Motivasi Dan Kreativitas Siswa

Pendahuluan
Untuk mewujudkan insan Indonesia yang mermutu dalam mengisi pembangunan dibutuhkan kiprah serta dari semua pihak salah satunya ialah forum pendidikan. Berbagai upaya terlah dilakukan oleh forum pendidikan yakni tingginya mutu pendidikan sanggup dipengaruhi oleh banyak sekali faktor diantaranya media pembelajaran laboratorium perpustakaan dan para penyelenggara pendidikan terutama tenaga pengajarnya.


Sehubungan dengan hal tersebut dilakukannya banyak sekali upaya demi meningkatkan pendidikan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Peningkatan pendidikan secara kauntitatif antara lain mencakup penambahan ruang belajar, penambahan laboratorium dan perpustakaan perlu dipikirkan, hal      ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan diadakannya tes setiap selesai semester untuk mengetahui prestasi siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan selama enam bulan disamping itu untuk mengetahui sejauh mana kebehasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dalam kurung waktu tertentu sesuai dengan kurikulum.

Telah banyak upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan termasuk faktor manusianya (tenaga pendidik) namun belum mencapai hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan.

Peningkatan kualitas guru dalam proses berguru mengajar yaitu salah satu dari upaya peningkatan mutu pendidikan lantaran guru berperan sekali dalam keseluruhan proses berguru mengajar. Siswa mengharapkan sekali dari guru bila harapan itu dipenuhi siswa akan merasa puas bila tidak ia akan

merasa kecewa. Guru sendiri harus menyadari kiprahnya dalam pertemuannya dengan siswa. Berperan sebagai guru mengandung tantangan, lantaran disatu pihak guru harus ramah, sabar, memperlihatkan pengertian, memperlihatkan kepercayaan, dan membuat suasana kondusif dan di lain pihak guru harus memperlihatkan kiprah mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, memberi koreksi, menegur dan menilai.

Sebagai pengajar guru harus membantu perkembangan siswa untuk sanggup mendapatkan dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi siswa untuk senantiasa berguru dalam banyak sekali kesempatan, jadinya seorang guru sanggup memainkan kiprahnya sebagai motivator dalam proses berguru mengajar bila guru itu menguasai dan bisa melaksanakan keterampilan-keterampilan didaktik dan metodik yang relevan dengan situasi dan kondisi para siswa. Dengan demikian siswa sanggup menyerap apa yang telah diajarkan oleh guru dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan kreatifitas siswa.




Pengertian Motivasi
Pengertian motif dan motivasi sukar dibedakan secara tegas, motiv memperlihatkan suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang menimbulkan orang tersebut mau bertindak melaksanakan sesuatu, sedangkan motivasi yaitu pendorong suatu perjuangan yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laris seseorang biar ia bergerak hatinya untuk bertindak melaksanakan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Roman Nata Widjaja dan H. A. Moin Moesa dan buku Psikologi Pendidikan yang menyampaikan bahwa : “Motiv adalah

suatu kondisi atau keadaan pada diri seseorang atau suatu organisme yang menimbulkan kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan suatu atau seperangkat tindakan atau prilaku. Motivasi yaitu suatu proses untuk meningkatkan motiv atau motiv-motiv menjadi tindakan atau prilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan”. Pada pecahan lain Emil H Tambunan menyatakan “Motivasi berati dari kata latin Movere yang artinya mengerakkan“.

Menurut pendapat Duncan yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa dalam konsep manajemen motivasi berarti setiap perjuangan yang di sadari untuk mempengaruhi prilaku seseorang biar meningkatkan kemampuan secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi. 3 Selanjutnya M. Ngalim Purwanto mengutip pendapat Vrom yang menyatakan : “ Motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap majemuk bentuk kegiatan yang dikehendaki”

Dari kenyataan devinisi yang kemukakan diatas motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laris manusia.
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2. Motivasi juga mengarahkan serta menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan tingka laris individu diatahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laris lingkungan sekitar harus menguatkan interaksi dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Sejalan dengan apa yang diuraikan di atas Hoy Wayne K. dan Miskel yang dikutip oleh M Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa: “Motivasi sanggup di devinisikan sebagai kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, ketegangan atau mekanisme-mekanisme lain yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan personal”.5 Sampai di sini jelaskan perbedaan antara motiv dan motivasi serta pengertian motivasi itu sendiri yaitu suatu perjuangan yang di sadari untuk mengerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laris seseorang biar ia terdorong untuk bertindak melakukan

sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Pengetahuan wacana proses motivasi member dasar pengerrtian mengapa insan berlaku sebagaimana adanya.

Teori Motivasi
Pada pecahan ini penulis akan membahas wacana beberapa teori motivasi antara lain yaitu :
1. Teori Hedonisme
Hedone yaitu bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan. Seperti dikatakan oleh M Ngalim Purwanto bahwa : “Hedonisme yaitu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada insan yaitu mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi”.6 Menurut pandangan teori ini insan pada hakekatnya yaitu mahluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Orang yang menganut teori ini setiap menghadapi perkara yang perlu pemecahan, orang tersebut cenderung menentukan alternatif pemecahan yang sanggup mendatangkan kesenangan dari pada yang menimbulkan kesukaran, kesulitan, kesengsaraan, penderitaan dan segala sesuatu yang menimbulkan tidak enak.
Pengaruh dari teori ini yaitu adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindar dari hal-hal yang sulit dan yang menyusahkan diri sendiri dan yang mengandung hal-hal yang beresiko berat, dan lebih suka melaksanakan sesuatu yang mendatangkan kenangan baginya. Sebagai contoh, siswa di suatu kelas akan bertepuk tangan bila mereka mendengar guru yang akan mengajar matematika tidak akan masuk dikarenakan sakit, seorang karyawan segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, akan tetapi menuntut honor dan upah yang tinggi. Dan
masih banyak lagi contobh yang lain yang memperlihatkan bahwa motivasi iti sngat diharapkan berdasarkan teori Hedonisme, para siswa dan karyawan tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara sempurna biar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan menenuhi kesenangannya.

2. Teori Naluri
Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi mutlak di perlukan untuk hidupnya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, melangsungkan dan mengembangkan, insan membutuhkan makanan, udara, ilmu, pengetahuan, juga persahabatan, komplotan dan lain sebagainya yang bekerjasama dengan hidup dan kehidupan.
Daya-daya yang mendorong insan dari dalam untuk melaksanakan perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu.
Menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa : “Naluri (dorongan nafsu) yaitu kekuatan pendorong maju yang memaksakan dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu”.

Naluri merupakan kekuatan di dalam diri insan yang mendorong kita untuk maju dan mempunyai benda-benda dan nilai-nilai itu. Naluri yaitu bentuk penjelmaan hidup tertentu, insan sebagai mahluk yang sadar akan diri sendiri, akan tetapi menyadari bahwa ia didorong, ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dalam garis besarnya naluri (dorongan nafsu) sanggup dibagi menjadi tiga golongan :

a. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan diri : Mencari makan kalau ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri biar tetap sehat, mencari proteksi diri untuk hidup aman.

b. Naluri (dorongan nafsu) menyebarkan diri : Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada insan dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan insan makin maju dan makin tinggi.

c. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan dan menyebarkan jenis : insan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga biar jenisnya dan keturunannya tetap berkembang dan hidup. Naluri ini terjelma dalam penjodohan dan perkawinan. Serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasan-kebiasaan atau tindakan dan tingkah laris insan yang diperbuatnya sehari-hari menerima dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh lantaran itu, berdasarkan teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Contoh, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi lantaran sering diejek dan dihina oleh teman-temannya lantaran ia dianggap kolot di dalam kelasnya. (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang ke arah yang negatif, kita perlu memberi motivasi, contohnya menyediakan situasi yang sanggup mendorong anak itu menjadi rajin berguru sehingga sanggup menyamai teman-teman sekelasnya.

Sering kita melihat seseorang bertingkah dalam melaksanakan sesuatu lantaran didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus, sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang lebih mayoritas mendorong orang tersebut melaksanakan tindakannya yang demikian itu.
Sebagai contoh seorang pelajar sangat tekun dan rajin berguru meskipun ia hidup diidalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal apakah yang mendorong pelajar tersebut sangat rajin dan tekun belajar? Mungkin lantaran ia benar-benar ingin menjadi arif (naluri menyebarkan diri) tetapi mungkin juga lantaran ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga pada saatnya ia sanggup hidup bahagia bersama keluarganya dan sanggup membiayai anak-anaknya (naluri mengembangjan dan mempertahankan jenis, dan naluri mempertahankan diri).

3. Teori Reaksi
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau sikap insan tidak berdasarkan nalurinaluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laris yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang berguru bila banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh alasannya yaitu itu teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik (guru) akan memotivasi anak didiknya, pendidik (guru) itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan bawah umur didiknya.

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita sanggup mengetahui pola tingkah lakunya dan sanggup memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi sesuatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak sekali mavam suku yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh lantaran itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda-beda pula, termasuk pelayanan dalam pinjaman motivasi terhadap mereka.

4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara Teori Naluri dan Teori Reaksi. Daya pendorong yaitu semacam Naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum, contohnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengajar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap-tiap individu berdasarkan latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh lantaran itu berdasarkan teori ini bila seorang pendidik (guru) ingin memotivasi anak didiknya ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang semenjak kecil tinggal di kawasan pedalaman dan terpencil kemungkinan besar berbeda dengan cara memperlihatkan motivasi kepada anak yang dibesarkan dan hidup di kota-kota besar yang sudah maju diberbagai bidang walaupun perkara yang dihadapi oleh siswa itu sama.

5. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang kini banyak dianut orang yaitu teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh insan pada hakekatnya yaitu untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis. Oleh lantaran itu berdasarkan teori ini apabila seorang pendidik (guru) bermaksud memotivasi siswa ia harus berusaha mengetahui lebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi yang telah mengemukakan teori-teorinya wacana kebutuhan dasar manusia. Salah satu teori kebutuhan yang sangat erat hubungannya dengan motivasi yaitu teori hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow. Maslow mengemukakan ibarat yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal yaitu : “Kebutuhan dasar insan itu terbentang, dalam satu garis kontinum dan berbentuk hirarki, dimulai dari kebutuhan terbawah hingga dengan kebutuhan teratas. Semua diklasifikasi menjadi lima macam kebutuhan dasar insan yaitu (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan harga diri dan (5) kebutuhan aktualisasi diri”.

Maslow, dengan teori Hirarki Kebutuhan menyatakan  bahwa: “Kebutuhan fisiologis kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri bisa juga disebut kebutuhan pertumbuhan, merupakan kebutuhan tertinggi”.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas sanggup kita jelaskan kebutuhan apa yang masuk dalam tiap-tiap tingkatan kebutuhan itu :
Aktualis
Harga
Sosial
Rasa aman
Fisiologis
a. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital yang menyangkut  fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme insan ibarat kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan sexs dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa kondusif dan perlindungan, ibarat terjamin keamannnya, terlindung dari ancaman dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.
c. Kebutuhan sosial yang mencakup antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.
d. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai lantaran prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.

Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang sanggup digunakan setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka contoh yang sanggup digunakan sewaktu-waktu bilamana diharapkan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang sanggup digunakan untuk mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melaksanakan sesuatu.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sanggup mengamati bahwa kebutuhan insan itu berbeda-beda, faktor-faktor yang mempengaruhi adanya tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau filsafat hidup, harapan dan harapan masa depan dari tiap-tiap individu.

Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan berdasarkan teori Maslow, kehidupan tiap insan sanggup dijelaskan sebagai berikut : Pada mulanya kebutuhan insan yang paling mendesak yaitu kebutuhan fisiologis ibarat pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan yang mendesak yaitu kebutuhan yang mendesak, amak timbul kebutuhan lain yang mendesak yaitu kebutuhan akan penghargaan. Demikian seterusnya hingga kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri, ingin menjadi orang populer dan ternama. Namun janganlah diartikan bahwa kehidupan insan itu akan mengikuti urutan kelima

tingkat kebutuhan fisiologis hingga dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri, proses kehidupan insan itu berbeda-beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat, kadang kala melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan melampaui tingkat kebutuhan tertentu yang lain dengan melampaui tingkat kebutuhan yang berbeda diatasnya. Atau pula kemungkinan terjadi lompatan balik dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi ke tingkat kebutuhan di bawahnya. Dengan demikian pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang berbeda dengan orang-orang lain.

Jenis-Jenis Motivasi
Tugas guru yaitu membangkitkan motivasi anak didik sehingga ia mau melaksanakan belajar. Dapat timbul dari dalam diri individu dan sanggup pula timbul akhir dampak dari luar dirinya.

Hal ini akan diuraikan sebagai berikut :
1. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akhir dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, contohnya siswa berguru lantaran ingin mengetahui seluk beluk suatu perkara selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan berguru untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun kini kebutuhan ini hanya sanggup dipenuhi dengan berguru giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan berguru disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel menyampaikan bahwa : “Motivasi Intrinsik yaitu bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”.10 Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, contohnya orang renta atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara berguru dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, dampak dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar.

2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul akhir dampak dari luar individu, apakah lantaran ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian jadinya ia mau belajar. Winkel menyampaikan “Motivasi Ekstrinsik, acara berguru dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan acara berguru sendiri”.

Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggagas ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu bekerjsama sanggup dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi berguru selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang kiprah dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya dampak dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi intinya hanya sanggup dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka motivasi berguru esktrinsik sanggup digolongkan antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar dmei menghindari hukuman.
c. Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi memperoleh kebanggaan dari orang yang penting (guru dan orang tua).
Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.

Peran Motivasi
Dalam upaya meningkatkan motivasi siswa, guru mempunyai kiprah penting dalam keberhasilan berguru siswa, beberapa kiprah itu antara lain :
1. Mengenal setiap siswa yang diajarkan secara pribadi. Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi, maka guru akan bisa memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan motivasi berguru siswa dilakukan secara sempurna pula walaupun guru itu berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas. Apabila guru mengenal siswanya secara pribadi beliau akan bisa pula memperlakuk,an setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa itu.

2. Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana kondusif dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melaksanakan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini sanggup membuat suasana sehat dalam kelas, suasana yang menyenangkan dan sehat itu menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian motivasi berguru siswa menjadi lebih baik.

3. Menguasai banyak sekali methode dan teknik mengajar dan memakai secara tepat. Penguasaan banyak sekali metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara sempurna membuat guru mampou mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa, tes utama di sekolah dasar sering timbul Susana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus menyimak perubahan suasana kelas sebagai akhir dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru sanggup mengembalikan gairah berguru siswa antara lain dengan merubah metode dan teknik mengajar pada waktu Susana bosan itu mulai muncul.

4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan putus asa di kelas menimbulkan gairah berguru siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan pada upaya menghilangkan konflik dan fustasi itu. Energi mereka habis terkuras untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak sanggup berguru dengan baik. Apabila guru sanggup menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan putus asa itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan sanggup dikembalikan kepada kegiatan belajar. konsentrasi penuh terhadap berguru itu sanggup meningkatkan motivasi berguru anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.

5. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru sanggup memperlakukan setiap siswa secara sempurna sesuai denga hal-hal yang diketahuinya dari tiap siswa itu.
Dengan penerapan peranan ibarat di atas, maka guru akan bisa menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada gilirannya guru akan bisa pla mengunakan teknik, motivasi secara tepat, baik dalam suasana kelompok maupun dalam suasana individual.


Kreativitas Siswa
Untuk lebih menjelaskan pengertian kreativitas, akan dikemukakan beberapa rumusan yang merumuskan kesimpulan arti mengenai kreativitas berdasarkan S. C. Utami Munandar “Krativitas yaitu kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada”.

Kreativitas sebagai daya cipta dan kemampuan untuk membuat hal-hal baru, sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang gres sama sekali, tetapi merupakan adonan hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Semua pengalaman yangtelah diperoleh seseorang selama hidupnya, termasuk segala pengetahuan yang pernah diperoleh dari keluarga, maupun masyarakat. Makin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang makin
memungkinkan orang itu memanfaatkan dan memakai segala pengetahuan dan pengalaman tersebut untuk kepentingan dirinya secara kreatif. Kreativitas tidak muncul begitu saja melainkan membutuhkan persiapan. Seorang anak duduk dibangku sekolah termasuk masa persiapan, ini lantaran pendidikan mempersiapkan seseorang biar sanggup memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Kreativitas merupakan kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan balasan terhadap suatu perkara dimana penekanannya yaitu pada kuantitas ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan balasan yang sanggup diberikan tehadap suatu perkara makin kreativitas seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya jadi tidak semata-mata banyaknya balasan yang sanggup diberikan yang menentukan krativitas seseorang tetapi tergantung mutu dan kualitas balasan itu sendiri.
Kemampuan memperlihatkan mengelaborasi juga merupakan salah satu cirri krativitas. Makara secara oprasional krativitas sanggup dirumuskan sebagai kemampuan yangmencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.

Banyak kegiatan yang sanggup dirancangkan oleh pendidikan yang semuanya bersifat menyebarkan dan meningkatkan kreativitas anak selalu menuntut anak untuk mempunyai majemuk gagasan dalam memecahkan suatu masalah, tidak hanya satu, inilah yang disebut berpikir divergen. Pemikiran majemuk arah berbeda dengan berpikir konvergen di mana anak tertuju untuk memperlihatkan suatu balasan paling sempurna terhadap suatu persoalan.

Kemampuan Berpikir Kratif Dan Ciri-Ciri Afektif Dari Kreativitas.
Ciri-ciri kreativitas yang bekerjasama dengan kemampuan berpikir seseorang yaitu fleksibilitas, orisionalitas perincian, dengan kemampuan berpikir kreatif dimiliki. Namun mempunyai ciri-ciri berpikir tersebut belum menjamin perwujudan krativitas seseorang. Ciri-ciri lain yang bekerjasama dengan perkembangan afektif seseorang sama pentingnya biar talenta kratif seseorang sanggup terwujud.

Menurut S. C. Utami Munandar “ciri-ciri yang menyangkut sifat dan perasaan seseorang disebut ciri-ciri afektif dari krativitas”.3 Motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu pengabdian, peningkatan diri terhadap sesuatu kiprah termasuk ciri-ciri afektif kreativitas.

Ciri-ciri afektif lainnya yang sangat esensial dalam menentukan prestasi kreatif seseorang ialah rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas banyak yang penuh dengan tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak gampang puas, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman baru, sanggup menghargai diri sendiri dan orang lain.

Sebagai pendidik guru bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kesejahteraan jiwa anak. Anak semenjak masuk sekolah gurunya juga menjadi tokoh panutan bagi anak. Sehubungan dengan ini perlu diingatkan bahwa apa yang dikatakan atau dinasehatkan oleh guru tidak akan berarti bagi anak, kalau sikap atau tindakan guru sendiri mencerminkan apa yang dinasehatkan. Dengan demikian guru dituntut untuk sanggup membuat suasana dalam kelas yang memupuk kesehatan mental anak.



Kesimpulan
Seperti apa yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu dalam penulisan ini maka penulisan ini maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa tujuan pendidikan hanya sanggup dicapai dengan kualitas sumber daya insan Indonesia yang menguasai ilmu dan teknologi.
2. Guru sebagai motivasi memegang kiprah penting dalam proses berguru mengajar terutama menumbuhkan motif-motif pada siswa.
3. Motivasi yaitu pecahan penting dari keberhasilan proses berguru siswa.
4. Dalam memotivasi siswa dibutuhkan keterampilan guru dalam melaksanakan kiprah profesionalnya.
5. Guru sebagai motivator memegang kiprah penting dalam menumbuhkan krekativitas siswa dalam proses belajarnya.

Daftar Pustaka
A. M. Mochtar, Syamsul Hidayat, Tanya Jawab Lengkap Garis-garis Besar Haluan Negara (Surabaya : Apollo, 1993).

Ibrahim Bafala, Supervisi Pengajaran dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru (Jakarta :Bumi Aksara, 1992).

M, Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990).

Natawidjaja, Rohman, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1991/1992).

Sardi Martin, Mencari Identitas Pendidikan (Bandung : Remaja Resda Karya,1990).

Tambunan, Emil H, Kunci Menuju Sukses dalam Manajemen dan Kepemimpinan (Banding Indonesia Publishing House, 1999).

Winkel, W. S, Psikologi Pendidikan, Jakarta Grafindo, 1991


Sardi, Martin Mencari Identitas Pendidikan (Kumpulan Karangan) (Bandung Alumni, 1991).


= Baca Juga =



Related : Motivasi Dan Kreativitas Siswa

0 Komentar untuk "Motivasi Dan Kreativitas Siswa"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)