BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan beberapa definisi teknologi pembelajaran yang diungkapkan oleh beberapa pakar pendidikan, tampak bahwa teknologi pembelajaran dari waktu ke awktu mengalami proses penyempurnaan. Pada awalnya teknologi pembelajaran hanya dipandang sebagai alat, kemudian menjelma sistem yang lebih luas. Awalnya hanya berorientasi pada praktik kemudian menuju ke teori dan praktik, dari produk menuju ke proses dan produk, dan pada karenanya kini ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang kajian, acara studi, dan profesi.
Menurut Suparman (Bambang Warsita, 2008 : 18), teknologi pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, acara studi, maupun profesi terus mengalami perkembangan yang pesat, dan mempunyai 4 (empat) cirri utama, yaitu : 1) menerapkan pendekatan sistem; 2) memakai sumber berguru seluas mungkin; 3) bertujuan meningkatkan kualitas berguru manusia; dan 4) berorientasi pada kegiatan instruksional individual.
Sebagai suatu disiplin ilmu, teknologi pembelajaran berpegang teguh pada falsafah berkembangnya potensi optimal pembelajar (learners) secara efektif dan efisien. (Miarso, 2009 : 196)
Berdasarkan definisi tahun 1994, teknologi pembelajaran dirumuskan dengan berlandaskan 5 (lima) bidang garapan atau disebut dengan kawasan, yaitu : Kawasan Desain, Kawasan Pengembangan, Kawasan Pemanfaatan, Kawasan Pengelolaan, dan Kawasan Penilaian.
Kelima kawasan tersebut di atas saling bekerjasama dan saling melengkapi. Hubungan antar daerah bersifat sinergistik, contohnya: seorang praktisi yang bekerja dalam daerah pengembangan memakai teori dari daerah desain. Seorang praktisi yang bekerja dalam daerah desain memakai teori mengenai karakteristik media dari daerah pengembangan dan daerah pemanfaatan dan teori mengenai analisis problem dan pengukuran dari daerah penilaian. Dari pola tersebut sanggup disimpulkan bahwa setiap daerah menunjukkan bantuan terhadap daerah yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang digunakan bersama oleh semua kawasan.
BAB II KAWASAN PENGEMBANGAN
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media, dan kemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audiovisual ke abad teknologi pembelajaran kini ini. Film mulai digunakan untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audiovisual) pada tahun 1930-an, dan selama Perang Dunia II film digunakan untuk materi berguru (pelatihan militer). Setelah perang, televisi sebagai media digunakan untuk kepentingan pendidikan. Sekitar tahun 1970-an komputer mulai digunakan untuk pembelajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama tahun 1980-an teori dan praktik di bidang pembelajaran yang berlandaskan komputer berkembang ibarat jamur. Dan sekitar tahun 1990-an, multimedia terpadu yang berlandaskan komputer merupakan ciri dari kawasa pengembangan.
Kawasan pengembangan tidak berarti lepas dari praktekyang bekerjasama dengan berguru dan desain. Kawasan pengembangan tidak berfungsi bebas dari penilaian, pengelolaan, atau pemanfaatan, melainkan timbul alasannya ialah dorongan teori dan desain, dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian formatif dan praktek pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan.
Kawasan pengembangan tidak hanya terdiri atas perangkat keras pembelajaran, melainkan juga meliputi perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan audio, serta acara atau paket yang merupakan paduan banyak sekali bagian.
Di dalam daerah pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun seni administrasi pembelajarannya. Seels & Richey menyatakan (Bambang Warsita, 2008 : 27), bahwa daerah pengembangan terjadi alasannya ialah : a) pesan yang didorong oleh isi; b) seni administrasi pembelajaran yang didorong oleh teori; c) manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan materi pembelajaran.
Masih berdasarkan Seels & Richey (Bambang Warsita, 2008 : 26), daerah pengembangan meliputi pengembangan teknologi cetak, teknologi audivisual, teknologi berbasis komputer, dan multi media.
Teknologi cetak ialah cara untuk memproduksi atau memberikan bahan, seperti:buku-buku, bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui percetakan mekanis atau fotografis. (Seels & Richey, 2004:40), Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan kebanyakan materi pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan computer ialah suatu pola penggunaan teknologi computer untuk produksi. Apabila dicetak dalam bentuk ”cetakan”guna keperluan pembelajaran merupakan pola penyampaian dalam bentuk teknologi cetak. Dengan demikian, media cetak merupakan teknologi generasi pertama dalam teknologi pembelajaran.
Dua komponen teknologi ini ialah materi teks verbal dan visual. Pengembangan kedua jeis materi pembelajaran tersebut sangat bergantung kepada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manuasia, dan teori belajar.
Secara khusus, teknologi cetak/visual mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Teks dibaca linier, sedangkan visual direkam berdasarkan ruang.
2. Keduannya biasanya menunjukkan komunikasi satu arah yang pasif.
3. Keduanya berbentuk visual dan statis.
4. Pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual.
5. Keduannya berpusat pada akseptor didik.
6. Informasi sanggup diorganisasikan dan distruturkan kembali oleh pemakai.
Sedangkan pengembangan materi bimbing berguru cetak (modul) yang berkualitas harus didasarkan pada teori psikologi khusunya teori belajar, sosial kultural akseptor didik, desain instruksional, dan riset fitur-fitur tipologis materi berguru cetak yang sanggup membantu akseptor didik untuk belajar. Oleh alasannya ialah itu, materi berguru cetak harus didesain tidak hanya memperhatikan segi kebenaran materi, tetapi juga ketepatan komunikasi, tata saji, dan pedagogis.
Bahan berguru cetak lebih banyak didominasi memakai bahasa. Ragam bahasa yang digunakan hendaknya sederhana, komunikatif, dan interaktif. Sedangkan informasi yang disampaikan dengan bahasa cenderung bersifat abstrak. Bila bahasa yang digunakan kurang menarik dan sulit dicerna, tentu akseptor didik akan bosan. Untuk menghindari yang ajaib perlu digunakan visual. Visualisasi ini sanggup berbentuk gambar, foto, lukisan, bagan, diagram, grafik, skema, flowchart, ilustrasi, kartun, dan goresan pena hias. Selain itu, sanggup juga dalam bentuk desain grafis, warna, ukuran, jarak, bentuk jenis huruf, dan sebagainya.
Pemanfaatan media cetak ini sangat fleksibel. Fleksibilitas pemanfaatan media cetak ini meliputi fleksibilitas tempat (dapat digunakan dimana saja). Waktu (kapan saja), wujud (buku materi poko, buku pelajaran, panduan belajar, pamflet, brosur, peta dana lainnya), jenis cetakan (tulisan, gambar, foto, grafik, tabel dan lainnya) serta kemampuan untuk dipadukan atau diintegrasikan dengan media lain ibarat acara audio dan video.
b. Teknologi Audiovisual
Teknologi audiovisual ialah cara memproduksi dan memberikan materi dengan memakai peralatan dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual (Seels &Richey, 2001:41). Pembelajaran audiovisual sanggup dikenal dengan gampang alasannya ialah memakai peralatan keras didalam proses pembelajaran. Peralatan audiovisual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penanyangan visual yang berukuran besar. Pembelajaran audiovisual didefinisikan sebagai prosuksi dan pemanfaatan materi berguru yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan indera pendengaran yang secara ekslusif tidak selalu bergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.
Media audiovisual atau sering disebut video mempunyai potensi tinggi dalam penyampaian pesan maupun kemampuannya didalam menarik minat dan perhatian akseptor didik. Media video. Media video terbukti mempunyai kemampuan yang efektif (penetrasi lebih dari 70%) untuk memberikan , informasi, hiburan, dan pendidikan. Dengan demikian salah satu media pembelajaran yang efektif dan efesien dalam pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran ialah media video pembelajaran. Dengan kata lain media video pembelajran ialah acara video yang dirancang, dikembangkan, dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Media video ialah media visual gerak (motion pictures) yang sanggup diatur percepatan gerakannya. Hal ini memungkinkan media video efektif bila dgunakan untuk membelajarkan pengetahuan yang bekerjasama dengan unsur gerak (motion). Misalnya pada pelajaran fisika. Menurut Paul Bosner (1997:60) video pembelajaran merupakan aplikasi dari banyak sekali metode dan teknologi audiovisual yang dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.
Secara khusus teknologi audiovisual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Bersifat linier
2. Menampilkan visual yang dinamis.
3. Secara khas ddigunakan berdasarkan cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang.
4. Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak.
5. Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laris dan kognitif.
6. Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas akseptor didik.
Selain itu media video pembelajaran mempunyai potensi untuk (a) memperbesar objek yang sangat kecil dan bahkan yang tidak tampak kasat mata (misalnya perkembangan sel atau virus penyakit); (b) menyajikan objek yang terletak jauh sekali (misalnya kawah dibulan, hujan salju didaerah kutub); dan (c) menyajikan insiden yang rumit berlangsung sangat cepat, dan berbahaya (misalnya operasi jantung) (Suparman Zuhairi, 2004:351-357).
Adapun pengembangan media video pembelajaran ini sanggup mengunakan prinsip-prinsip pengembangan desain instruksional. Menurut Suparman (2001:33) pengembangan instruksional melalui proses desain, produksi, dan penilaian formatif. sedangkan Reigeluth (1978) dalam Suparman (2001:30) melalui tahap desain, produksi dan validasi. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dibutuhkan akan terjamin kualitasnya dan sanggup memenuhi fungsinya untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.
Pengembangan media video pembelajaran berdasarkan konsep teknologi pembelajaran sanggup memakai desain instruksional, yaitu melalui tahap perencanaan (analisis kebutuhan), tahap produksi (persiapan, pelaksanaan, dan penyeleseian atau pasca produksi), dan penilaian ( penilaian pramaster yang meliputi penilaian ahli, penilaian orang perorang dan penilaian kelompok kecil dan serta uji lapangan) sehingga sanggup menghasilkan media video pembelajaran yang berkualitas.
Media video sesuai dengan fungsinya sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran alasannya ialah dalam banyak sekali hal video sanggup menunjukkan rangsangan, membawa serta, memicu, membangkitkan, menghipnotis akseptor didik untuk melaksanakan sesuatu, menunjukkan saran-saran, menunjukkan warna, membelajarkan, menghibur, memperkuat, menggiatkan, memberikan imbas dari orang lain, memperkenalkan banyak sekali identitas (ciri) sesuatu, menunjukkan contoh, proses internalisai tingkah laku, banyak sekali bentuk partisipasi serta adaptasi diri dan lain-lain (Brown, 1977:347).
Penggunaan media video dalam kegiatan pembelajaran yaitu untuk menjembatani keterbatasan pengalaman akseptor didik terhadap objek yang langkahnya terlalu cepat atau lambat, menunjukkan pengalaman konkret kepada akseptor didik, memicu keterlibatan akseptor didik secara aktif dalam pembelajaran (melalui diskusi) mendorong munculnya pola pembelajaran yang bervariasi (seperti diskusi, melaksanakan kajian pustaka, melaksanakan penelitian lapangan, dan sebagainya) dan sekaligus membua pesan yang disampaikan sulit dilupakan akseptor didik.
Media video mempunyai potensi yang cukup besar jikalau dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang memungkinkan akseptor didik akan sanggup mengamati secara eksklusif wacana wujud benda yang bergotong-royong (aslinya), mengamati proses dari suatu insiden atau suatu perubahan, mengamati perbedaan warna, dan mengamati suatu gerakan dan lain-lain yang diiringi dengan suara.
Sekarang ini, penggunaan audivisual sebagai media pembelajaran semakin meluas, baik yang disampaikan melalui video compact disk (VCD) ataupun yang disampaikan melalui siaran televisi. Kemajuan teknologi telah menyebabkan harga VCD/DVD player dan pesawat TV semakin murah sehingga penggunaannya semakin luas.
Berdasarkan banyak sekali studi yang dilaksanakan diberbagai negara, dampak/pengaruh positif media video yang signifikasi dikalangan akseptor didik ialah acara audiovisual sanggup :
(a) meningkatkan pengetahuan
(b) menumbuhkan impian atau motivasi untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lebih lanjut.
(c) meningkatkan pembedaharaan kata/ jargon dan kemampuan berbahasa secara verbal nonverbal.
(d) meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas akseptor didik.
(e) meningkatkan kekritisan daya pikir akseptor didik alasannya ialah dihadapkan pada dua realitas gambar dunia.
(f) memicu minat baca dan motivasi berguru akseptor didik.
Referensi :
Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya (Intructional Technology: The Definition and Domains of the Filed) Diterjemahkan oleh Dra. Dewi S. Prawiradilaga, dkk. Jakarta: UNJ
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cpta
0 Komentar untuk "Makalah Daerah Pengembangan Dalam Teknologi Pembelajaran"