Sentilan Allah.
- Kadang-kadang sebenarnya Allah menyentil kita tanpa kita sadari. Kenapa? Silakan baca kisah di bawah ini.
- Ada seorang mandor bangunan yang lagi ngerjain proyek bangunan bertingkat di suatu tempat. Mandor ini sebut saja namanya Amir lagi butuh sama pekerjanya untuk melakukan suatu pekerjaan. Amir yang kebetulan berada di lantai 5 berusaha memanggil pekerjanya yang lagi sibuk bekerja di bawah, katakanlah namanya Hasan.
- Mulailah Amir memanggil-manggil nama Hasan. Setelah sang mandor berkali-kali berteriak memanggil namanya, si Hasan gak kunjung menoleh, tetap sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin suara sang mandor Amir kurang keras dan gak terdengar oleh Hasan, belum lagi ditambah bisingnya suara alat bangunan yang riuh rendah menambah kegaduhan di proyek tersebut.
- Karena merasa perlu dengan pekerjanya tapi ogah buat turun ke lantai bawah mulailah sang mandor Amir mencari akal untuk menarik perhatian Hasan, pekerjanya. Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh ke atas, kemudian dilemparnya uang logam Rp. 1.000- yg jatuh tepat di sebelah si pekerja Hasan.
- Si pekerja hanya terhenti sebentar, merhatiin uang logam berkilat yang tiba-tiba ada di dedakatnya, memungut uang Rp 1.000 tersebut, masukin ke kantong dan melanjutkan pekerjaannya. Wah strategi pertama gagal. Tapi sang mandor Amir gak putus asa. Kalo uang seribu perak gak menarik hati Hasan mungkin karena nilainya kekecilan, akhirnya Amir melemparkan uang yang nominalnya lebih besar, uang kertas pecahan Rp 100.000 dan berharap si pekerja Hasan mau menengadah "sebentar saja" ke atas. Minimal nyari sumber uang merah itu dari mana, gitu lho !
- Tapi apa yang diharapkan Amir gak terjadi. Si pekerja, Hasan hanya lompat kegirangan karena menemukan uang Rp 100.000 entah dari mana dan kembali asyik kerja.
- Kesal juga si Mandor Amir melihat Hasan yang gak mempedulikannya. Dua strategi yang dicobanya, semua gagal. Akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yang tepat mengenai kepala si pekerja Hasan.
- Merasa kesakitan akhirnya si pekerja baru mau menoleh ke atas dan melihat darimana sumber batu kecil yang mengenai kepalanya. Sebisa mungkin dia pengen mendamprat orang yang berani melemparnya itu. Kemudian dia menoleh ke atas dan melihat kepala sang mandor melongok dari jendela lantai 5 dan mencoba berkomunikasi dengannya... Akhirnya komunikasi terjalin meski harus didahului dengan sebuah insiden pelemparan batu kecil.
Apa yang bisa dipelajari dari kisah ini?
- Kisah tersebut di atas sebenarnya sama dengan kehidupan kita. Allah, yang jiwa kita berada di tanganNya selalu ingin menyapa kita, hambaNya. Tapi boro-boro merhatiin kita selalu sibuk mengurusi "dunia" kita. Mulai dari bangun tidur sampe tidur lagi kita ngurusin dunia ini, katanya nyari rezeki Allah. Kalo sehari aja kita gak ngurusin dunia, keknya ada yang kurang gitu.
- Rezeki itu hak prerogatif Allah dan Allah yang bagi. Kita diberi rezeki dikit ato banyak, ya terserah Allah dong. Allah yang paling tahu seberapa besar rezeki yang kita butuhkan, bukan seberapa besar yang kita inginkan. Itu sebabnya kadang apa yang kita dapetin gak sebesar yang kita inginin.
- Setelah rezeki itu nyampe ke tangan kita sering kali kita lupa untuk menengadah bersyukur kepada yang Ngasih. Bahkan lebih seringnya kita gak mau tahu dari mana rejeki itu datang··· Kita cuek aja, yang penting dapet rezeki banyak. Nganggap kalo itu emang udah jatah kita. Kalo pun dapet rezeki sedikit kita juga cuek, pikirannya mungkin lagi sial...
- Apa ungkapan kita saat dapat rezeki banyak? Ya.. rezeki nomplok nih ! Bahkan kita selalu bilang ··· kita lagi "HOKI!" Dewi Fortuna (Dewi Keberuntungan) lagi menaungi kita.
- Yang lebih buruk lagi kita menjadi takabur dengan rezeki yang sejatinya milik Allah dan hanya dititipin ke kita. Kita merasa kalo rezeki itu adalah hasil usaha kita, hasil kerja keras kita, seolah kita yang paling jago dan gak ada campur tangan Allah sama sekali??? Wuih, kita manusia yang paling hebat hanya karena kebetulan dititipin rezeki yang lebih banyak dari orang lain.
- Akhirnya apa yang terjadi? Allah merasa perlu menyentil kita. Kita juga terpilih untuk mendapatkan lemparan "batu kecil" yg kita sebut musibah ...! agar kita mau menoleh kepada-NYA. Bukan buat nyakitin kita, tapi buat bikin kita eling, nyadar atas kesalahan kita. Sungguh Allah sangat mencintai kita.
- Gak ada yang sia-sia atas apa yang Allah kehendaki. Meski bagi kita sih musibah itu bikin kita menderita, bikin susah, menyiksa dan menyayat hati (aduuh lebay banget yak.?:) Tapi itulah cara Allah ngajarin kita, agar kembali menoleh mencariNya kemudian mengandalkanNya.
- Coba sejenak kita renungkan, meski di saat senang, rezeki lancar jaya, banyak dan berlimpah kita gak pernah ingat Allah, malah lebih sering sih kita abaikan ibadah kita. Suka gak dilaksanain, kalo pun dikerjain sekadarnya aja, sekedar penggugur kewajiban. Tapi pada saat musibah datang meluluh lantakkan hidup kita apakah lantas Allah ninggalin kita? Justru saat itulah Allah bersama kita. Kita aja yang mesti menoleh mencariNya dan berusaha berkomunikasi denganNya. Allah tahu kalo kita pada dasarnya baik, kuat, mampu menerima musibah ini. Itu sebabnya Allah ngasi kita kondisi ini..
- Marilah kita selalu ingat untuk menoleh kepada NYA sebelum Allah melemparkan batu kecil untuk menyentil dan mengingatkan kita.
Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Rezeki dan Sentilan Allah."