Juknis Pelaksanaan Penumbuhan Kebijaksanaan Pekerti / Pbh Menurut Permendikbud Ri Nomor 23 Tahun 2020 Wacana Penumbuhan Kebijaksanaan Pekerti

Sahabat Edukasi yang berbahagia...

Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2020 wacana Penumbuhan Budi Pekerti bahwasannya Pembudayaan Budi Pekerti yang selanjutnya disingkat PBP ialah kegiatan penyesuaian sikap dan sikap positif di sekolah yang dimulai berjenjang dari mulai sekolah dasar; untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dimulai semenjak dari masa orientasi akseptor didik gres hingga dengan kelulusan.

Dasar pelaksanaan PBP didasarkan pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya implementasi nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum hingga mewujud menjadi nilai konkret dengan card yang menyenangkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar kebangsaan dan kemanusiaan yang mencakup penyesuaian untuk menumbuhkan:

a.   internalisasi sikap moral dan spiritual, yaitu bisa menghayati kekerabatan spiritual dengan Sang Pencipta yang diwujudkan dengan sikap moral untuk menghormati sesama mahluk hidup dan alam sekitar;
b.   keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan persatuan bangsa, yaitu bisa terbuka terhadap perbedaan bahasa, suku bangsa, agama, dan golongan, dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan tindakan bersama sebagai satu bangsa, satu tanah air dan berbahasa bersama bahasa Indonesia;
c.   interaksi sosial positif antara akseptor didik dengan figur orang sampaumur di lingkungan sekolah dan rumah, yaitu bisa dan mau menghormati guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, warga masyarakat di lingkungan sekolah, dan orangtua;
d.   interaksi sosial positif antar akseptor didik, yaitu kepedulian terhadap kondisi fisik dan psikologis antar teman sebaya, adik kelas, dan abang kelas;
e.   memelihara lingkungan sekolah, yaitu melaksanakan gotong-royong untuk menjaga keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah;
f.    penghargaan terhadap keunikan potensi akseptor didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong akseptor didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan dirinya sendiri;
g.   penguatan kiprah orangtua dan unsur masyarakat yang terkait, yaitu melibatkan kiprah aktif orangtua dan unsur masyarakat untuk ikut bertanggung jawab mengawal kegiatan penyesuaian sikap dan sikap positif di sekolah.

B. Metode Pelaksanaan Penumbuhan Budi Pekerti

Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan diubahsuaikan dengan tahapan usia perkembangan akseptor didik yang berjenjang dari mulai sekolah dasar; untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dimulai semenjak dari masa orientasi akseptor didik gres hingga dengan kelulusan.

1) Sekolah Dasar

Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang pendidikan sekolah dasar masih merupakan masa transisi dari masa bermain di pendidikan anak usia dini (taman kanak-kanak akhir) memasuki situasi sekolah formal. Metode pelaksanaan dilakukan dengan mengamati dan menggandakan sikap positif guru dan kepala sekolah sebagai pola pribadi di dalam membiasakan keteraturan dan pengulangan.

Guru berperan juga sebagai pendamping untuk mendorong akseptor didik mencar ilmu sanggup berdiri diatas kaki sendiri sekaligus memimpin teman dalam acara kelompok, yaitu: bermain, bernyanyi, menari, mendongeng, melaksanakan simulasi, bermain kiprah di dalam kelompok.

2) Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/Kejuruan/Khusus

Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dilakukan dengan kemandirian akseptor didik membiasakan keteraturan dan pengulangan, yang dimulai semenjak dari masa orientasi akseptor didik baru, proses kegiatan ekstrakurikuler, intra kurikuler, hingga dengan lulus.

C. Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan didasarkan pada tujuh nilai-nilai dasar kemanusiaan yang tercantum pada poin A, yaitu jenis kegiatan yang mengandung nilai-nilai internalisasi sikap moral dan spiritual; keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan persatuan bangsa; memelihara lingkungan sekolah, yaitu melaksanakan gotong-royong untuk menjaga keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah; interaksi sosial positif antar akseptor didik; interaksi social positif antara akseptor didik dengan figur orang dewasa; penghargaan terhadap keunikan potensi akseptor didik untuk dikembangkan; Penguatan kiprah orangtua dan unsur masyarakat yang terkait.

D. Cara Pelaksanaan

Seluruh pelaksanaan kegiatan PBP bersifat konstekstual, yaitu diubahsuaikan dengan nilai-nilai muatan lokal kawasan pada akseptor didik sebagai upaya untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.

Seluruh pelaksanaan kegiatan PBP yang melibatkan akseptor didik dipimpin oleh seorang akseptor didik secara bergantian sebagai bab dari penumbuhan huruf kepemimpinan.

E. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan PBP sanggup dilakukan menurut acara harian, mingguan,
bulanan, tengah tahunan, dan tamat tahun; dan penentuan waktunya sanggup diubahsuaikan dengan
kebutuhan konteks lokal di kawasan masing-masing.

F. Kegiatan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan:

I. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual

Mewujudkan nilai-nilai moral dalam sikap sehari-hari. Nilai moral diajarkan pada siswa, kemudian guru dan siswa mempraktekkannya secara rutin hingga menjadi kebiasaan dan hasilnya bisa membudaya.

Kegiatan wajib:

Guru dan akseptor didik berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing, sebelum dan setelah hari pembelajaran, dipimpin oleh seorang akseptor didik secara bergantian di bawah bimbingan guru.

Contoh-contoh penyesuaian baik yang sanggup dilakukan oleh sekolah:

1. Contoh-contoh penyesuaian umum:

  Membiasakan untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama dan kepercayaannya baik dilakukan di sekolah maupun bersama masyarakat;

2.  Contoh-contoh penyesuaian periodik:

  Membiasakan perayaan Hari Besar Keagamaan dengan kegiatan yang sederhana dan
  hikmat.

II. Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinnekaan
Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan mendapatkan keberagaman sebagai anugerah untuk bangsa Indonesia. Anugerah yang harus dirasakan dan disyukuri sehingga keuntungannya bisa terasa dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan wajib:

1.   Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan ketetapan sekolah.
2.   Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus yang setara SMP/SMA/SMK dengan akseptor didik bertugas sebagai komandan dan petugas upacara serta kepala sekolah/wakil bertindak sebagai inspektur upacara;
3.   Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan akseptor didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib nasional atau satu lagu terkini yang menggambarkan semangat patriotisme dan cinta tanah air.
4.   Sebelum berdoa ketika mengakhiri hari pembelajaran, guru dan akseptor didik menyanyikan satu lagu kawasan (lagu-lagu kawasan seluruh Nusantara).

Contoh-contoh penyesuaian baik yang sanggup dilakukan oleh sekolah:

1.   Contoh-contoh penyesuaian umum:

   Mengenalkan bermacam-macam keunikan potensi kawasan asal siswa melalui aneka macam media dan kegiatan.

2.   Contoh-contoh penyesuaian periodik:

  Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui aneka macam media dan kegiatan.

III. Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik dengan Guru dan Orangtua

Pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara sekolah, akseptor didik dan orangtua. Interaksi positif antara tiga pihak tersebut dibutuhkan untuk membangun persepsi positif, saling pengertian dan saling dukung demi terwujudnya pendidikan yang efektif.

Kegiatan wajib:

Sekolah mengadakan pertemuan dengan orangtua siswa pada setiap tahun pedoman gres untuk mensosialisasikan: (a) visi; (b) aturan; (c) materi; dan (d) rencana capaian mencar ilmu siswa biar orangtua turut mendukung keempat poin tersebut.

Contoh-contoh penyesuaian baik yang sanggup dilakukan oleh sekolah:

1.  Contoh-contoh penyesuaian umum:

     Memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah.
     Guru dan tenaga kependidikan tiba lebih awal untuk menyambut kedatangan akseptor didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.

2.   Contoh-contoh penyesuaian periodik:

   Membiasakan akseptor didik (dan keluarga) untuk berpamitan dengan orangtua/wali/penghuni rumah ketika pergi dan lapor ketika pulang, sesuai kebiasaan/adat yang dibangun masing-masing keluarga;
   Secara bersama akseptor didik mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang akseptor didik secara bergantian.

IV. Mengembangkan Interaksi Positif Antar Peserta Didik

Peserta didik hadir di sekolah bukan hanya mencar ilmu akademik semata, tapi juga mencar ilmu bersosialisasi. Interaksi positif antar akseptor didik akan mewujudkan pembelajaran dari rekan (peer learning) sekaligus membantu siswa untuk mencar ilmu bersosialisasi.

Kegiatan wajib:

Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolah dan/atau rumah untuk mencar ilmu kelompok yang diketahui oleh guru dan/atau orangtua.

Contoh-contoh penyesuaian baik yang sanggup dilakukan oleh sekolah:

1.  Contoh-contoh penyesuaian umum:

     Gerakan kepedulian kepada sesama warga sekolah dengan menjenguk warga sekolah yang sedang mengalami musibah, ibarat sakit, kematian, dan lainnya.

2.   Contoh-contoh penyesuaian periodik:

   Membiasakan siswa saling membantu kalau ada siswa yang sedang mengalami petaka atau kesusahan.

V. Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah akan mempengaruhi warga sekolah baik dari aspek fisik, emosi, maupun kesehatannya. Karena itu penting bagi warga sekolah untuk menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah serta diri.

Kegiatan wajib:

Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dengan membentuk kelompok lintas kelas dan menyebarkan kiprah sesuai usia dan kemampuan siswa.

Contoh-contoh penyesuaian baik yang sanggup dilakukan oleh sekolah:

1.  Contoh-contdh penyesuaian umum:

   Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air, listrik, telepon, dsb) secara efisien melalui aneka macam kampanye kreatif dari dan oleh siswa.
   Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan.
   Membangun budaya akseptor didik untuk selalu menjaga kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab individu maupun kebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung jawab bersama.

2. Contoh-contoh penyesuaian periodik:

     Mengajarkan simulasi antri melalui baris sebelum masuk kelas, dan pada ketika bergantian menggunakan fasilitas sekolah.
     Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian regu.
     Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah, bergilir antar kelas.
     Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat.

VI. Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh

Setiap siswa mempunyai potensi yang beragam. Sekolah hendaknya memfasilitasi secara optimal biar siswa bias menemukenali dan mengembangkan potensinya.

Kegiatan wajib:

1.   Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari).
2.   Seluruh warga sekolah (guru, tenaga kependidikan, siswa) memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pembelajaran pada hari-hari tertentu untuk kegiatan olah fisik ibarat senam kesejukan jasmani, dilaksanakan secara bersiklus dan rutin, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu.

Contoh-contoh penyesuaian baik yang sanggup dilakukan oleh sekolah:

1. Contoh-contoh penyesuaian umum:

     Peserta didik membiasakan diri untuk mempunyai tabungan dalam aneka macam bentuk (rekening bank, celengan, dan lainnya).
     Membangun budaya bertanya dan melatih akseptor didik mengajukan pertanyaan kritis dan membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai aba-aba akan mengajukan pertanyaan;
     Membiasakan setiap akseptor didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara memperlihatkan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok;

2. Contoh-contoh penyesuaian periodik:

   Siswa melaksanakan kegiatan positif secara bersiklus sesuai dengan potensi dirinya.

VII. Pelibatan Orangtua dan Masyarakat di Sekolah

Pendidikan ialah tanggung jawab bersama. Karena itu, sekolah hendaknya melibatkan orangtua dan masyarakat dalam proses belajar. Keterlibatan ini dibutuhkan akan berbuah kontribusi dalam aneka macam bentuk dari orangtua dan masyarakat.

Kegiatan wajib:

Mengadakan bazar karya siswa pada setiap tamat tahun pedoman dengan mengundang orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa.

Contoh-contoh penyesuaian baik yang sanggup dilakukan dan/atau didukung oleh sekolah:

1.  Contoh-contoh penyesuaian umum:

     Orangtua membiasakan untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam untuk bercengkerama dengan anak mengenai kegiatan di sekolah

2.  Contoh-contoh penyesuaian periodik:

     Masyarakat bekerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan kerelawanan oleh akseptor didik dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.
     Masyarakat dari aneka macam profesi terlibat menyebarkan ilmu dan pengalaman kepada siswa di dalam sekolah.

Download selengkapnya Permendikbud No. 23 Tahun 2020 wacana Penumbuhan Budi Pekerti (PBH), silahkan klik pada links berikut. Semoga bermanfaat dan terimakasih... Salam Edukasi...!

0 Komentar untuk "Juknis Pelaksanaan Penumbuhan Kebijaksanaan Pekerti / Pbh Menurut Permendikbud Ri Nomor 23 Tahun 2020 Wacana Penumbuhan Kebijaksanaan Pekerti"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)