Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas berbahagialah kalau sakit karena sakit itu rezeki. Artikel kali ini akan membahas alasan mengapa sakit itu rezeki?
Tidak ada manusia yang luput dari dosa dan kesalahan. Setiap hari bisa jadi kita melakukan dosa, disengaja ataupun tidak. Tabungan dosa kita semakin lama semakin menggunung, sementara tabungan amal kita semakin lama semakin menipis karena tidak pernah ditambah. Adakah amalan yang dalam sekejap bisa menggugurkan dosa?
Kata Rasul,
"Tidaklah seorang mukmin tidak tertimpa penderitaan berupa penyakit atau perkara lainnya, kecuali Allah hapuskan dengannya kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya."(H.R.Bukhari dan Muslim).
Mengapa harus sedih, menderita dan merasa paling malang saat sakit? Sakit itu menggugurkan dosa. Betapa bersyukurnya kita jika tanpa melakukan apa-apa, tanpa melakukan ibadah yang sulit mengerjakannya, hanya dengan ridha pada penyakit yang diberi kemudian sabar bisa menggugurkan dosa kita.
Inilah salah satu keajaiban sakit yang sering dilupakan orang. Tatkala penyakit mulai menggerogoti badan, apalagi jika dokter memvonis kalau penyakit itu adalah penyakit yang susah disembuhkan, tidak ada obatnya, kita biasanya langsung shock, banyak berkeluh kesah, tidak bisa berpikir jernih dan pikiran seolah tertutup oleh rasa khawatir dan sedih yang berkepanjangan. Tidak bisa lagi melihat sisi positif dari sakit yang diderita.
Padahal sakit memiliki kekuatan untuk meluruhkan dosa, laksana daun-daun kuning yang luruh satu persatu dari pohonnya. Pemahaman seperti ini sudah terpatri dalam benak salafush shalih, sehingga sakit bagi mereka adalah rezeki, berkah agung yang tak membuat hati bingung dan pikiran jadi linglung. Hati mereka selalu welcome terhadap penyakit yang hinggap di badan, selalu siap sedia, menerima dengan ridha dan ikhlas hati sakit yang diberi Allah padanya. Bukannya mereka menginginkan sakit datang mendera hidupnya tapi setidaknya perasaan itu telah menjadi sugesti tersendiri bagi mereka, sehingga tidak terlampau kalut menghadapinya. Mereka sangat paham bahwa sakit itu rezeki yang harus disyukuri bukannya kemalangan yang harus ditangisi.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda,
" Tidak ada yang menimpa seorang muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang menusuk dirinya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. " (H.R. Bukhari)
Yang terpenting dari masalah sakit ini adalah kemampuan untuk bersabar. Sakit yang disertai sikap sabar memiliki kemampuan merontokkan dosa. Sebaliknya sakit yang disertai dengan keluhan, erangan, protes dan galau berkepanjangan, tidak mau bersabar, ia menjadi "mandul" tidak memiliki kekuatan ajaib untuk merontokkan dosa, bahkan bisa berpotensi memproduksi dosa-dosa baru. Dengan berparasangka buruk pada Allah, mudah marah, selalu berkeluh kesah dan tidak ridha dengan takdir Allah adalah beberapa dosa yang bisa saja kita tambah saat sakit jika kita tidak bersabar.
# 2. Sakit mengangkat derajat seorang mukmin
Disamping menghapuskan dosa dan kesalahan seorang mukmin, cobaan - termasuk sakit - juga dapat mendongkrak derajatnya.
Kata Rasul,
"Tidaklah suatu musibah menimpa seorang mukmin kecuali dengannya Allah akan meghapus kesalahannya, menetapkan kebaikan baginya dan akan mengangkat derajatnya." (diriwayatkan oleh Thabrani)
Itulah mengapa sakit itu adalah rezeki, karena sakit berfungsi selain sebagai penghapus dosa juga sebagai pendongkrak derajat seorang mukmin. Hal ini harusnya cukup memotivasi kita yang mengaku sebagai orang beriman untuk bersikap "ramah" pada sakit yang datang bertamu dalam kehidupan kita. Sakit yang datang disambut dengan sikpa sabar yang menyejukkan, sehingga ia bisa membawa rezeki /berkah, Rezeki /berkah terhapusnya dosa dan rezeki / berkah terangkat derajatnya.
Orang beriman jika diberi cobaan oleh Allah, lalu ia bersabar atas cobaan yang menimpanya, maka hal itu bukan saja menghapuskan dosa-dosanya, akan tetapi Allah akan melimpahkan pahala baginya dan memperbanyak ganjarannya serta mengangkat kedudukannya di hadapan manusia maupun di surga nantinya.
Sebagaimana firman Allah SWT,
" Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innalillahi wainnailaihi rajiun. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk." (Al Baqarah : 155-157).
Alasan mengapa sakit itu rezeki
# 1. Sakit menggugurkan dosaTidak ada manusia yang luput dari dosa dan kesalahan. Setiap hari bisa jadi kita melakukan dosa, disengaja ataupun tidak. Tabungan dosa kita semakin lama semakin menggunung, sementara tabungan amal kita semakin lama semakin menipis karena tidak pernah ditambah. Adakah amalan yang dalam sekejap bisa menggugurkan dosa?
Kata Rasul,
"Tidaklah seorang mukmin tidak tertimpa penderitaan berupa penyakit atau perkara lainnya, kecuali Allah hapuskan dengannya kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya."(H.R.Bukhari dan Muslim).
Mengapa harus sedih, menderita dan merasa paling malang saat sakit? Sakit itu menggugurkan dosa. Betapa bersyukurnya kita jika tanpa melakukan apa-apa, tanpa melakukan ibadah yang sulit mengerjakannya, hanya dengan ridha pada penyakit yang diberi kemudian sabar bisa menggugurkan dosa kita.
Inilah salah satu keajaiban sakit yang sering dilupakan orang. Tatkala penyakit mulai menggerogoti badan, apalagi jika dokter memvonis kalau penyakit itu adalah penyakit yang susah disembuhkan, tidak ada obatnya, kita biasanya langsung shock, banyak berkeluh kesah, tidak bisa berpikir jernih dan pikiran seolah tertutup oleh rasa khawatir dan sedih yang berkepanjangan. Tidak bisa lagi melihat sisi positif dari sakit yang diderita.
Padahal sakit memiliki kekuatan untuk meluruhkan dosa, laksana daun-daun kuning yang luruh satu persatu dari pohonnya. Pemahaman seperti ini sudah terpatri dalam benak salafush shalih, sehingga sakit bagi mereka adalah rezeki, berkah agung yang tak membuat hati bingung dan pikiran jadi linglung. Hati mereka selalu welcome terhadap penyakit yang hinggap di badan, selalu siap sedia, menerima dengan ridha dan ikhlas hati sakit yang diberi Allah padanya. Bukannya mereka menginginkan sakit datang mendera hidupnya tapi setidaknya perasaan itu telah menjadi sugesti tersendiri bagi mereka, sehingga tidak terlampau kalut menghadapinya. Mereka sangat paham bahwa sakit itu rezeki yang harus disyukuri bukannya kemalangan yang harus ditangisi.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda,
" Tidak ada yang menimpa seorang muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang menusuk dirinya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. " (H.R. Bukhari)
Yang terpenting dari masalah sakit ini adalah kemampuan untuk bersabar. Sakit yang disertai sikap sabar memiliki kemampuan merontokkan dosa. Sebaliknya sakit yang disertai dengan keluhan, erangan, protes dan galau berkepanjangan, tidak mau bersabar, ia menjadi "mandul" tidak memiliki kekuatan ajaib untuk merontokkan dosa, bahkan bisa berpotensi memproduksi dosa-dosa baru. Dengan berparasangka buruk pada Allah, mudah marah, selalu berkeluh kesah dan tidak ridha dengan takdir Allah adalah beberapa dosa yang bisa saja kita tambah saat sakit jika kita tidak bersabar.
# 2. Sakit mengangkat derajat seorang mukmin
Disamping menghapuskan dosa dan kesalahan seorang mukmin, cobaan - termasuk sakit - juga dapat mendongkrak derajatnya.
Kata Rasul,
"Tidaklah suatu musibah menimpa seorang mukmin kecuali dengannya Allah akan meghapus kesalahannya, menetapkan kebaikan baginya dan akan mengangkat derajatnya." (diriwayatkan oleh Thabrani)
Itulah mengapa sakit itu adalah rezeki, karena sakit berfungsi selain sebagai penghapus dosa juga sebagai pendongkrak derajat seorang mukmin. Hal ini harusnya cukup memotivasi kita yang mengaku sebagai orang beriman untuk bersikap "ramah" pada sakit yang datang bertamu dalam kehidupan kita. Sakit yang datang disambut dengan sikpa sabar yang menyejukkan, sehingga ia bisa membawa rezeki /berkah, Rezeki /berkah terhapusnya dosa dan rezeki / berkah terangkat derajatnya.
Orang beriman jika diberi cobaan oleh Allah, lalu ia bersabar atas cobaan yang menimpanya, maka hal itu bukan saja menghapuskan dosa-dosanya, akan tetapi Allah akan melimpahkan pahala baginya dan memperbanyak ganjarannya serta mengangkat kedudukannya di hadapan manusia maupun di surga nantinya.
Sebagaimana firman Allah SWT,
" Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innalillahi wainnailaihi rajiun. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk." (Al Baqarah : 155-157).
Syaikh As Sa'di mengatakan di dalam tafsirnya, bahwa yang dimaksud kekurangan jiwa pada ayat di atas adalah meninggalnya orang-orang yang dicintai, dari kalangan anak-anak, kerabat dekat dan teman-temannya. Atau juga berupa berbagai macam penyakit yang menimpa tubuh seorang hamba maupun tubuh orang yang dicintainya.
Adapun orang yang diberi taufik oleh Allah untuk bersabar tatkala musibah ini terjadi lalu ia dapat menahan dirinya dari amarah, baik secara ucapan maupun perbuatan. Semua dilakukannya dalam rangka mengharapkan pahala dari Allah SWT. Ia mengetahui bahwa pahala yang didapatkan lewat kesabarannya lebih besar dari musibah yang menimpanya. Bahkan musibah itu menjadi nikmat baginya, menjadi rezekj yang besar untuknya. Mengapa? Karena musibah itu menjadi jalan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat baginya. Orang seperti ini sungguh telah menjalankan perintah Allah dan ia akan mendapatkan rezeki dan keberuntungan dengan pahala kesabarannya.
Orang yang bersabar tatkala dirundung sakit maka ia mendapatkan :
Orang yang bersabar tatkala dirundung sakit maka ia mendapatkan :
- keberkahan dan rezeki yang sempurna berupa pujian dari Allah,
- juga memperoleh rahmat Allah untuk memperoleh kesempurnaan pahala
- petunjuk yang menyebabkan mereka mengetahui yang haq (kebenaran).
- kekuatan untuk tetap bersabar karena menyadari sepenuhnya bahwa mereka berasal dari Allah dan kepadaNyalah kita akan kembali.
- perasaan ridha akan takdir Ilahi pada penyakit yang dideritanya.
- perasaan siap untuk kembali menghadapNya kapan saja Allah menginginkannya.
# 3. Sakit mengantarkan ke surga
Rezeki yang paling tinggi adalah surga yang nikmatnya tak pernah terbayangkan oleh manusia. Kita bersusah payah beribadah dan beramal saleh di dunia yang sebentar ini demi mencapai ridha Allah agar memperkenankan kita mahluk berdosa ini menjejakkan kaki ke surgaNya. Betulkah sakit bisa mengantarkan kita ke surga? Terdapat beberapa riwayat bahwa Allah telah menyiapkan surga bagi hambaNya yang didera penyakit jika ia mau bersabar.
Dikisahkan ada seorang wanita yang menghadap pada Baginda Rasul seraya berkata. "Aku terkena penyakit ayan dan terkadang karena serangan penyakit ini sebagian tubuhku tersingkap. Doakanlah aku." Berkata Baginda Rasul, "Jika engkau mau, bersabarlah, dan bagimu surga sebagai balasannya. Atau jika engkau mau maka aku akan berdoa kepada Allah, sehingga Dia menyembuhkanmu." Wanita itu berkata, "Aku akan bersabar." Kemudian ia berkata lagi, "Sesungguhnya lantaran penyakit ayan ini sebagian tubuhku biasa tersingkap, maka berdoalah kepada Allah untukkuagar tubuhkutidak tersingkap." Lalu Rasul pun mendoakannya. (H.R.Bukhari) .
Kita semua adalah perindu surga. Dan surga itu dikelilingi oleh sesuatu yang tidak disukai banyak orang. Rasullullah SAW bersabda, "Neraka itu dikelilingi oleh hal-hal yang disenangi dan surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disenangi." (H.R.Bukhari)
Sakit itu adalah hal yang tidak disenangi. Tapi jangan salah, bisa saja hal yang tidak disenangi itu mengantarkan kita menuju rezeki tertinggi yaitu surga.
Kalau begitu mengapa harus marah-marah dan banyak mengeluh saat sakit mendera tubuh? Mengapa harus memenuhi pikiran dengan hal-hal negatif seolah sakit adalah "hantu berbaring" yang siap meluluhlantakkan tubuhnya dan pelan-pelan menghancurkan jiwa dan imannya? Bukankah sakit adalah rezeki /nikmat yang dapat mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi orang beriman?
Mulai hari ini perbaikilah persepsi anda tentang sakit dan rubahlah cara berpikir anda, Insya Allah anda akan mendapatkan rezeki dan kebaikan yang berlipat ganda. Wallahu alam.
0 Komentar untuk "3 Alasan Mengapa Sakit itu Rezeki"