Tata Cara Tahiyat Awal Dalam Shalat

TATA CARA TAHIYAT AWAL DALAM SHALAT
Shalat harus dilakukan secara berkualitas, yakni pelaksanaan sesuai hukum atau tata cara Shalat yang diajarkan Rasullah SAW, serta efeknya sanggup meningkatkan ketaqwaan sesorang yakni mencegah perbuatan keji dan mungkar. Mari kita mengingat hadis Nabi saw dari Abu Hurairah ra, “Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari final zaman ialah shalatnya. Jika baik shalatnya maka ia akan beruntung dan selamat. Dan bila jelek shalatnya maka ia akan merugi. Jika ditemui ada kekurangan pada shalat fardhunya maka Rabb (Allah SWT) akan berkata (kepada malaikat), ”Lihatlah apakah hambaKu mempunyai amalan shalat sunah?” Maka kekurangan shalat fardhu akan disempurnakan dengan shalat-shalat sunah. Kemudian amal-amal lainnya akan dihisab ibarat itu. (Tirmidzi)


Coba perhatikan shalat kita. Tidak terhitung berapa kali kita lupa rakaat dalam shalat. Alih-alih bersedih dengan “lupa rakaat” shalat, seringkali kita justru menunda shalat lantaran urusan dunia. Atau bahkan meninggalkan shalat. Astaghfirullahal ‘adzim. Kita merasa terlalu sibuk sehingga shalat kita terabaikan. Padahal shalatlah yang pertama kali akan dihitung pada hari kiamat.

Dalam konteks berharganya shalat, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang siapa yang terlepas satu shalatnya, seakan-akan ia telah kehilangan seluruh keluarga dan hartanya. (Ibnu Hibban-At Targhib).  

Mari kita lakukan shlat dengan tata cara yang benar, itulah sebabnya kita akan melanjutkan pembahasan wacana tata cara shalat terkait Tata Cara Tahiyat Awal dalam Shalat.

Tasyahud Awal biasa dilakukan sesudah selesai dua dua rakaat, untuk shalat yang dilakukan 3 atau 4 rakaat.  Pada tasyahud awal, duduknya ialah secara Iftirasy, yaitu: duduk dengan melipat kaki kiri, meletakkan pantat di atas kaki kiri, menegakkan telapak kaki kanan serta menghadapkan jari-jari kaki kanan ke arah kiblat. Cara duduk ibarat ini dilakukan oleh Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah.

 “Beliau menjelaskan bahwa bila duduk dalam tasyahud awal, hendaklah dilakukan dengan thuma’ninah dan membentangkan paha kiri, kemudian bertasyahud.” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi dengan sanad jayyid)

Dari Abi Humaid As-Sa’idiy, dia berkata:
“Maka apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di raka’at kedua (tasyahud awal) dia duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Dan apabila duduk di raka’at yang terakhir (tasyahud akhir), dia memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki (kaki kanan) dan duduk di atas kawasan duduknya.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)

Meletakkan ajun di atas paha atau lutut kanan, dan tangan kiri di atas paha atau lutut kiri dengan posisi telapak tangan dibentangkan, dan jari-jari menghadap kiblat. (HR. Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan lainnya).

Posisi siku sejajar dengan paha. Artinya siku tidak dibentangkan ke samping. Sahabat Wail bin Hujr menceritakan,
وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
“(ketika duduk tasyahud) Beliau memposisikan ujung siku kanannya di atas paha kanan..” (HR. An-Nasai dan dishahihkan Al-Albani)

Maksudnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membentangkan kedua sikunya, namun sejajar dengan paha beliau. Sebagaimana keterangan Ibnul Qoyim dalam Zadul (1/247).

Sangat dianjurkan untuk mengisyaratkan jari telunjuk ajun ke arah kiblat dari awal duduk tasyahud atau dikala mulai membaca syahadat (Asyhadu allaa ilaaha illallaah..). Karena arahan jari telunjuk tersebut dilakukan mengiringi doa. Berdasarkan keterangan sobat Wail bin Hujr:


ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
Kemudian dia berisyarat dengan jari beliau, saya melihat dia menggerakkan jari beliau, dan berdoa dikala berisyarat. (HR. An-Nasai dan dishahihan Al-Albani)

Sebagian ulama menjelaskan, dianjurkan untuk memulaiisyarat dari awal tasyahud, lantaran lafadz At-Tahiyat merupakan mukadimah doa.

Sangat dianjurkan mengarahkan pandangan ke arah arahan telunjuk. Berdasarkan keterangan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dikala menceritakan cara shalat Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ فِي الْقِبْلَةِ، وَرَمَى بِبَصَرِهِ إِلَيْهَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan jari telunjuknya ke arah kiblat, dan dia mengarahkan pandangannya ke arah jarinya.” (HR. Nasai dan dishahihkan Al-Albani)

Adapun Cara mengisyaratkan telunjuk dikala tasyahud: ada 2 cara

a. Jempol disambungkan dengan jari tengah, sehingga membentuk lingkaran. Berdasarkan keterangan Wail bin Hujr:


وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى، ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً، ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ
“(ketika duduk tasyahud) Beliau memposisikan ujung siku kanannya di atas paha kanan. Kemudian dia dua jarinya dan membentuk lingkarang (jempol dengan jari tengah), kemudian berisyarat dengan jari telunjuknya.” (HR. An-Nasai, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)

b. Tiga jari : kelingking, jari anggun dan jari tengah digenggamkan, kemudian ibu jari diletakkan di atas jari tengah. Berdasarkan keterangan Az-Zubair bin Awam,

وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ، وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى
Beliau berisyarat dengan jari telunjuknya, dan dia meletakkan jempolnya di atas jari tengahnya. (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, dari Ibnu Umar,


وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ
Beliau menggenggam seluruh jarinya, dan berisyarat dengan jari telunjuknya. (HR. Muslim)


Salah satu Bacaan Ketika Tahiyat Awal:



ATTAHIYATUL MUBARAKATUS-SALAWATUT-TAIYIBATU LILLAH. ASSALAMU 'ALAIKA AIYUHAN NABIYU WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. ASSALAMU 'ALAINA WA'ALA 'IBADILLAHIS-SALIHIN. ASY-HADU ALLA ILAHA ILLALLAH. WA ASY-HADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH. ALLAHUMMA SALLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALA A-LI SAYYIDINA MUHAMMAD.


Segala ucapan selamat yang berkat-berkat (berganda-ganda) dan doa yang baik-baik semuanya untuk ALLAH. Selamat sejahtera atasmu wahai NABI dan rahmat ALLAHdan keberkatan-NYA. Dan selamat sejahtera atas kita dan juga hamba-hamba ALLAHyang baik-baik. Aku mengaku bahawa tiada ilahi melainkan ALLAH. Dan saya mengaku bahawa NABI MUHAMMAD itu utusan ALLAH. Ya ALLAH anugerahkanlah kesejahteraan atas NABI MUHAMMAD dan ke atas keluarga NABI MUHAMMAD

Video Tata Cara Tahiyat Awal Dalam Shalat




Shalat apabila dihiasi dengan khusyu’ dalam perkataan, dan gerakkannya dihiasi dengan kerendahan, ketulusan, pengagungan, kecintaan dan ketenangan, sungguh ia akan sanggup menahan pelakunya dari kekejian dan kemungkaran. Hatinya bersinar, keimanannya meningkat, kecintaannya semakin kuat, untuk melaksanakan kebaikan, dan keinginannya untuk berbuat kejelakan akan sirna. Dengan khusyu’, bertambahlah munajat seseorang kepada Rabbnya, demikian pula kedekatan Rabbnya kepadanya. Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa’I meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

“Senantiasa Allah ‘Azza wa Jalla menghadap hambaNya di dalam shalatnya, selama dia (hamba) tidak berpaling. Apabila dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun berpaling darinya.”

Khusyu’ mempunyai kedudukan yang sangat besar. Ia sangat cepat hilangnya, dan jarang sekali didapatkan. Terlebih lagi pada jaman kita kini ini. Tidak sanggup menggapai khusyu’ dalam shalat merupakan tragedi alam dan penyakit yang paling besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga merasa perlu berlindung darinya, sebagaimana dia shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a,

“Ya Allah, Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu’. (HR. at-Tirmidzi)

Dan tidaklah penyimpangan moral menimpa sebagian kaum muslimin, kecuali lantaran shalat mereka bagaikan bangkai tanpa ruh, dan sebatas gerakan belaka. Ath-Thabrani dan selainnya meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Yang pertama kali diangkat dari umatku ialah khusyu’ sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu’.”

Sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Yang pertama kali hilang dari agama kalian ialah khusyu’, dan yang terakhir kali hilang dari agama kalian ialah shalat. Kadang-kadang seseorang yang shalat tidak ada kebaikannya, dan hampir-hampir engkau masuk masjid tanpa menjumpai di dalamnya seorangpun yang khusyu’.

Shalat ialah penenang seorang muslim dan hiburannya, puncak tujuan dan cita-citanya. Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallamberkata kepada bilal, “Tenangkanlah kami dengan shalat.” Beliau bersabda, “Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat.” (HR. an-Nasa’I dan Ahmad)

Shalat menjadi penyejuk hati , kenikmatan jiwa dan nirwana hati bagi seorang muslim di dunia. Seolah-olah ia senantiasa berada di dalam penjara dan kesempitan, hingga balasannya masuk ke dalam shalat, sehingga gres sanggup beristirahat dari beban dunia dengan shalat. Dia meninggalkan dunia dan kesenangannya di depan pintu masjid, dia meninggalkan di sana harta dunia dan kesibukannya di dalam hatinya. Masuk masjid dengan hati yang penuh rasa takut lantaran mengagungkan Allah mengharapkan pahalaNya.

Abu baker ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, apabila sedang dalam keadaan shalat, seakan-akan ia ibarat tongkat yang ditancapkan. Apabila mengeraskan bacaannya, isakan tangis menyesaki batang lehernya.

Sedangkan ‘Umar al-Faruq radhiyallahu ‘anhu, apabila membaca, orang yang di belakangnya tidak sanggup mendengar bacaannya lantaran tangisannya.

Demikian juga ‘Umar bin abdul ‘Aziz rahimahullah, apabila dalam keadaan shalat, seakan-akan ia ibarat tongkat kayu.

Sedangkan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, apabila tiba waktu shalat, bergetarlah ia dan berubah wajahnya. Tatkala ditanya, dia menjawab, “Sungguh kini ini ialah waktu amanah yang Allah tawarkan kepada langit, bumi dan gunung, mereka enggan untuk memikulnya dan takut dengan amanah ini, akan tetapi saya memikulnya.”

Di antara insan ada yang shalat dengan tubuh dan seluruh persendiriannya, menggerakkan lisannya dengan ucapan, menundukkan punggung mereka untuk ruku’, turun ke bumi untuk sujud, akan tetapi hati mereka tida k bergerak kea rah Allah Sang Pencipta Yang Maha Tinggi. Mereka menampakkan ketundukkan, sedangkan hatinya lari menjauh. Mereka membaca al-Qur’an, akan tetapi tidak meresapinya. Mereka bertasbih, akan tetapi tidak memahaminya. Mereka bangun di hadapan Allah dan di dalam rumahNya, akan tetapi bahu-membahu pandangannya kea rah pekerjaan mereka, tinggal bersama ruh mereka di kawasan tinggal mereka. Begitulah keadaannya, seseorang telah mengerjakan shalat dalam waktu yang lama, akan tetapi ia tidak pernah menyempurnakan shalatnya, meskipun hanya sehari saja, lantaran ia tidak menyempurnakan ruku’nya, sujudnya, dan khusyu’nya. Barangsiapa keadaannya ibarat ini, sungguh ia tidak sanggup mengambil manfaat dari shalatnya, sehingga kadang kala ia memakan harta insan dengan batil, melaksanakan kerusakan di antara manusia, melaksanakan amalan yang bertentangan dengan agama dan akhlak, bahkan dia mengakibatkan shalatnya hanya untuk mendapat kebanggaan manusia, untuk menutupi kedua tangan dan kakinya.








Related : Tata Cara Tahiyat Awal Dalam Shalat

0 Komentar untuk "Tata Cara Tahiyat Awal Dalam Shalat"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)