Merancang Atau Mendesain Studi Kasus

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut Yin (2012) studi masalah yakni suatu inkuiri empiris yang menilik fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, apabila batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau terperinci dan memakai aneka macam sumber atau multisumber bukti. Pengertian Studi Kasus Secara sederhana studi masalah sanggup diartikan sebagai suatu metode penyelidikan secara pribadi dengan latar yang alamiah dan memusatkan perhatian pada suatu insiden secara intensif dan rinci. Setiap penelitian empiris sekurang-kurangnya mempunyai desain peenelitian yang implisit, jikalau tidak bisa yang eksplsit.



Studi masalah menjadi metode paling sesuai untuk fase penyelidikan dari sebuah penelitian lantaran mengedepankan survey dan proses historis sebagai jalan untuk klarifikasi yang bersifat alasannya yakni musabab (kausalitas). Meskipun demikian, metode studi masalah hanya merupakan persiapan metode penelitian dan tidak sanggup digunakan untuk menggambarkan atau menguji suatu masalah.
Beberapa tantangan dalam penggunaan studi masalah sebagai sebuah metode, antara lain:
1. Peneliti harus mengidentifikasi masalah yang akan diteliti dan melaksanakan sistem pembatasan, mengenali beberapa opsi yang mungkin untuk dijadikan pilihan dan memahami masalah atau gosip yang layak untuk diteliti.
2. Peneliti harus mempertimbangkan untuk mempelajari satu atau banyak kasus. Motivasi peneliti untuk mempertimbangkan banyak masalah yakni ilham dari generalisasi sebagai substansi dari penelitian kualitatif.
3. Memiliki cukup informasi untuk mempresentasikan citra dari masalah yang membatasi nilai-nilai dari beberapa studi kasus. Dalam perencanaan studi kasus, harus terjadi pembangunan pola pengumpulan data dimana informasi-informasi dispesifikasikan menjadi data-data yang benar-benar dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian.
4. Memutuskan pembatasan dari sebuah kasus, termasuk pembatasan dalam hal waktu, kejadian, dan proses lantaran beberapa studi masalah cenderung tidak mempunyai poin permulaan dan simpulan yang jelas.
Dalam melaksanakan penelitian studi masalah dibutuhkan juga desain penelitian. Menurut Nachmias dan Nachmias (1976), desain penelitian yakni suatu planning yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Dalam hal ini desain penelitian merupakan suatu model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai kekerabatan kausal antarvariabel di dalam suatu penelitian.
Desain penelitian tersebut juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi, yaitu apakah interpretasi yang dicapai sanggup digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau situasi-situasi yang berbeda (Yin, 2012). Dapat disimpulkan bahwa desain penelitian mengarahkan peneliti pada sebuah mekanisme atau langkah-langkah yang menjadi pola sebuah penelitian sehingga peneliti tidak mengalami jalan buntu dalam melaksanakan penelitian.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan problem sebagai berikut “Bagaimana Merancang atau Mendesain Studi Kasus?”

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1.      Memenuhi kiprah mata kuliah studi kasus
2.      Memberikan informasi perihal studi kasus
3.      Memberikan informasi perihal merancang studi kasus
4.      Bahan diskusi perihal merancang studi kasus

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Desain Penelitian
Desain penelitian yakni keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian, hal ini penting lantaran desain penelitian merupakan seni administrasi untuk mendapat data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang kuat dalam penelitian (Sugiyono, 2010).
Menurut Yin (2011) studi masalah yakni suatu inkuiri empiris yang menilik fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau terperinci dan memakai aneka macam sumber atau multisumber bukti.
Sebagai defenisi ringkas, desain penelitian sebagai suatu planning yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Desain penelitian merupakan model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai kekerabatan kasual antarvariable dalam suatu penelitian. Desain penelitian juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi apakah interpretasi yang dicapai sanggup digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau kondisi-kondisi yang berbeda. (Nachmias dan Nachmias, 1976, hlm 77-78 dalam Yin, 1987). Tujuan pokok dari desain penelitian yakni membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.
B. Komponen-komponen Desain Penelitian
Untuk studi kasus, ada lima komponen desain penelitian studi yang sangat penting, yaitu:
1.      Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian berkenan dengan “W-H question” yaitu what, who, where, why dan how yang akan member rambu-rambu terhadap seni administrasi penelitian yang digunakan. Dari bentuk pertanyaan diatas, studi masalah paling cocok memakai pertanyaan How dan why.
2.      Proposisinya, jikalau ada
Proposisi mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki dalam ruang lingkup studinya. Contoh: peneliti mungkin berpikir bahwa organisasi bekerja sama untuk sebuah laba timbal balik yang besar. Proposisi ini mencerminkan gosip teoritis penting dan juga menyatakan kepada peneliti dimana ia harus mencari bukti yang relevan.
3.      Unit-unit analisis
Unit analisis berkaitan dengan problem penentuan apa yang dimaksud dengan “kasus” dalam penelitian. Contoh studi masalah perihal pasien histeria atau pemimpin yang otoriter. Pada situasi menyerupai ini, perorangan merupakan masalah yang akan dikaji, dan individu tersebut merupakan unit analisis. Sehingga informasi mengenai setiap individu yang relevan dikumpulkan.
4.      Logika yang mengaitkan data dengan proposisi
Penjodohan pola merupakan cara mengaitkan data dengan proposisi, penjodohan pola yakni pengelompokkan jenis-jenis data dalam satu kategori atau proses koding.
5.      Kriteria untuk menginterpretasi temuan
Setelah pola-pola dijodohkan atau dikategorikan maka diharapkan biar pola-pola tersebut memperlihatkan citra yang cukup terperinci perihal perbedaan citra sehingga temuan-temuan sanggup diinterpretasikan dengan baik.
Kriteria penetapan kualitas desain penelitian sangat kuat terhadap suatu penelitian. Demikian juga untuk penelitian studi kasus. Kriteria kualitas desain penelitian berkaitan dengan:
Validitas konstruk yakni tetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Dalam studi kasus, sanggup digunakan teknik multisumber bukti, memperlihatkan kesempatan kepada informan kunci untuk meninjau kembali draft laporan studi masalah yang bersangkutan.
Validitas internal merupakan kekerabatan sebab-akibat, dimana kondisi-kondisi tertentu diperhatikan guna mengarahkan kondisi-kondisi lain, untuk membedakan dari kekerabatan semu.
Validitas eksternal yaitu tetapkan ranah dimana temuan suatu penelitian sanggup divisualisasikan.
Realibitas  yaitu bahwa suatu penelitian menyerupai mekanisme pengumpulan data sanggup diinterpretasikan dengan hasil yang sama pada waktu yang berbeda.
Selanjutnya yakni pelaksanaan pengumpulan data dalam studi kasus. Bukti atau data untuk keperluan sebuah studi masalah intinya berasal dari enam sumber, antara lain:
1) Dokumen
Dokumen-dokumen sanggup berupa: surat, memorandum, pengumuman resmi, proposal, artikel-artikel, agenda, dll. Manfaat dari penggunaan bukti dokumen ini yakni untuk mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Dokumen membantu memverifikasi ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi yang disinggung dalam wawancara. Dokumen juga membantu memperlihatkan rincian informasi jikalau bukti documenter bertentangan dengan informasi dari sumber yang didapat maka peneliti mempunyai alasan untuk meneliti lebih jauh perihal topik yang bersangkutan. Kesimpulan juga sanggup dibentuk dari dokumen-dokumen terkait.
2) Rekaman Arsip
Berupa rekaman keorganisasian atau denah organisasi, daftar nama dan komoditi yang relevan, peta dan denah karakteristik geografis suatu tempat, rekaman daftar nomor telepon, buku harian, dll.
3) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam studi kasus. Wawancara dalam studi masalah terdiri dari beberapa tipe yakni tipe open-ended, yaitu peneliti sanggup bertanya kepada informan kunci perihal fakta-fakta suatu peristiwa, selain itu peneliti juga memperlihatkan kesempatan kepada informan untuk memperlihatkan opini perihal peristwa tersebut.
Tipe wawancara terfokus artinya wawancara akan terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara dan informan tidak diberikan kesempatan untuk memperlihatkan pendapat diluar dari pertanyaan yang diajukan. Dan tipe wawancara terstruktur artinya peneliti menyusun pertanyaan-pertanyaan tertentu sehingga memunculkan tanggapan yang berkorespondensi dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya.
4) Observasi langsung
Peneliti menciptakan kunjungan pribadi ke lapangan dengan perkiraan bahwa fenomena yang terjadi, pelaku atau kondisi lingkungan sosial relevan akan tersedia untuk observasi. Bukti observasi cenderung bermanfaat sebagai informasi pemanis perihal topik yang akan diteliti.
5) Observasi partisipan
Dalam hal ini peneliti tidak hanya bertindak sebagai pengamat yang pasif tetapi peneliti juga bertindak aktif dalam mengambil kiprah dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang diteliti.
6) Perangkat Fisik
Sumber bukti ini sanggup berupa perangkat fisik, peralatan teknologi, alat, pekerjaan seni atau beberapa bukti kultural lainnya. Contoh: sebuah perangkat hasil cetakan komputer sanggup digunakan sebagai sumber informasi perihal kualitas komputer tersebut.

Selain sumber individual diatas, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data studi kasus. Hal tersebut mencakup:
Berbagai sumber bukti yaitu bukti dari dua atau lebih sumber, tetapi sesuai dengan dengan serangkaian fakta dan temuan yang sama.
Data dasar yaitu cara mengorganisasikan dan mendokumentasikan data yang telah terkumpul berupa catatan studi kasus, dokumen studi kasus, materi tabulasi atau data survei, dan narasi.
Memelihara rangkaian bukti. Prinsip ini memungkinkan pengamat atau pembaca sanggup mengikuti asal muasal dari pertanyaan penelitian awal hingga dengan konklusi dari studi masalah yang disajikan. Hal ini mengacu pada sebuah skenario dari awal penelitian hingga dengan selesai sebagai suatu ikatan yang utuh dan sinergis, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami dengan baik studi masalah tersebut.

C. Desain-Desain Studi Kasus
Karakteristik umum desain penelitian berperan sebagai latar untuk memikirkan desain yang spesifik bagi studi kasus. Menurut Robert K. Yin, Studi masalah yakni strategik  yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan  how dan  why, bila peneliti hanya mempunyai sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam kehidupan nyata. Studi masalah yakni bentuk penelitian yang mendalam perihal suatu aspek lingkungan sosial termasuk insan di dalamnya.
Penelitian studi masalah sanggup dibedakan menjadi tiga tipe, masing-masing yakni tipe eksplanatoris, yaitu untuk menjelaskan kekerabatan kausal dalam konteks kehidupan nyata. Tipe eksploratoris, yaitu digunakan untuk mengeksplorasi suatu situasi yang tidak sanggup dievaluasi secara intevensi atau menurut single point saja. Dan tipe berikutnya yakni deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada kehidupan nyata.
Sementara itu, Yin  membagi penelitian studi masalah secara umum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi masalah dengan memakai masalah tunggal dan jamak/ banyak. Disamping itu, ia juga mengelompokkannya menurut jumlah unit analisisnya, yaitu (1) penelitian studi masalah tunggal holistik (holistic) yang memakai satu unit analisis.(2) Desain masalah tunggal terjalin (embedded) yang memakai beberapa atau banyak unit analisis. Penelitian studi masalah disebut terpancang (embedded), lantaran terikat (terpancang) pada unit-unit analisisnya yang telah ditentukan.

Untuk lebih jelasnya, kekerabatan antar kedua pengelompokkan tersebut, perhatikan tabel jenis-jenis penelitian studi masalah berikut ini:

Holistik(unit analisis tunggal)
Tipe 1                   
Tipe 3
Terjalin(unit multianalisis)
   Tipe 2                   
Tipe

Pada tabel di atas sanggup dilihat bahwa terdapat 4 (empat) jenis penelitian studi kasus, yaitu:
1. Penelitian studi masalah tunggal holistik (jenis 1 dan 2)
Penelitian studi masalah tunggal holistik (holistic single-case study) yakni penelitian yang menempatkan sebuah masalah sebagai fokus dari penelitian.
Yin menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk memakai hanya satu masalah di dalam penelitian studi kasus, yaitu:
a) Kasus yang dipilih bisa menjadi bukti dari teori yang telah dibangun dengan baik. Teori yang dibangun mempunyai proposisi yang jelas, yang sesuai dengan masalah tunggal yang dipilih sehingga sanggup dipergunakan untuk pertanda kebenarannya.
b) Kasus yang dipilih merupakan masalah yang ekstrim atau unik. Kasus tersebut sanggup berupa keadaan, kejadian, kegiatan atau kegiatan yang jarang terjadi, dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak untuk diteliti sebagai suatu kasus.
c) Kasus yang dipilih merupakan masalah tipikal atau perwakilan dari masalah lain yang sama. Pada dasarnya, terdapat banyak masalah yang sama dengan masalah yang dipilih, tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu dan biaya, penelitian sanggup dilakukan hanya pada satu masalah saja, yang dipandang bisa menjadi representatif dari masalah lainnya.
d) Kasus dipilih lantaran merupakan kesempatan khusus bagi penelitinya. Kesempatan tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti untuk sanggup meneliti masalah tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti mungkin tidak mempunyai jalan masuk untuk melaksanakan penelitian terhadap masalah tersebut.
e) Kasus dipilih lantaran bersifat longitudinal, yaitu terjadi dalam dua atau lebih pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat sempurna untuk penelitian yang dimaksudkan untuk pertanda terjadinya perubahan pada suatu masalah akhir berjalannya waktu.
Sementara itu, perbedaan antara penelitian studi masalah holistik (jenis 1) dan terpancang (jenis 2) yakni pada jumlah unit analisis yang digunakan. Pada jenis yang pertama, jumlah unit analisis yang digunakan pada umumnya hanya satu atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak sanggup dijelaskan, lantaran terintegrasi dengan kasusnya. Dalam penelitian studi masalah yang demikian, unit analisis tidak sanggup ditentukan lantaran masalah tersebut juga sekaligus merupakan unit analisis dari penelitian.
Sedangkan jenis yang kedua, penelitian studi masalah terpancang mempunyai unit analisis lebih dari satu. Hal ini sanggup terjadi lantaran didasari oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis. Tuntutan penggunaan lebih dari satu unit analisis biasanya disebabkan oleh tujuan penelitian yang ingin menjelaskan kekerabatan secara komprehensif dan detail setiap kepingan dari masalah secara lebih mendalam. Hal yang perlu diperhatikan yakni bahwa semakin banyak jenis unit analisis yang digunakan, sifat alamiah penelitian akan semakin kabur, lantaran cenderung menjadi penelitian yang terikat pada keberadaan unit analisisnya.
2. Penelitian studi masalah jamak (jenis 3 dan 4)
Pada dasarnya, penelitian studi masalah jamak yakni penelitian yang memakai lebih dari satu kasus. Penggunaan jumlah masalah lebih dari satu pada penelitian studi masalah pada umumnya dilakukan untuk mendapat data yang lebih detail, sehingga diskripsi hasil penelitian menjadi semakin terperinci dan terperinci. Hal ini juga didorong oleh impian untuk menggeneralisasi konsep atau teori yang dihasilkan. Dengan kata lain, penggunaan jumlah masalah yang banyak dimaksudkan untuk menutupi kelemahan yang terdapat pada penggunaan masalah tunggal, yang dianggap tidak sanggup digeneralisasikan.
         






BAB III  PENUTUP
Studi Kasus Tunggal Studi masalah tunggal pada umumnya hanya melibatkan satu lingkungan tertentu dan pada periode tertentu pula. Satu lingkungan dipilih lantaran dianggap mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh lingkungan lain. Dengan demikian, studi masalah tunggal tidak dimaksudkan untuk menciptakan kesimpulan yang akan diterapkan pada masalah lain. Adanya periode tertentu pada masalah memperlihatkan bahwa perlunya menilik suatu proses. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada aspek proses dan bukan hasil.
Sejumlah alasan yang sanggup digunakan untuk menentukan studi masalah tunggal 1) penelitian difokuskan pada lingkup yang terdapat keterkaitan subjek-subjek yang diteliti dalam kelompok, dan mengharuskan bahwa kelompok tersebut yang diuji 2) pada studi kasus, dalam kenyataannya semua aspek dari kehidupan sosial individu yakni saling berkait dan sering seseorang tidak cukup memahami tanpa pertimbangan dari yang lain.
Dalam bidang pendidikan, fokus studi masalah tunggal (individual case study) sanggup diterapkan untuk meneliti individu, program, peristiwa, atau proses yang diakibatkan oleh suatu konsep tertentu. Studi masalah tunggal sanggup juga dimaknai masalah organisasi, yaitu studi masalah untuk mendapat informasi perihal keterangan-keterangan organisasi.
Dalam Studi multikasus, peneliti yang melaksanakan penelitian dengan memakai lebih dari satu kasus, maka istilah yang digunakan yakni Multiple Case Studies. Pada awalnya, studi multi masalah (Multiple Case Studies) dipandang sebagai lawan dan berbeda dari studi masalah tunggal. Studi multi masalah dipilih untuk mengerjakan apa yang dipandang sebagai penelitian komparatif (Comparative Case Studies). Studi multi masalah mempunyai laba dan kerugian dibandingkan studi masalah tunggal. Studi multi masalah dipandang lebih kuat lantaran harus menuntut banyak sumber dan banyak waktu untuk menyelidiki. Studi multi masalah melibatkan pengumpulan dan analisis data dari beberapa kasus.
Penelitian multikasus sanggup menghasilkan kajian masalah untuk dilihat persamaan dan perbedaannya, sanggup melihat (menguji) keefektifan suatu teori yang diamati di beberapa kasus, dan sanggup melaksanakan generalisasi hasil dari beberapa masalah Alasan yang memperkuat peneliti harus menentukan penelitian multikasus

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Robert K. Yin. 2012. Studi Kasus; Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
http://asrori.blog.ca/etd/jtang2004./ metode dan desain studi kasus.




= Baca Juga =



Related : Merancang Atau Mendesain Studi Kasus

0 Komentar untuk "Merancang Atau Mendesain Studi Kasus"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)