Pengertian Motivasi Berguru


Pengertian Motivasi Belajar 

Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari kata “motif”, yang berarti alasan melaksanakan sesuatu, sebuah kekuatan yang menimbulkan seseorang bergerak melaksanakan suatu kegiatan. 


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdikbud, 1996:593) motivasi didefinisikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melaksanakan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.Sondang P. Siagian (2004:138), menawarkan definisi motivasi sebagai daya dorong yang menimbulkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan, tenaga dan waktunya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan demikian motivasi merupakan usaha-usaha yang sanggup menimbulkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak untuk melaksanakan sesuatu keinginan mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Untuk itu, motivasi yakni suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan sikap dalam rentang waktu tertentu. Dengan kata lain, motivasi yakni apa yang menciptakan kita berbuat, menciptakan kita tetap berbuat dan menentukan ke arena mana yang hendak kita perbuat.
Kata-kata Sang Motivator sanggup dijadikan contoh dalam membangkitkan Motivasi Belajar

Motivasi dapat dikatakan sebagai efek kebutuhan dan keinginan pada intensitas dan arah seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk mencapai tujuan dari tingkat tertentu. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2002:1973), motivasi yakni suatu perubahan energi di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif, dan reaksi untuk mencapai tujuan, juga sebagai dorongan dari dalam diri seseorang dan dorongan ini merupakan motor penggerak.

Oleh lantaran itu, motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan), dan faktor internal yang menempel pada setiap orang (pembawaan), tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, keinginan atau harapan masa depan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa motivasi yakni suatu proses perubahan tenaga dalam diri individu yang memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laris (dengan ulet belajar) dalam perjuangan mencapai tujuan belajarnya.

Sedangkan belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan mencar ilmu insan melaksanakan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua acara dan prestasi hidup insan tidak lain yakni hasil dari belajar, lantaran seseorang hidup dan bekerja berdasarkan apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan hanya sekedar pengalaman, mencar ilmu yakni suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh lantaran itu, mencar ilmu berlangsung aktif dan integratif dengan memakai banyak sekali bentuk perbuatan untuk mencapai hasil.

W.S Winkel (1996:53) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu acara mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan tetap. Sedangkan yang dimaksud motivasi mencar ilmu yakni keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan sikap individu untuk belajar.
Nana Sudjana (1988:17) mengatakan, bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang ada dalam diri seseorang, perubahan sebagai hasil, dan mencar ilmu sanggup ditunjukkan dalam banyak sekali bentuk, ibarat perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku.

Sedangkan Crow yang dikutip oleh A. Tabrani R (1994:121), memperjelas pentingnya motivasi mencar ilmu siswa atau motivasi dalam belajar, yaitu bahwa mencar ilmu harus diberi motivasi dengan banyak sekali cara sehingga minat yang dipentingkan dalam mencar ilmu itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak.

Oleh lantaran itu, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan mencar ilmu siswa, lantaran mencar ilmu tanpa adanya motivasi, sulit untuk berhasil.
b. Pengajaran yang bermotivasi, pada hakikatnya yakni pengajaran yang diadaptasi dengan kebutuhan, dorongan, motif, dan minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian, sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
c. Pengajaran yang bermotivasi berdasarkan kreativitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan harmonis guna membangkitkan dan memelihara motivasi mencar ilmu pada siswa. Guru harus senantiasa berusaha biar siswa pada jadinya mempunyai motivasi yang baik.
d. Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan memakai motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.
e. Asas motivasi menjadi salah satu cuilan yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi mekanisme mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat esensial dalam proses mencar ilmu mengajar.

Tumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Siswa
Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:
a) Datang dalam diri individu itu sendiri atau disebut Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)

b) Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
1. Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)
Jenis motivasi ini timbul sebagai akhir dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, contohnya siswa mencar ilmu lantaran ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan mencar ilmu untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun kini kebutuhan ini hanya sanggup dipenuhi dengan mencar ilmu giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan mencar ilmu disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel menyampaikan bahwa : “Motivasi Intrinsik yakni bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”.10 Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, contohnya orang renta atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara mencar ilmu dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, efek dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar.

2. Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
Jenis motivasi ini timbul akhir efek dari luar individu, apakah lantaran ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian jadinya ia mau belajar. Winkel menyampaikan “Motivasi Ekstrinsik, acara mencar ilmu dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan acara mencar ilmu sendiri”.

Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggagas ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu bahu-membahu sanggup dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi mencar ilmu selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang kiprah dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya efek dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi intinya hanya sanggup dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka motivasi mencar ilmu esktrinsik sanggup digolongkan antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar dmei menghindari hukuman.
c. Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi memperoleh kebanggaan dari orang yang penting (guru dan orang tua).
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.


Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif berdasarkan Abin Syamsudin Makmun (2001:75) sanggup digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), memperlihatkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:
a) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang meliputi antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat.
b) Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.





2) Motif sekunder (secondary motive), memperlihatkan pada motif yang berkembang pada diri individu lantaran pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:
a) Takut yang dipelajari ( learned fear),
b) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),
c) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat),
d) Maksud (purpose) dan aspirasi,
e) Motif berprestasi (achievement motive).


Pupuk Motivasi Belajar Siswa untuk Berprestasi

Menurut WS. Winkel (1983:27) motivasi mencar ilmu siswa merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas yakni gairah atau semangat belajar, sehingga seorang siswa yang bermotivasi kuat, beliau akan mempunyai banyak energi untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dengan demikian, siswa yang mempunyai motivasi kuat, beliau akan mempunyai semangat dan gairah mencar ilmu yang tinggi, dan pada gilirannya akan sanggup mencapai prestasi mencar ilmu yang tinggi.


Seorang siswa mencar ilmu lantaran didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan kekuatan mental tersebut, sanggup tergolong rendah dan tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan sikap manusia, termasuk sikap belajar. Dalam motivasi tergantung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan sikap belajar. Setidaknya ada dua komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Siswa yang termotivasi, ia akan menciptakan reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada perjuangan mencapai tujuan dan akan mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh tenaga di dalam dirinya. Dengan kata lain, motivasi memimpin dirinya ke arah reaksi-reaksi mencapai tujuan, contohnya untuk sanggup dihargai dan diakui oleh orang lain.

Faktor yang berasal dari luar individu yang besar lengan berkuasa terhadap seorang siswa dalam belajar, di antaranya yakni efek dari orang tua. Orang tua, merupakan orang yang pertama kali mendidik anaknya sebelum anak tersebut mendapat pendidikan dari orang lain. Demikian juga dengan hal pemenuhan kebutuhan rohani (intrinsik) dan jasmani (ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang tualah yang bertanggungjawab pertama kali.

Di dalam mendidik dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka diharapkan perhatian dari orang tua. Peran utama bagi orang renta dalam lingkungan keluarga, yang terpenting yakni menawarkan pengalaman pertama pada masa anak-anak, alasannya pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.

Sedangkan bagi seorang anak, ketika melaksanakan proses mencar ilmu ada dua faktor yang menjadi tenaga penggeraknya, yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang berasal dari luar diri dan motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Seorang anak yang mencar ilmu dengan motivasi yang rendah atau bahkan tidak mempunyai motivasi, akan susah untuk diajak berprestasi, anak merasa cepat puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, tidak kreatif dan tidak fokus.

Dalam kondisi ibarat ini, kiprah orang renta sebagai motivator dituntut untuk bisa membangkitkan motivasi mencar ilmu anaknya sehingga segala potensi yang dimiliki anak terekspresikan dalam bentuk perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang renta untuk membantu membangun motivasi mencar ilmu pada diri anak-anaknya, bukanlah perjuangan yang gampang lantaran motivasi mencar ilmu ini bahu-membahu harus sudah mulai ditanamkan orang renta kepada anaknya semenjak dari kecil. Dengan demikian, anak diharapkan mempunyai kesadaran akan pentingnya mencar ilmu untuk dirinya.


Berdasarkan uraian di atas, sanggup ditarik suatu kesimpulan bahwa perhatian yang diberikan orang renta terhadap anaknya akan mempengaruhi motivasi mencar ilmu siswa. Pengaruh tersebut, tergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan orang renta kepada anaknya. Bila perhatian yang diberikan oleh orang renta besar, maka akan mendorong munculnya motivasi mencar ilmu dalam diri anaknya, demikian pula sebaliknya. Di mana pada akhirnya, prestasi mencar ilmu anak di sekolah yang mendapat perhatian dari orang renta lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Dengan demikian, sanggup diduga adanya efek yang signifikan dari perhatian orang renta terhadap motivasi mencar ilmu siswa.

Jangan Jadikan Anak Kurang dalam Motivasi Belajar


Cara Mengukur Motivasi Belajar Siswa  dan Indikator Motivasi Belajar Siswa
Salah satunya yang cukup cantik mendeskripsikan minat dan motivasi mencar ilmu siswa adalah Keller, 1987.John Keller berdasarkan model yang diajukannya telah menciptakan sebuah instrumen pengukur minat dan motivasi belajar.Ia mendeskripsikan minat mencar ilmu dan motivasi mencar ilmu siswa melalui 4 komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS (Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction), atau dalam bahasa Indonesia : Atensi (perhatian), Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan.

Selain dengan model ARCS, Anda sanggup menciptakan sendiri Angket untuk megukur motivasi mencar ilmu siswa. Adapun indikator-indikator yang sanggup digunakan untuk penyusunan Angket tersebut, ibarat yang dikemukakan oleh Makmun (dalam Engkoswara 2010:210), yaitu:
1.    Durasi kegiatan (berapa usang penggunaan waktunya untuk melaksanakan kegiatan).
2.    Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu).
3.    Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4.    Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan nyawanya).
5.    Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
6.    Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7.    Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8.    Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif).
Jadilah orang yang sukes dengan Motivasi Belajar
Atau Anda bisa menciptakan indicator sendiri ibarat sontoh indikator motivasi mencar ilmu siswa berikut ini yang sanggup digunakan dalam penelitian tindakan yakni sebagai berikut:
1. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Kemauan siswa menyediakan alat-alat atau sumber/bahan pelajaran yang dibutuhkan
3. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok
4. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelas
5. Keaktifan siswa dalam mendengar klarifikasi guru
6. Keaktifan siswa dalam mengerjakan kiprah individu dan kelompok
7. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran
8. Timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian siswa
9. Adanya keinginan untuk mendapat hasil yang terbaik terutama dalam diskusi kelompok
10. Timbulnya semangat atau kegairahan pada diri siswa dalam mengikuti pelajaran




Teori Motivasi Belajar
Pada cuilan ini penulis akan membahas wacana beberapa teori motivasi antara lain yakni :
1. Teori Hedonisme
Hedone yakni bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan. Seperti dikatakan oleh M Ngalim Purwanto bahwa : “Hedonisme yakni aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada insan yakni mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi”.6 Menurut pandangan teori ini insan pada hakekatnya yakni mahluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Orang yang menganut teori ini setiap menghadapi duduk kasus yang perlu pemecahan, orang tersebut cenderung menentukan alternatif pemecahan yang sanggup mendatangkan kesenangan dari pada yang menimbulkan kesukaran, kesulitan, kesengsaraan, penderitaan dan segala sesuatu yang menimbulkan tidak enak.
Pengaruh dari teori ini yakni adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindar dari hal-hal yang sulit dan yang menyusahkan diri sendiri dan yang mengandung hal-hal yang beresiko berat, dan lebih suka melaksanakan sesuatu yang mendatangkan kenangan baginya. Sebagai contoh, siswa di suatu kelas akan bertepuk tangan bila mereka mendengar guru yang akan mengajar matematika tidak akan masuk dikarenakan sakit, seorang karyawan segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, akan tetapi menuntut honor dan upah yang tinggi. Dan
masih banyak lagi contobh yang lain yang memperlihatkan bahwa motivasi iti sngat diharapkan berdasarkan teori Hedonisme, para siswa dan karyawan tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat biar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan menenuhi kesenangannya.

2. Teori Naluri
Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi mutlak di perlukan untuk hidupnya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, melangsungkan dan mengembangkan, insan membutuhkan makanan, udara, ilmu, pengetahuan, juga persahabatan, komplotan dan lain sebagainya yang berafiliasi dengan hidup dan kehidupan.
Daya-daya yang mendorong insan dari dalam untuk melaksanakan perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu.
Menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa : “Naluri (dorongan nafsu) yakni kekuatan pendorong maju yang memaksakan dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu”.

Naluri merupakan kekuatan di dalam diri insan yang mendorong kita untuk maju dan mempunyai benda-benda dan nilai-nilai itu. Naluri yakni bentuk penjelmaan hidup tertentu, insan sebagai mahluk yang sadar akan diri sendiri, akan tetapi menyadari bahwa ia didorong, ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dalam garis besarnya naluri (dorongan nafsu) sanggup dibagi menjadi tiga golongan :

a. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan diri : Mencari makan bila ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri biar tetap sehat, mencari proteksi diri untuk hidup aman.

b. Naluri (dorongan nafsu) membuatkan diri : Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada insan dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan insan makin maju dan makin tinggi.

c. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan dan membuatkan jenis : insan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga biar jenisnya dan keturunannya tetap berkembang dan hidup. Naluri ini terjelma dalam penjodohan dan perkawinan. Serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasan-kebiasaan atau tindakan dan tingkah laris insan yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh lantaran itu, berdasarkan teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Contoh, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi lantaran sering diejek dan dihina oleh teman-temannya lantaran ia dianggap ndeso di dalam kelasnya. (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang ke arah yang negatif, kita perlu memberi motivasi, contohnya menyediakan situasi yang sanggup mendorong anak itu menjadi rajin mencar ilmu sehingga sanggup menyamai teman-teman sekelasnya.

Sering kita melihat seseorang bertingkah dalam melaksanakan sesuatu lantaran didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus, sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang lebih mayoritas mendorong orang tersebut melaksanakan tindakannya yang demikian itu.
Sebagai contoh seorang pelajar sangat tekun dan rajin mencar ilmu meskipun ia hidup diidalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal apakah yang mendorong pelajar tersebut sangat rajin dan tekun belajar? Mungkin lantaran ia benar-benar ingin menjadi arif (naluri membuatkan diri) tetapi mungkin juga lantaran ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga pada saatnya ia sanggup hidup bahagia bersama keluarganya dan sanggup membiayai anak-anaknya (naluri mengembangjan dan mempertahankan jenis, dan naluri mempertahankan diri).

3. Teori Reaksi
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau sikap insan tidak berdasarkan nalurinaluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laris yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang mencar ilmu bila banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh alasannya itu teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik (guru) akan memotivasi anak didiknya, pendidik (guru) itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan bawah umur didiknya.

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita sanggup mengetahui pola tingkah lakunya dan sanggup memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi sesuatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak sekali mavam suku yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh lantaran itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda-beda pula, termasuk pelayanan dalam derma motivasi terhadap mereka.

4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara Teori Naluri dan Teori Reaksi. Daya pendorong yakni semacam Naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum, contohnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengajar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap-tiap individu berdasarkan latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh lantaran itu berdasarkan teori ini bila seorang pendidik (guru) ingin memotivasi anak didiknya ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang semenjak kecil tinggal di kawasan pedalaman dan terpencil kemungkinan besar berbeda dengan cara menawarkan motivasi kepada anak yang dibesarkan dan hidup di kota-kota besar yang sudah maju diberbagai bidang walaupun masalah yang dihadapi oleh siswa itu sama.

5. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang kini banyak dianut orang yakni teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh insan pada hakekatnya yakni untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis. Oleh lantaran itu berdasarkan teori ini apabila seorang pendidik (guru) bermaksud memotivasi siswa ia harus berusaha mengetahui lebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi yang telah mengemukakan teori-teorinya wacana kebutuhan dasar manusia. Salah satu teori kebutuhan yang sangat erat hubungannya dengan motivasi yakni teori hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow. Maslow mengemukakan ibarat yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal yakni : “Kebutuhan dasar insan itu terbentang, dalam satu garis kontinum dan berbentuk hirarki, dimulai dari kebutuhan terbawah hingga dengan kebutuhan teratas. Semua diklasifikasi menjadi lima macam kebutuhan dasar insan yaitu (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan harga diri dan (5) kebutuhan aktualisasi diri”.

Maslow, dengan teori Hirarki Kebutuhan menyatakan  bahwa: “Kebutuhan fisiologis kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri bisa juga disebut kebutuhan pertumbuhan, merupakan kebutuhan tertinggi”.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas sanggup kita jelaskan kebutuhan apa yang masuk dalam tiap-tiap tingkatan kebutuhan itu :
  1. Aktualis
  2. Harga
  3. Sosial
  4. Rasa aman
  5. Fisiologis

a. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital yang menyangkut  fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme insan ibarat kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan sexs dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa kondusif dan perlindungan, ibarat terjamin keamannnya, terlindung dari ancaman dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.
c. Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.
d. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai lantaran prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan verbal diri.

Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang sanggup digunakan setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka contoh yang sanggup digunakan sewaktu-waktu bilamana diharapkan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang sanggup digunakan untuk mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melaksanakan sesuatu.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sanggup mengamati bahwa kebutuhan insan itu berbeda-beda, faktor-faktor yang mensugesti adanya tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau filsafat hidup, harapan dan harapan masa depan dari tiap-tiap individu.

Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan berdasarkan teori Maslow, kehidupan tiap insan sanggup dijelaskan sebagai berikut : Pada mulanya kebutuhan insan yang paling mendesak yakni kebutuhan fisiologis ibarat pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan yang mendesak yakni kebutuhan yang mendesak, amak timbul kebutuhan lain yang mendesak yaitu kebutuhan akan penghargaan. Demikian seterusnya hingga kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri, ingin menjadi orang populer dan ternama. Namun janganlah diartikan bahwa kehidupan insan itu akan mengikuti urutan kelima tingkat kebutuhan fisiologis hingga dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri, proses kehidupan insan itu berbeda-beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat, adakala melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan melampaui tingkat kebutuhan tertentu yang lain dengan melampaui tingkat kebutuhan yang berbeda diatasnya. Atau pula kemungkinan terjadi lompatan balik dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi ke tingkat kebutuhan di bawahnya. Dengan demikian pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang berbeda dengan orang-orang lain.

Motivasi merupakan proses yang tidak sanggup diamati, tetapi ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang menempel pada diri seseorang dikombinasikan dengan motivasi sanggup menjadi catur daya atau empat dorongan yang sanggup mengarahkan individu untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan.

Menurut  McDonald (Wasty, 2000:191) motivasi yakni merupakan perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi  untuk mencapai tujuan.  Di dalam perumusan pendapat Mc Donald tersebut di ini bila dicermati  ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu:

1.    Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perbuatan tertentu

2.    Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis kemudian merupakan suasana emosi. Suasana ini menimbulkan kelakuan yang bermotif Perubahanini bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya sanggup melihatnya dalam perbuatan.

3.    Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.
      
Sejalan dengan pendapat McDonald di atas Makmun  (2001:37) menyampaikan bahwa pada esensinya motivasi itu merupakan:
1.    Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya energi.
2.    Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisasi) untuk bergerak ( to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.

Psikolog Gestalt menyampaikan bahwa motivasi merupakan produk dari ketidaksesuaian dari sebuah pase kehidupan. Dalam pase kehidupan itu meliputi tujuan-tujuan yang  positif atau negatif yang ingin diraih atau dihindarkan. Artinya bahwa motivasi itu timbul akhir adanya  dorongan-dorongan lain yang ada dalam organisme. Bigge (2002:73)  menyampaikan bahwa organism drives such as hunger, thirst and sexual need; and for emotionals such as fear, anger and “love”--produce behaviors that predictable and irresistible.

Selanjutnya andal sikap (behavioriest) beropini bahwa motivasi yakni dorongan untuk berbuat sesuatu sebagai akhir adanya rangsangan yang mendahuluinya. Seluruh motivasi timbul secara pribadi dari dorongan-dorongan organisme, emosi-emosi dasar atau dari kecenderungan untuk merespons terhadap dorongan-dorongan dan emosi-emosi tersebut. Dorongan organisme  ibarat lapar, haus dan kebutuhan seksual (sexual need) dan dorongan emosi ibarat rasa takut, murka keduanya membentuk tingkah laris (behavior) yang sanggup diprediksi.

Berdasarkan pendapat di atas sanggup dipahami bahwa tingkah laris yang tampak pada diri seseorang itu dipengaruhi oleh stimulus-stimulus dari dalam dan dari luar  diri manusia. Seperti rasa lapar, haus, kebutuhan seksual, takut, marah, cinta dan lain-lain. Stimulus-stimulus inilah merupakan motif atau dorongan yang mensugesti seseorang untuk berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Sementara itu Murray (dalam Arikunto 2003:67) mengatakan: bahwa motivasi merupakan konstruk (konsep hipotetik) yang terdiri atas kekuatan-kekuatan yang mensugesti persepsi dan sikap seseorang dalam upayanya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan dirinya.

Dari teori Murray di atas memperlihatkan bahwa rangsangan dari luar memegang peranan penting bagi tumbuhnya motivasi, merkipun motivasi yang timbul dari dalam merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan motivasi yang ditimbulkan dari luar, namun tetap peranan guru di dalam menimbulkan motivasi siswa tetap diharapkan untuk sanggup merubah persepsi dan perilakunya di dalam proses belajar. 

Menurut Purwanto  (2002: 72), ada dua prinsip yang sanggup digunakan untuk meninjau motivasi ialah:
(1)  Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan wacana proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk menjelaskan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang;
(2)  Kita menentukan abjad dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk itu sanggup dipercaya, sanggup dilihat dari kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laris lainnya. Motivasi mengandung tiga komponen pokok,  yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laris manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laris individu diarahkan terhadap sesuatu. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforcement) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Komponen lain dalam motivasi, yaitu komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component).  Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Kaprikornus komponen dalam yakni kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.      
Teori stimulus respons (S-R) atau teori rangsang reaksi dalam llmu jiwa menjelaskan bahwa sikap seseorang ditimbulkan oleh kejadian-kejadian  yang datang   dari dalam atau pun dari luar dirinya, sedangkan arah dari sikap tersebut ditentukan oleh korelasi mekanisme dari S-R yang bersangkutan

Motivasi siswa secara alami harus terjadi lantaran hasratnya untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Akan tetapi ini juga berdasarkan alasan-alasan atau harapan yang mendasarinya untuk berpartisipasi dalam proses akademik. Karena, walaupun mungkin siswa dapat  dimotivasi secara sama untuk melaksanakan suatu perbuatan, akan tetapi sumber-sumber motivasinya mungkin akan berbeda.

McDonald menyampaikan bahwa andal psikologi telah mempelajari bagaimana seseorang mencar ilmu dengan kecenderungan-kecenderungan motivasi yang relatif stabil. Salah satu konsep dasar untuk mengambarkan kecenderungan itu yakni adanya kebutuhan. Kebutuhan adalah  kecenderungan umum yang termotivasi dengan  cara-cara khusus.

Sementara itu teori-teori Gestalt cenderung untuk menghindari pemakaian konsep-konsep tingkah laris (behavioristic concepts), ibarat dorongan (drive), efek (effect), dan penguatan (reinforcement) pada satu sisi dan konsep-konsep mentalistik ibarat vitalisme, dan kesadaran pada sisi lainnya. Bagi mereka ada beberapa konsep yang berkaitan dengan motivasi, yaitu harapan (goal), harapan (expectancy), niat (intention) dan tujuan/sasaran (purpose). Dalam kerangka tumpuan Gestalt tingkah laris yakni fungsi sebuah situasi total. Orang berinteraksi dalam lapangan (wilayah) dorongan-dorongan psikologis. Lapangan psikologis meliputi tujuan dan cita-cita, interpretasi obyek dan insiden fisik yang relevan, memori dan antisipasi. Dengan demikian motivasi tidak sanggup diuraikan hanya dengan sebuah gerakan hati (an impulse) terhadap perbuatan yang digerakkan oleh stimulus. Lebih dari itu ia timbul  dari situasi psikologis yang dinamis yang ditandai dengan hasrat seseorang untuk berbuat sesuatu.

          Berdasarkan paparan di atas sanggup dipahami bahwa bahu-membahu motivasi  merupakan suatu hal yang tidak sanggup dilepaskan dari  diri manusia, lantaran pada hakekatnya kehidupan yakni kebutuhan dan harapan. Motivasi yang ada insan sanggup bersumber dari diri insan itu sendiri (intrinsik)  atau juga dari luar (ekstrinsik). Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Oleh lantaran itu motivasi intrinsik sebaiknya ditimbulkan dan diaktifkan dalam diri setiap individu.

Lepper (1988) menyampaikan bahwa motivasi instrinsik  mendorong siswa untuk beraktivitas lantaran adanya kesenangan, harapan, dan timbulnya perasaan sempurna, sedangkan motivasi ekstrinsik mendorong siswa beraktivitas untuk mendapat hadiah dan menghindari hukuman.  

Berdasarkan pendapat Lepper di atas sanggup dipahami motivasi mencar ilmu itu timbul secara internal dan juga eksternal. Seseorang melaksanakan suatu acara lantaran acara itu bermakna, adanya kesenangan, harapan, perasaan berprestasi, atau apa pun juga yang menjadi pendorong (motif) seseorang untuk melaksanakan suatu aktivitas. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk beraktivitas yang timbulnya dari luar ibarat adanya hukuman, hadiah dan di luar acara itu sendiri yaitu adanya tingkatan, ikatan-ikatan atau restu guru.

Memahami bagaimana pengalaman-pengalaman sekolah yang berbeda sanggup mensugesti motivasi mencar ilmu yakni penting untuk membedakan banyak sekali kualitas situasi mencar ilmu yang dirasakan; menarik, senang, berarti secara pribadi atau relevan versus  situasi mencar ilmu yang dirasakan membosankan, menjenuhkan, tidak bermakna, atau tidak relevan dari perspektif individu. Pada masalah pertama, motivasi mencar ilmu secara alami terdorong oleh tugas-tugas mencar ilmu yang dirasa mengasyikkan atau secara pribadi bermakna. Pada masalah yang kedua, motivasi mencar ilmu harus dirangsang dari luar untuk menanggulangi kurangnya motivasi intrinsik yang disebabkan oleh persepsi mencar ilmu siswa bahwa tugas-tugas mencar ilmu membosankan atau secara pribadi tidak bermakna.

Dalam banyak situasi mencar ilmu yang ditentukan secara eksternal, pilihan-pilihan dibatasi untuk mengontrol dan memanaj pikiran dan perasaan internal. Pemilihan sikap itu sedikit. Menurut McCombs. (2002 :1) perbedaan yang penting lainnya, apakah motivasi merupakan respons alami terhadap keingintahuan pembelajar atau pembelajar tersebut harus mengerahkan segenap tenaganya untuk mengatur perasaan-perasaan yang timbul dari pemikiran negatif wacana kondisi-kondisi eksternal (seperti guru, kurikulum, dan praktek-praktek pembelajaran)

Selain motivasi intrinsik dan ekstrinsik di atas   ada lagi motivasi lain yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif menimbulkan semangat dan kekuatan dalam diri setiap individu. Hal itu terjadi lantaran pada setiap diri insan bahagia pada hal-hal yang baik dan bahagia akan pujian. Sementara motivasi negatif akan  menawarkan dampak yang kurang baik untuk jangka panjang akan tetapi akan berdampak pada semangat kerja yang baik untuk jangka pendek. Hal ini terjadi lantaran motivasi negatip sifatnya yakni teguran dan peringatan terhadap kekeliruan yang dilakukan dan untuk menjadi perhatian untuk melaksanakan kegiatan yang akan datang.

Dalam prakteknya kedua jenis motivasi itu sering digunakan dalam suatu kelompok aktivitas. Yang harus diperhatikan yakni kapan motivasi positif   atau  negatif sanggup merangsang secara efektif kegairahan beraktivitas dalam diri individu. Motivasi positip untuk jangka panjang sementara motivasi negatip untuk jangka pendek.

          Oleh lantaran itu McCombs (2002:2) mengatakan:
“Another key to motivation to learn is helping students see ways they can change negative thinking and make learning fun by relation to the personal interest, working with other in meeting learning goals and being able to make choices—have a voice—in their own learning process”.(Salah satu cara memotivasi siswa untuk mencar ilmu yakni dengan menolong mereka untuk melihat cara-cara yang sanggup merubah pemikiran negatif  dan menciptakan mencar ilmu menyenangkan dengan mengkaitkannya kepada kepentingan pribadi, bekerja sama dalam mencapai tujuan dan sanggup menciptakan pilihan, mempunyai pendapat dalam proses pembelajaran mereka).

Dorongan yang ada pada diri seseorang itu sering berwujud kebutuhan (needs), kemauan (willingness), rangsangan (drive) dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang mengarah pada suatu tujuan. Dorongan itu pun intinya akan mensugesti tingkah laris seseorang dan menjadi alasan mengapa seseorang itu melaksanakan suatu tindakan atau kegiatan. Dorongan  kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang menggerakkan tingkah laris orang itu untuk dan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan akan mensugesti tingkah laris seseorang yang mempunyai dorongan itu.

McClelland (dalam Arikunto 2003:67) telah mengadakan penelitian wacana motivasi yang dikenal dengan studi pengukuran “N’ Ach”, merupakan sebuah istilah popular di dalam bidang pendidikan, yaitu akronim dari “need for achievement”, suatu bentuk kebutuhan (need) yang dimiliki oleh seseorang untuk suatu pencapaian (achievement). Biasanya orang yang mempunyai keinginan untuk memperoleh sesuatu di dalam dirinya akan terdapat suatu dorongan yang kuat untuk mencapai keinginannya itu. Dorongan kuat itulah yang dinamakan motivasi.

Dilihat dari segi motifnya setiap gerak sikap insan itu selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya sedikit demi sedikit dan berurut (sequential), yaitu:
(1)  Motivating states (timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akhir terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau lantaran terangsang oleh stimulasi tertentu).
(2)  Motivated behavior (bergeraknya organisme ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya).
(3)   Satisfied conditions    (dengan   berhasilnya   dicapai   tujuan yang sanggup memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri organisme pulih kembali).

Gibson dan kawan-kawan (dalam Gito dan Mulyana 2001:178) melukiskan proses motivasi pola awal berasal adanya kebutuhan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi yang kemudian menimbulkan orang mencari jalan memenuhi banyak sekali macam kebutuhannya. Pencarian jalan itu akan diwujudkan kepada sikap yang diarahkan pada tujuan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi).

Kebutuhan yakni kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan itu timbul lantaran adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau disebabkan oleh perangsang kejadian-kejadian di lingkungan organisme. Begitu terjadi perubahan tadi, maka timbul energi yang mendasari kelakuan ke arah tujuan. Jadi, timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang.

Kebutuhan sanggup mendorong, menguatkan, dan mengarahkah sikap seseorang baik untuk melaksanakan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan tersebut maupun untuk memcapai suatu tujuan. Tingkatan kebutuhan berdasarkan Maslow berdasarkan Sudjana (2000:167).dimulai dari kebutuhan yang paling rendah dan menuju kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah menjadi syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk diakui dan dihargai, dan kebutuhan pengembangan diri/ aktualisasi diri.
          Bila dijelaskan dari kelima kebutuhan tersebut yakni sebagai berikut:
1)   Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis dari organisme individu sebagai manusia, ibarat kebutuhan sandang, papan, pangan, kesehatan dan sebagainya.
2)   Kebutuhan rasa kondusif dan proteksi yakni kebutuhan individu untuk merasa terjamin dari segala ancaman dan hal-hal yang akan merusaknya.
3)   Kebutuhan sosial yakni kebutuhan yang meliputi keinginan untuk diperhitungkan dan diakui dalam kelompok, ibarat kebutuhan untuk dicintai, kerjasama dan lain-lain.
4)   Kebutuhan diakui dan dihargai yakni kebutuhan lantaran prestasi, kemampuan, kedudukan ataupun status individu dalam kelompok.
5)   Kebutuhan akan aktualisasi diri yakni kebutuhan untuk mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki individu untuk membuatkan diri secara maksimal, berkreativitas dan mengekspresikan diri.

Berdasarkan beberapa uraian di atas sanggup disintesiskan bahwa motivasi mencar ilmu siswa adalah keseluruhan daya penggagas atau tenaga dorong yang mensugesti persepsi dan sikap siswa dalam mencar ilmu dan menimbulkan adanya keinginan untuk melaksanakan kegiatan atau acara dalam mencar ilmu sebagai seorang siswa yang dilakukan secara sistematis, kontinyu dan progresif   mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. 

Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dalam upaya meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa, guru mempunyai kiprah penting dalam keberhasilan mencar ilmu siswa, beberapa kiprah itu antara lain :
1. Mengenal setiap siswa yang diajarkan secara pribadi. Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi, maka guru akan bisa memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa dilakukan secara tepat pula walaupun guru itu berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas. Apabila guru mengenal siswanya secara pribadi beliau akan bisa pula memperlakuk,an setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa itu.

2. Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana kondusif dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melaksanakan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini sanggup menciptakan suasana sehat dalam kelas, suasana yang menyenangkan dan sehat itu menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian motivasi mencar ilmu siswa menjadi lebih baik.

3. Menguasai banyak sekali metode dan teknik mengajar dan memakai secara tepat. Penguasaan banyak sekali metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat menciptakan guru mampou mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa, tes utama di sekolah dasar sering timbul Susana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus menyimak perubahan suasana kelas sebagai akhir dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru sanggup mengembalikan gairah mencar ilmu siswa antara lain dengan merubah metode dan teknik mengajar pada waktu Susana bosan itu mulai muncul.

4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan putus asa di kelas menimbulkan gairah mencar ilmu siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan pada upaya menghilangkan konflik dan fustasi itu. Energi mereka habis terkuras untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak sanggup mencar ilmu dengan baik. Apabila guru sanggup menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan putus asa itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan sanggup dikembalikan kepada kegiatan belajar. konsentrasi penuh terhadap mencar ilmu itu sanggup meningkatkan motivasi mencar ilmu anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.

5. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru sanggup memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai denga hal-hal yang diketahuinya dari tiap siswa itu.
Dengan penerapan peranan ibarat di atas, maka guru akan bisa menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada gilirannya guru akan bisa pla mengunakan teknik, motivasi secara tepat, baik dalam suasana kelompok maupun dalam suasana individual.



Sumber Bacaan:
A. Tabrani R (1994) Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya
Abin Syamsudin Makmun (2001), Psikologi Kependidikan, Jakarta: Remaja Rosda Karya
Depdikbud (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Nana Sudjana dan Daeng Arifin. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sondang P. Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
WS. Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia, 1983
W.S. Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.

Sumber https://sch.paperplane-tm.site/search?q=golden_ways1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"> Kata-kata Sang Motivator sanggup dijadikan contoh dalam membangkitkan Motivasi Belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai efek kebutuhan dan keinginan pada intensitas dan arah seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk mencapai tujuan dari tingkat tertentu. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2002:1973), motivasi yakni suatu perubahan energi di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif, dan reaksi untuk mencapai tujuan, juga sebagai dorongan dari dalam diri seseorang dan dorongan ini merupakan motor penggerak.

Oleh lantaran itu, motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan), dan faktor internal yang menempel pada setiap orang (pembawaan), tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, keinginan atau harapan masa depan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa motivasi yakni suatu proses perubahan tenaga dalam diri individu yang memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laris (dengan ulet belajar) dalam perjuangan mencapai tujuan belajarnya.

Sedangkan belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan mencar ilmu insan melaksanakan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua acara dan prestasi hidup insan tidak lain yakni hasil dari belajar, lantaran seseorang hidup dan bekerja berdasarkan apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan hanya sekedar pengalaman, mencar ilmu yakni suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh lantaran itu, mencar ilmu berlangsung aktif dan integratif dengan memakai banyak sekali bentuk perbuatan untuk mencapai hasil.

W.S Winkel (1996:53) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu acara mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan tetap. Sedangkan yang dimaksud motivasi mencar ilmu yakni keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan sikap individu untuk belajar.
Nana Sudjana (1988:17) mengatakan, bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang ada dalam diri seseorang, perubahan sebagai hasil, dan mencar ilmu sanggup ditunjukkan dalam banyak sekali bentuk, ibarat perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku.

Sedangkan Crow yang dikutip oleh A. Tabrani R (1994:121), memperjelas pentingnya motivasi mencar ilmu siswa atau motivasi dalam belajar, yaitu bahwa mencar ilmu harus diberi motivasi dengan banyak sekali cara sehingga minat yang dipentingkan dalam mencar ilmu itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak.

Oleh lantaran itu, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan mencar ilmu siswa, lantaran mencar ilmu tanpa adanya motivasi, sulit untuk berhasil.
b. Pengajaran yang bermotivasi, pada hakikatnya yakni pengajaran yang diadaptasi dengan kebutuhan, dorongan, motif, dan minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian, sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
c. Pengajaran yang bermotivasi berdasarkan kreativitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan harmonis guna membangkitkan dan memelihara motivasi mencar ilmu pada siswa. Guru harus senantiasa berusaha biar siswa pada jadinya mempunyai motivasi yang baik.
d. Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan memakai motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.
e. Asas motivasi menjadi salah satu cuilan yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi mekanisme mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat esensial dalam proses mencar ilmu mengajar.

Tumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Siswa
Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:
a) Datang dalam diri individu itu sendiri atau disebut Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)

b) Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
1. Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)
Jenis motivasi ini timbul sebagai akhir dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, contohnya siswa mencar ilmu lantaran ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan mencar ilmu untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun kini kebutuhan ini hanya sanggup dipenuhi dengan mencar ilmu giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan mencar ilmu disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel menyampaikan bahwa : “Motivasi Intrinsik yakni bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”.10 Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, contohnya orang renta atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara mencar ilmu dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, efek dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar.

2. Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
Jenis motivasi ini timbul akhir efek dari luar individu, apakah lantaran ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian jadinya ia mau belajar. Winkel menyampaikan “Motivasi Ekstrinsik, acara mencar ilmu dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan acara mencar ilmu sendiri”.

Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggagas ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu bahu-membahu sanggup dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi mencar ilmu selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang kiprah dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya efek dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi intinya hanya sanggup dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka motivasi mencar ilmu esktrinsik sanggup digolongkan antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar dmei menghindari hukuman.
c. Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi memperoleh kebanggaan dari orang yang penting (guru dan orang tua).
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.


Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif berdasarkan Abin Syamsudin Makmun (2001:75) sanggup digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), memperlihatkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:
a) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang meliputi antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat.
b) Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.





2) Motif sekunder (secondary motive), memperlihatkan pada motif yang berkembang pada diri individu lantaran pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:
a) Takut yang dipelajari ( learned fear),
b) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),
c) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat),
d) Maksud (purpose) dan aspirasi,
e) Motif berprestasi (achievement motive).


Pupuk Motivasi Belajar Siswa untuk Berprestasi

Menurut WS. Winkel (1983:27) motivasi mencar ilmu siswa merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas yakni gairah atau semangat belajar, sehingga seorang siswa yang bermotivasi kuat, beliau akan mempunyai banyak energi untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dengan demikian, siswa yang mempunyai motivasi kuat, beliau akan mempunyai semangat dan gairah mencar ilmu yang tinggi, dan pada gilirannya akan sanggup mencapai prestasi mencar ilmu yang tinggi.


Seorang siswa mencar ilmu lantaran didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan kekuatan mental tersebut, sanggup tergolong rendah dan tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan sikap manusia, termasuk sikap belajar. Dalam motivasi tergantung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan sikap belajar. Setidaknya ada dua komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Siswa yang termotivasi, ia akan menciptakan reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada perjuangan mencapai tujuan dan akan mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh tenaga di dalam dirinya. Dengan kata lain, motivasi memimpin dirinya ke arah reaksi-reaksi mencapai tujuan, contohnya untuk sanggup dihargai dan diakui oleh orang lain.

Faktor yang berasal dari luar individu yang besar lengan berkuasa terhadap seorang siswa dalam belajar, di antaranya yakni efek dari orang tua. Orang tua, merupakan orang yang pertama kali mendidik anaknya sebelum anak tersebut mendapat pendidikan dari orang lain. Demikian juga dengan hal pemenuhan kebutuhan rohani (intrinsik) dan jasmani (ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang tualah yang bertanggungjawab pertama kali.

Di dalam mendidik dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka diharapkan perhatian dari orang tua. Peran utama bagi orang renta dalam lingkungan keluarga, yang terpenting yakni menawarkan pengalaman pertama pada masa anak-anak, alasannya pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.

Sedangkan bagi seorang anak, ketika melaksanakan proses mencar ilmu ada dua faktor yang menjadi tenaga penggeraknya, yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang berasal dari luar diri dan motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Seorang anak yang mencar ilmu dengan motivasi yang rendah atau bahkan tidak mempunyai motivasi, akan susah untuk diajak berprestasi, anak merasa cepat puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, tidak kreatif dan tidak fokus.

Dalam kondisi ibarat ini, kiprah orang renta sebagai motivator dituntut untuk bisa membangkitkan motivasi mencar ilmu anaknya sehingga segala potensi yang dimiliki anak terekspresikan dalam bentuk perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang renta untuk membantu membangun motivasi mencar ilmu pada diri anak-anaknya, bukanlah perjuangan yang gampang lantaran motivasi mencar ilmu ini bahu-membahu harus sudah mulai ditanamkan orang renta kepada anaknya semenjak dari kecil. Dengan demikian, anak diharapkan mempunyai kesadaran akan pentingnya mencar ilmu untuk dirinya.


Berdasarkan uraian di atas, sanggup ditarik suatu kesimpulan bahwa perhatian yang diberikan orang renta terhadap anaknya akan mempengaruhi motivasi mencar ilmu siswa. Pengaruh tersebut, tergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan orang renta kepada anaknya. Bila perhatian yang diberikan oleh orang renta besar, maka akan mendorong munculnya motivasi mencar ilmu dalam diri anaknya, demikian pula sebaliknya. Di mana pada akhirnya, prestasi mencar ilmu anak di sekolah yang mendapat perhatian dari orang renta lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Dengan demikian, sanggup diduga adanya efek yang signifikan dari perhatian orang renta terhadap motivasi mencar ilmu siswa.

Jangan Jadikan Anak Kurang dalam Motivasi Belajar


Cara Mengukur Motivasi Belajar Siswa  dan Indikator Motivasi Belajar Siswa
Salah satunya yang cukup cantik mendeskripsikan minat dan motivasi mencar ilmu siswa adalah Keller, 1987.John Keller berdasarkan model yang diajukannya telah menciptakan sebuah instrumen pengukur minat dan motivasi belajar.Ia mendeskripsikan minat mencar ilmu dan motivasi mencar ilmu siswa melalui 4 komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS (Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction), atau dalam bahasa Indonesia : Atensi (perhatian), Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan.

Selain dengan model ARCS, Anda sanggup menciptakan sendiri Angket untuk megukur motivasi mencar ilmu siswa. Adapun indikator-indikator yang sanggup digunakan untuk penyusunan Angket tersebut, ibarat yang dikemukakan oleh Makmun (dalam Engkoswara 2010:210), yaitu:
1.    Durasi kegiatan (berapa usang penggunaan waktunya untuk melaksanakan kegiatan).
2.    Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu).
3.    Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4.    Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan nyawanya).
5.    Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
6.    Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7.    Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8.    Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif).
Jadilah orang yang sukes dengan Motivasi Belajar
Atau Anda bisa menciptakan indicator sendiri ibarat sontoh indikator motivasi mencar ilmu siswa berikut ini yang sanggup digunakan dalam penelitian tindakan yakni sebagai berikut:
1. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Kemauan siswa menyediakan alat-alat atau sumber/bahan pelajaran yang dibutuhkan
3. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok
4. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelas
5. Keaktifan siswa dalam mendengar klarifikasi guru
6. Keaktifan siswa dalam mengerjakan kiprah individu dan kelompok
7. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran
8. Timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian siswa
9. Adanya keinginan untuk mendapat hasil yang terbaik terutama dalam diskusi kelompok
10. Timbulnya semangat atau kegairahan pada diri siswa dalam mengikuti pelajaran




Teori Motivasi Belajar
Pada cuilan ini penulis akan membahas wacana beberapa teori motivasi antara lain yakni :
1. Teori Hedonisme
Hedone yakni bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan. Seperti dikatakan oleh M Ngalim Purwanto bahwa : “Hedonisme yakni aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada insan yakni mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi”.6 Menurut pandangan teori ini insan pada hakekatnya yakni mahluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Orang yang menganut teori ini setiap menghadapi duduk kasus yang perlu pemecahan, orang tersebut cenderung menentukan alternatif pemecahan yang sanggup mendatangkan kesenangan dari pada yang menimbulkan kesukaran, kesulitan, kesengsaraan, penderitaan dan segala sesuatu yang menimbulkan tidak enak.
Pengaruh dari teori ini yakni adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindar dari hal-hal yang sulit dan yang menyusahkan diri sendiri dan yang mengandung hal-hal yang beresiko berat, dan lebih suka melaksanakan sesuatu yang mendatangkan kenangan baginya. Sebagai contoh, siswa di suatu kelas akan bertepuk tangan bila mereka mendengar guru yang akan mengajar matematika tidak akan masuk dikarenakan sakit, seorang karyawan segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, akan tetapi menuntut honor dan upah yang tinggi. Dan
masih banyak lagi contobh yang lain yang memperlihatkan bahwa motivasi iti sngat diharapkan berdasarkan teori Hedonisme, para siswa dan karyawan tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat biar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan menenuhi kesenangannya.

2. Teori Naluri
Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi mutlak di perlukan untuk hidupnya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, melangsungkan dan mengembangkan, insan membutuhkan makanan, udara, ilmu, pengetahuan, juga persahabatan, komplotan dan lain sebagainya yang berafiliasi dengan hidup dan kehidupan.
Daya-daya yang mendorong insan dari dalam untuk melaksanakan perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu.
Menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa : “Naluri (dorongan nafsu) yakni kekuatan pendorong maju yang memaksakan dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu”.

Naluri merupakan kekuatan di dalam diri insan yang mendorong kita untuk maju dan mempunyai benda-benda dan nilai-nilai itu. Naluri yakni bentuk penjelmaan hidup tertentu, insan sebagai mahluk yang sadar akan diri sendiri, akan tetapi menyadari bahwa ia didorong, ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dalam garis besarnya naluri (dorongan nafsu) sanggup dibagi menjadi tiga golongan :

a. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan diri : Mencari makan bila ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri biar tetap sehat, mencari proteksi diri untuk hidup aman.

b. Naluri (dorongan nafsu) membuatkan diri : Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada insan dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan insan makin maju dan makin tinggi.

c. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan dan membuatkan jenis : insan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga biar jenisnya dan keturunannya tetap berkembang dan hidup. Naluri ini terjelma dalam penjodohan dan perkawinan. Serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasan-kebiasaan atau tindakan dan tingkah laris insan yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh lantaran itu, berdasarkan teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Contoh, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi lantaran sering diejek dan dihina oleh teman-temannya lantaran ia dianggap ndeso di dalam kelasnya. (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang ke arah yang negatif, kita perlu memberi motivasi, contohnya menyediakan situasi yang sanggup mendorong anak itu menjadi rajin mencar ilmu sehingga sanggup menyamai teman-teman sekelasnya.

Sering kita melihat seseorang bertingkah dalam melaksanakan sesuatu lantaran didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus, sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang lebih mayoritas mendorong orang tersebut melaksanakan tindakannya yang demikian itu.
Sebagai contoh seorang pelajar sangat tekun dan rajin mencar ilmu meskipun ia hidup diidalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal apakah yang mendorong pelajar tersebut sangat rajin dan tekun belajar? Mungkin lantaran ia benar-benar ingin menjadi arif (naluri membuatkan diri) tetapi mungkin juga lantaran ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga pada saatnya ia sanggup hidup bahagia bersama keluarganya dan sanggup membiayai anak-anaknya (naluri mengembangjan dan mempertahankan jenis, dan naluri mempertahankan diri).

3. Teori Reaksi
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau sikap insan tidak berdasarkan nalurinaluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laris yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang mencar ilmu bila banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh alasannya itu teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik (guru) akan memotivasi anak didiknya, pendidik (guru) itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan bawah umur didiknya.

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita sanggup mengetahui pola tingkah lakunya dan sanggup memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi sesuatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak sekali mavam suku yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh lantaran itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda-beda pula, termasuk pelayanan dalam derma motivasi terhadap mereka.

4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara Teori Naluri dan Teori Reaksi. Daya pendorong yakni semacam Naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum, contohnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengajar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap-tiap individu berdasarkan latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh lantaran itu berdasarkan teori ini bila seorang pendidik (guru) ingin memotivasi anak didiknya ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang semenjak kecil tinggal di kawasan pedalaman dan terpencil kemungkinan besar berbeda dengan cara menawarkan motivasi kepada anak yang dibesarkan dan hidup di kota-kota besar yang sudah maju diberbagai bidang walaupun masalah yang dihadapi oleh siswa itu sama.

5. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang kini banyak dianut orang yakni teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh insan pada hakekatnya yakni untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis. Oleh lantaran itu berdasarkan teori ini apabila seorang pendidik (guru) bermaksud memotivasi siswa ia harus berusaha mengetahui lebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi yang telah mengemukakan teori-teorinya wacana kebutuhan dasar manusia. Salah satu teori kebutuhan yang sangat erat hubungannya dengan motivasi yakni teori hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow. Maslow mengemukakan ibarat yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal yakni : “Kebutuhan dasar insan itu terbentang, dalam satu garis kontinum dan berbentuk hirarki, dimulai dari kebutuhan terbawah hingga dengan kebutuhan teratas. Semua diklasifikasi menjadi lima macam kebutuhan dasar insan yaitu (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan harga diri dan (5) kebutuhan aktualisasi diri”.

Maslow, dengan teori Hirarki Kebutuhan menyatakan  bahwa: “Kebutuhan fisiologis kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri bisa juga disebut kebutuhan pertumbuhan, merupakan kebutuhan tertinggi”.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas sanggup kita jelaskan kebutuhan apa yang masuk dalam tiap-tiap tingkatan kebutuhan itu :
  1. Aktualis
  2. Harga
  3. Sosial
  4. Rasa aman
  5. Fisiologis

a. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital yang menyangkut  fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme insan ibarat kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan sexs dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa kondusif dan perlindungan, ibarat terjamin keamannnya, terlindung dari ancaman dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.
c. Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.
d. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai lantaran prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan verbal diri.

Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang sanggup digunakan setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka contoh yang sanggup digunakan sewaktu-waktu bilamana diharapkan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang sanggup digunakan untuk mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melaksanakan sesuatu.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sanggup mengamati bahwa kebutuhan insan itu berbeda-beda, faktor-faktor yang mensugesti adanya tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau filsafat hidup, harapan dan harapan masa depan dari tiap-tiap individu.

Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan berdasarkan teori Maslow, kehidupan tiap insan sanggup dijelaskan sebagai berikut : Pada mulanya kebutuhan insan yang paling mendesak yakni kebutuhan fisiologis ibarat pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan yang mendesak yakni kebutuhan yang mendesak, amak timbul kebutuhan lain yang mendesak yaitu kebutuhan akan penghargaan. Demikian seterusnya hingga kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri, ingin menjadi orang populer dan ternama. Namun janganlah diartikan bahwa kehidupan insan itu akan mengikuti urutan kelima tingkat kebutuhan fisiologis hingga dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri, proses kehidupan insan itu berbeda-beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat, adakala melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan melampaui tingkat kebutuhan tertentu yang lain dengan melampaui tingkat kebutuhan yang berbeda diatasnya. Atau pula kemungkinan terjadi lompatan balik dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi ke tingkat kebutuhan di bawahnya. Dengan demikian pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang berbeda dengan orang-orang lain.

Motivasi merupakan proses yang tidak sanggup diamati, tetapi ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang menempel pada diri seseorang dikombinasikan dengan motivasi sanggup menjadi catur daya atau empat dorongan yang sanggup mengarahkan individu untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan.

Menurut  McDonald (Wasty, 2000:191) motivasi yakni merupakan perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi  untuk mencapai tujuan.  Di dalam perumusan pendapat Mc Donald tersebut di ini bila dicermati  ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu:

1.    Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perbuatan tertentu

2.    Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis kemudian merupakan suasana emosi. Suasana ini menimbulkan kelakuan yang bermotif Perubahanini bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya sanggup melihatnya dalam perbuatan.

3.    Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.
      
Sejalan dengan pendapat McDonald di atas Makmun  (2001:37) menyampaikan bahwa pada esensinya motivasi itu merupakan:
1.    Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya energi.
2.    Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisasi) untuk bergerak ( to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.

Psikolog Gestalt menyampaikan bahwa motivasi merupakan produk dari ketidaksesuaian dari sebuah pase kehidupan. Dalam pase kehidupan itu meliputi tujuan-tujuan yang  positif atau negatif yang ingin diraih atau dihindarkan. Artinya bahwa motivasi itu timbul akhir adanya  dorongan-dorongan lain yang ada dalam organisme. Bigge (2002:73)  menyampaikan bahwa organism drives such as hunger, thirst and sexual need; and for emotionals such as fear, anger and “love”--produce behaviors that predictable and irresistible.

Selanjutnya andal sikap (behavioriest) beropini bahwa motivasi yakni dorongan untuk berbuat sesuatu sebagai akhir adanya rangsangan yang mendahuluinya. Seluruh motivasi timbul secara pribadi dari dorongan-dorongan organisme, emosi-emosi dasar atau dari kecenderungan untuk merespons terhadap dorongan-dorongan dan emosi-emosi tersebut. Dorongan organisme  ibarat lapar, haus dan kebutuhan seksual (sexual need) dan dorongan emosi ibarat rasa takut, murka keduanya membentuk tingkah laris (behavior) yang sanggup diprediksi.

Berdasarkan pendapat di atas sanggup dipahami bahwa tingkah laris yang tampak pada diri seseorang itu dipengaruhi oleh stimulus-stimulus dari dalam dan dari luar  diri manusia. Seperti rasa lapar, haus, kebutuhan seksual, takut, marah, cinta dan lain-lain. Stimulus-stimulus inilah merupakan motif atau dorongan yang mensugesti seseorang untuk berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Sementara itu Murray (dalam Arikunto 2003:67) mengatakan: bahwa motivasi merupakan konstruk (konsep hipotetik) yang terdiri atas kekuatan-kekuatan yang mensugesti persepsi dan sikap seseorang dalam upayanya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan dirinya.

Dari teori Murray di atas memperlihatkan bahwa rangsangan dari luar memegang peranan penting bagi tumbuhnya motivasi, merkipun motivasi yang timbul dari dalam merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan motivasi yang ditimbulkan dari luar, namun tetap peranan guru di dalam menimbulkan motivasi siswa tetap diharapkan untuk sanggup merubah persepsi dan perilakunya di dalam proses belajar. 

Menurut Purwanto  (2002: 72), ada dua prinsip yang sanggup digunakan untuk meninjau motivasi ialah:
(1)  Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan wacana proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk menjelaskan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang;
(2)  Kita menentukan abjad dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk itu sanggup dipercaya, sanggup dilihat dari kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laris lainnya. Motivasi mengandung tiga komponen pokok,  yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laris manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laris individu diarahkan terhadap sesuatu. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforcement) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Komponen lain dalam motivasi, yaitu komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component).  Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Kaprikornus komponen dalam yakni kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.      
Teori stimulus respons (S-R) atau teori rangsang reaksi dalam llmu jiwa menjelaskan bahwa sikap seseorang ditimbulkan oleh kejadian-kejadian  yang datang   dari dalam atau pun dari luar dirinya, sedangkan arah dari sikap tersebut ditentukan oleh korelasi mekanisme dari S-R yang bersangkutan

Motivasi siswa secara alami harus terjadi lantaran hasratnya untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Akan tetapi ini juga berdasarkan alasan-alasan atau harapan yang mendasarinya untuk berpartisipasi dalam proses akademik. Karena, walaupun mungkin siswa dapat  dimotivasi secara sama untuk melaksanakan suatu perbuatan, akan tetapi sumber-sumber motivasinya mungkin akan berbeda.

McDonald menyampaikan bahwa andal psikologi telah mempelajari bagaimana seseorang mencar ilmu dengan kecenderungan-kecenderungan motivasi yang relatif stabil. Salah satu konsep dasar untuk mengambarkan kecenderungan itu yakni adanya kebutuhan. Kebutuhan adalah  kecenderungan umum yang termotivasi dengan  cara-cara khusus.

Sementara itu teori-teori Gestalt cenderung untuk menghindari pemakaian konsep-konsep tingkah laris (behavioristic concepts), ibarat dorongan (drive), efek (effect), dan penguatan (reinforcement) pada satu sisi dan konsep-konsep mentalistik ibarat vitalisme, dan kesadaran pada sisi lainnya. Bagi mereka ada beberapa konsep yang berkaitan dengan motivasi, yaitu harapan (goal), harapan (expectancy), niat (intention) dan tujuan/sasaran (purpose). Dalam kerangka tumpuan Gestalt tingkah laris yakni fungsi sebuah situasi total. Orang berinteraksi dalam lapangan (wilayah) dorongan-dorongan psikologis. Lapangan psikologis meliputi tujuan dan cita-cita, interpretasi obyek dan insiden fisik yang relevan, memori dan antisipasi. Dengan demikian motivasi tidak sanggup diuraikan hanya dengan sebuah gerakan hati (an impulse) terhadap perbuatan yang digerakkan oleh stimulus. Lebih dari itu ia timbul  dari situasi psikologis yang dinamis yang ditandai dengan hasrat seseorang untuk berbuat sesuatu.

          Berdasarkan paparan di atas sanggup dipahami bahwa bahu-membahu motivasi  merupakan suatu hal yang tidak sanggup dilepaskan dari  diri manusia, lantaran pada hakekatnya kehidupan yakni kebutuhan dan harapan. Motivasi yang ada insan sanggup bersumber dari diri insan itu sendiri (intrinsik)  atau juga dari luar (ekstrinsik). Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Oleh lantaran itu motivasi intrinsik sebaiknya ditimbulkan dan diaktifkan dalam diri setiap individu.

Lepper (1988) menyampaikan bahwa motivasi instrinsik  mendorong siswa untuk beraktivitas lantaran adanya kesenangan, harapan, dan timbulnya perasaan sempurna, sedangkan motivasi ekstrinsik mendorong siswa beraktivitas untuk mendapat hadiah dan menghindari hukuman.  

Berdasarkan pendapat Lepper di atas sanggup dipahami motivasi mencar ilmu itu timbul secara internal dan juga eksternal. Seseorang melaksanakan suatu acara lantaran acara itu bermakna, adanya kesenangan, harapan, perasaan berprestasi, atau apa pun juga yang menjadi pendorong (motif) seseorang untuk melaksanakan suatu aktivitas. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk beraktivitas yang timbulnya dari luar ibarat adanya hukuman, hadiah dan di luar acara itu sendiri yaitu adanya tingkatan, ikatan-ikatan atau restu guru.

Memahami bagaimana pengalaman-pengalaman sekolah yang berbeda sanggup mensugesti motivasi mencar ilmu yakni penting untuk membedakan banyak sekali kualitas situasi mencar ilmu yang dirasakan; menarik, senang, berarti secara pribadi atau relevan versus  situasi mencar ilmu yang dirasakan membosankan, menjenuhkan, tidak bermakna, atau tidak relevan dari perspektif individu. Pada masalah pertama, motivasi mencar ilmu secara alami terdorong oleh tugas-tugas mencar ilmu yang dirasa mengasyikkan atau secara pribadi bermakna. Pada masalah yang kedua, motivasi mencar ilmu harus dirangsang dari luar untuk menanggulangi kurangnya motivasi intrinsik yang disebabkan oleh persepsi mencar ilmu siswa bahwa tugas-tugas mencar ilmu membosankan atau secara pribadi tidak bermakna.

Dalam banyak situasi mencar ilmu yang ditentukan secara eksternal, pilihan-pilihan dibatasi untuk mengontrol dan memanaj pikiran dan perasaan internal. Pemilihan sikap itu sedikit. Menurut McCombs. (2002 :1) perbedaan yang penting lainnya, apakah motivasi merupakan respons alami terhadap keingintahuan pembelajar atau pembelajar tersebut harus mengerahkan segenap tenaganya untuk mengatur perasaan-perasaan yang timbul dari pemikiran negatif wacana kondisi-kondisi eksternal (seperti guru, kurikulum, dan praktek-praktek pembelajaran)

Selain motivasi intrinsik dan ekstrinsik di atas   ada lagi motivasi lain yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif menimbulkan semangat dan kekuatan dalam diri setiap individu. Hal itu terjadi lantaran pada setiap diri insan bahagia pada hal-hal yang baik dan bahagia akan pujian. Sementara motivasi negatif akan  menawarkan dampak yang kurang baik untuk jangka panjang akan tetapi akan berdampak pada semangat kerja yang baik untuk jangka pendek. Hal ini terjadi lantaran motivasi negatip sifatnya yakni teguran dan peringatan terhadap kekeliruan yang dilakukan dan untuk menjadi perhatian untuk melaksanakan kegiatan yang akan datang.

Dalam prakteknya kedua jenis motivasi itu sering digunakan dalam suatu kelompok aktivitas. Yang harus diperhatikan yakni kapan motivasi positif   atau  negatif sanggup merangsang secara efektif kegairahan beraktivitas dalam diri individu. Motivasi positip untuk jangka panjang sementara motivasi negatip untuk jangka pendek.

          Oleh lantaran itu McCombs (2002:2) mengatakan:
“Another key to motivation to learn is helping students see ways they can change negative thinking and make learning fun by relation to the personal interest, working with other in meeting learning goals and being able to make choices—have a voice—in their own learning process”.(Salah satu cara memotivasi siswa untuk mencar ilmu yakni dengan menolong mereka untuk melihat cara-cara yang sanggup merubah pemikiran negatif  dan menciptakan mencar ilmu menyenangkan dengan mengkaitkannya kepada kepentingan pribadi, bekerja sama dalam mencapai tujuan dan sanggup menciptakan pilihan, mempunyai pendapat dalam proses pembelajaran mereka).

Dorongan yang ada pada diri seseorang itu sering berwujud kebutuhan (needs), kemauan (willingness), rangsangan (drive) dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang mengarah pada suatu tujuan. Dorongan itu pun intinya akan mensugesti tingkah laris seseorang dan menjadi alasan mengapa seseorang itu melaksanakan suatu tindakan atau kegiatan. Dorongan  kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang menggerakkan tingkah laris orang itu untuk dan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan akan mensugesti tingkah laris seseorang yang mempunyai dorongan itu.

McClelland (dalam Arikunto 2003:67) telah mengadakan penelitian wacana motivasi yang dikenal dengan studi pengukuran “N’ Ach”, merupakan sebuah istilah popular di dalam bidang pendidikan, yaitu akronim dari “need for achievement”, suatu bentuk kebutuhan (need) yang dimiliki oleh seseorang untuk suatu pencapaian (achievement). Biasanya orang yang mempunyai keinginan untuk memperoleh sesuatu di dalam dirinya akan terdapat suatu dorongan yang kuat untuk mencapai keinginannya itu. Dorongan kuat itulah yang dinamakan motivasi.

Dilihat dari segi motifnya setiap gerak sikap insan itu selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya sedikit demi sedikit dan berurut (sequential), yaitu:
(1)  Motivating states (timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akhir terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau lantaran terangsang oleh stimulasi tertentu).
(2)  Motivated behavior (bergeraknya organisme ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya).
(3)   Satisfied conditions    (dengan   berhasilnya   dicapai   tujuan yang sanggup memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri organisme pulih kembali).

Gibson dan kawan-kawan (dalam Gito dan Mulyana 2001:178) melukiskan proses motivasi pola awal berasal adanya kebutuhan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi yang kemudian menimbulkan orang mencari jalan memenuhi banyak sekali macam kebutuhannya. Pencarian jalan itu akan diwujudkan kepada sikap yang diarahkan pada tujuan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi).

Kebutuhan yakni kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan itu timbul lantaran adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau disebabkan oleh perangsang kejadian-kejadian di lingkungan organisme. Begitu terjadi perubahan tadi, maka timbul energi yang mendasari kelakuan ke arah tujuan. Jadi, timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang.

Kebutuhan sanggup mendorong, menguatkan, dan mengarahkah sikap seseorang baik untuk melaksanakan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan tersebut maupun untuk memcapai suatu tujuan. Tingkatan kebutuhan berdasarkan Maslow berdasarkan Sudjana (2000:167).dimulai dari kebutuhan yang paling rendah dan menuju kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah menjadi syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk diakui dan dihargai, dan kebutuhan pengembangan diri/ aktualisasi diri.
          Bila dijelaskan dari kelima kebutuhan tersebut yakni sebagai berikut:
1)   Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis dari organisme individu sebagai manusia, ibarat kebutuhan sandang, papan, pangan, kesehatan dan sebagainya.
2)   Kebutuhan rasa kondusif dan proteksi yakni kebutuhan individu untuk merasa terjamin dari segala ancaman dan hal-hal yang akan merusaknya.
3)   Kebutuhan sosial yakni kebutuhan yang meliputi keinginan untuk diperhitungkan dan diakui dalam kelompok, ibarat kebutuhan untuk dicintai, kerjasama dan lain-lain.
4)   Kebutuhan diakui dan dihargai yakni kebutuhan lantaran prestasi, kemampuan, kedudukan ataupun status individu dalam kelompok.
5)   Kebutuhan akan aktualisasi diri yakni kebutuhan untuk mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki individu untuk membuatkan diri secara maksimal, berkreativitas dan mengekspresikan diri.

Berdasarkan beberapa uraian di atas sanggup disintesiskan bahwa motivasi mencar ilmu siswa adalah keseluruhan daya penggagas atau tenaga dorong yang mensugesti persepsi dan sikap siswa dalam mencar ilmu dan menimbulkan adanya keinginan untuk melaksanakan kegiatan atau acara dalam mencar ilmu sebagai seorang siswa yang dilakukan secara sistematis, kontinyu dan progresif   mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. 

Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dalam upaya meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa, guru mempunyai kiprah penting dalam keberhasilan mencar ilmu siswa, beberapa kiprah itu antara lain :
1. Mengenal setiap siswa yang diajarkan secara pribadi. Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi, maka guru akan bisa memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa dilakukan secara tepat pula walaupun guru itu berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas. Apabila guru mengenal siswanya secara pribadi beliau akan bisa pula memperlakuk,an setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa itu.

2. Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana kondusif dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melaksanakan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini sanggup menciptakan suasana sehat dalam kelas, suasana yang menyenangkan dan sehat itu menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian motivasi mencar ilmu siswa menjadi lebih baik.

3. Menguasai banyak sekali metode dan teknik mengajar dan memakai secara tepat. Penguasaan banyak sekali metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat menciptakan guru mampou mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa, tes utama di sekolah dasar sering timbul Susana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus menyimak perubahan suasana kelas sebagai akhir dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru sanggup mengembalikan gairah mencar ilmu siswa antara lain dengan merubah metode dan teknik mengajar pada waktu Susana bosan itu mulai muncul.

4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan putus asa di kelas menimbulkan gairah mencar ilmu siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan pada upaya menghilangkan konflik dan fustasi itu. Energi mereka habis terkuras untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak sanggup mencar ilmu dengan baik. Apabila guru sanggup menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan putus asa itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan sanggup dikembalikan kepada kegiatan belajar. konsentrasi penuh terhadap mencar ilmu itu sanggup meningkatkan motivasi mencar ilmu anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.

5. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru sanggup memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai denga hal-hal yang diketahuinya dari tiap siswa itu.
Dengan penerapan peranan ibarat di atas, maka guru akan bisa menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada gilirannya guru akan bisa pla mengunakan teknik, motivasi secara tepat, baik dalam suasana kelompok maupun dalam suasana individual.



Sumber Bacaan:
A. Tabrani R (1994) Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya
Abin Syamsudin Makmun (2001), Psikologi Kependidikan, Jakarta: Remaja Rosda Karya
Depdikbud (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Nana Sudjana dan Daeng Arifin. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sondang P. Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
WS. Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia, 1983
W.S. Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.

Sumber 


= Baca Juga =



Related : Pengertian Motivasi Berguru

0 Komentar untuk "Pengertian Motivasi Berguru"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)