah perhatian yang memadai telah dibayar pada bermacam-macam konteks ?
- Apakah data mentah yang baik akan ditampilkan ?
- Apakah sumber data dipilih dengan baik dan jumlahnya memadai ?
- Apakah observasi dan interpretasi yang muncul telah ditriangulasi ?
- Apakah peranan dan sudut pandang peneliti muncul dengan baik ?
- Apakah “sifat” audiens yang dimaksud akan nampak ?
- Apakah tenggang rasa ditujukan untuk semua aspek ?
- Apakah maksud pribadi penulis dikaji ?
- Apakah laporan tersebut muncul dan beresiko pada individu ?
Sedangkan Robert K.Yin mengemukakan mekanisme laporan studi masalah sebagai berikut : (1) kapan dan bagaimana memulai suatu tulisan; (2) identifikasi kasus: konkret atau tersamar ?; (3) tinjauan ulang naskah studi kasus: suatu mekanisme validasi. Untuk menyusun suatu kisah pada studi kasus, Asmussen & Creswell (1995) mencoba mengkaji studi masalah kualitatif wacana “respon kampus pada seorang siswa penembak” melalui laporan masalah substantive dari Lincoln & Guba. Format Lincoln & Guba ini dimulai dengan :
- membuktikan klarifikasi masalah, sebuah deskripsi yang terinci mengenaikonteks atau setting serta proses yang diamati, sebuah diskusi tentangelemen penting dan pada risikonya menyusun hasil penelitian melalui“pelajaran yang dipelajari”.
- setelah memperkenalkan studi masalah dengan duduk masalah kekerasan di kampus,kemudian penulis mengatakan deskripsi secara terinci mengenai setting dankronologis peristiwa. Kemudian beralih kepada tema penting yang munculdalam analisis. Tema ini terbagi ke dalam dua tema yakni: temaorganisasional dan tema psikologis atau sosio-psikologi.
- mengumpulkan data melalui wawancara dengan informan, observasi,dokumentasi dan materi audio-visual. Dengan menanyakan hal-hal sebagaiberikut : Apa yang terjadi ?; Apa yang dilibatkan dalam respon peristiwatersebut ?; Tema respon apa yang muncul selama 8 bulan ?; Konstruksiteoritis apa yang dikembangkan secara unik pada masalah ini ?
- naratif menggambarkan insiden dengan menghubungkan konteks padabingkai kerja yang lebih luas
- melakukan verifikasi masalah dengan memakai beberapa sumber datauntuk suatu tema melalui triangulasi dan pengecekkan anggota.
Daftar Pustaka
John W. Creswell. (1998). Qualitative Inquiry And Research Design: ChoosingAmong Five Traditions. London: SAGE Publications
Rahardjo, Susilo & Gudnanto.(2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise
Robert K. Yin. (1989). Case Study Research Design and Methods. Washington: COSMOS Corporation
Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling Studi & Karir. Yogjakarta: Andi
Winkel, WS & Hastuti, Sri.(2004). Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogjakarta: Media Abadi.
https://sch.paperplane-tm.site/search?q=05/pengertian-studi-kasus/
http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus
http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/203-mengenal-lebih-jauh-tentang-studi-kasus.html
0 Komentar untuk "Pengertian, Jenis Dan Tujuan Studi Kasus (Makalah)"