Materi Pai X Cuilan 10 Nikmatnya Mencari Ilmu Dan Indahnya Membuatkan Pengetahuan

Menuntut ilmu atau berguru merupakan keharusan setiap orang Islam. 

Banyak sekali ayat al-Qur’ān atau hadis Rasulullah saw. yang menerangkan mengenai keharusan belajar, baik keharusan tersebut ditujukan terhadap lakilaki maupun perempuan. 

Bahkan wahyu pertama yang diterima Nabi saw. merupakan perintah untuk membaca atau belajar. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. 

Dia sudah bikin insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5) 

Kewajiban menuntut ilmu bagi pria dan wanita menunjukan bahwa agama Islam tidak membeda-bedakan hak dan keharusan insan alasannya merupakan jenis kelaminnya. 

Walau memang ada beberapa keharusan yang ditugaskan Allah Swt. dan Rasul-Nya yang membedakan lak-laki dengan perempuan. 

Akan tetapi, dalam menuntut ilmu semua memiliki keharusan dan hak yang serupa antara pria dan perempuan. 

 Laki-laki dan wanita sama-sama selaku khalifah di wajah bumi dan selaku hamba (‘abid). 

Untuk menjadi khalifah yang sukses, maka sudah barang pasti memerlukan ilmu pengetahuan yang memadai. 

Bagaimana mungkin seseorang sanggup mengurus dan merekayasa kehidupan di bumi ini tanpa bekal ilmu pengetahuan. 

Demikian pula selaku hamba, untuk meraih tingkat kepercayaan (keimanan) tertinggi terhadap Allah Swt. dan makhluk-makhluk-Nya yang mistik dikehendaki ilmu pengetahuan yang luas 

Menuntut ilmu juga tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. 

Mengenai jarak, ada sebutan yang menyatakan bahwa tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina. 

Demikian pula dalam hal waktu, Islam mengajarkan bahwa menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir sampai liang lahat


Istilah ilmu meliputi seluruh pengetahuan yang tidak dikenali manusia, baik yang berfaedah maupun yang tidak bermanfaat. 

Untuk ilmu yang tidak bermanfaat, haram, dan berdosa bagi orang yang mempelajarinya, baik berhasil maupun gagal. 

Adapun ilmu yang bermanfaat, maka wajib dituntut dan dipelajari. Hukum menuntut ilmu-ilmu wajib itu terbagi atas dua bagian, yakni far du kifayah dan fardu ‘ain. 


1. Far du Kifayah 

Hukum menuntut ilmu far du kifayah berlaku untuk ilmu-ilmu yang mesti ada di kelompok umat Islam sebagaimana juga dimiliki dan dikuasai golongan kafir. Seperti ilmu kedokteran, perindustrian, ilmu falaq, ilmu eksakta, serta ilmu-ilmu lainnya. 


2. Fardu ‘Ain 

Hukum mencari ilmu menjadi far du ‘ain kalau ilmu itu dilarang ditinggalkan oleh setiap muslim dan muslimah dalam segala suasana dan kondisi, menyerupai ilmu mengenal Allah Swt. dengan segala sifat-Nya, ilmu mengenai tatacara beribadah, dan sebagainya.


Orang-orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya diberikan kelebihan oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya dengan derajat yang tinggi di segi Allah Swt. 

Di antara keutamaan-keutamaan orang yang menuntut ilmu dan yang mengajarkannya merupakan selaku berikut. 


1. Diberikan derajat yang tinggi di segi Allah Swt. 

“Dan Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kau dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.” (Q.S. alMujadillah/58:11) 


2. Diberikan pahala yang besar di hari tamat zaman nanti 

Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda, “Penuntut ilmu merupakan penuntut rahmat, dan penuntut ilmu merupakan pilar Islam dan akan diberikan pahalanya bareng para nabi.” (H.R. ad-Dailami) 


3. Merupakan sedekah yang paling utama 

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah yang paling utama merupakan kalau seorang muslim mempelajari ilmu dan mengajarkannya terhadap saudaranya sesama muslim.” (H.R. Ibnu Majah) 

 

4. Lebih utama dibandingkan dengan spesialis ibadah 

Dari Ali bin Abi Talib ra. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang alim yang sanggup mengambil faedah dari ilmunya, lebih baik dari seribu orang andal ibadah.” (H.R. ad-Dailami) 


5. Lebih utama dari śalat seribu raka’at 

Dari Abu Żarr, Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Aba ªarr, kau pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah sudah baik bagimu dibandingkan dengan śalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu penggalan ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dibandingkan dengan śalat seribu rakaat.” (H.R. Ibnu Majah) 


6. Diberikan pahala menyerupai pahala orang yang sedang berjihad di jalan Allah 

Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw. bersabda, “Bepergian di saat pagi dan sore guna menuntut ilmu merupakan lebih utama dibandingkan dengan berjihad fi sabilillah.” (H.R. ad-Dailami) 


7. Dinaungi oleh malaikat pembawa rahmat dan dimudahkan menuju surga 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah sekumpulan orang yang berkumpul di suatu rumah dari rumah-rumah (masjid) Allah ‘Azza wa Jalla, mereka mempelajari kitab Allah dan mengkaji di antara mereka, melainkan malaikat mengelilingi dan menyelubungi mereka dengan rahmat, dan Allah menyebut mereka di antara orang-orang yang ada di sisi-Nya. Dan tidaklah seorang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu melainkan Allah mempermudah jalan baginya menuju surga.” (H.R. Muslim dan Ahmad)


Q.S. at-Taubah/9:122 

“Dan tidak sepantasnya orang-orang mukmin itu seluruhnya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi perayaan terhadap kaumnya apabila mereka sudah kembali, mudah-mudahan mereka sanggup mempertahankan dirinya.” 

Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin berangkat ke medan perang, apabila pertempuran itu sanggup dijalankan oleh sebagian kaum muslimin saja. 

Tetapi mesti ada pembagian kiprah dalam masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam agar ajaran-ajaran agama itu sanggup diajarkan secara merata, dan dakwah sanggup dijalankan dengan cara yang lebih efektif serta berfaedah serta kecerdasan umat Islam sanggup ditingkatkan. 

Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. 

Dalam hal ini Rasulullah saw. sudah bersabda yang artinya, “Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw. bersabda, ‘Di alam abadi nanti tinta ulama ditimbang dengan darah para syuhada. Ternyata yang lebih berat merupakan tinta ulama dibandingkan dengan darah syuhada”. (H.R. Ibnu Najar) 

Tugas umat Islam merupakan untuk mempelajari agamanya, serta meng amalkan nya dengan baik, lalu menyodorkan pengetahuan agama itu terhadap yang belum mengetahuinya. 

Tugas-tugas tersebut merupakan kiprah umat dan kiprah setiap eksklusif muslim sesuai dengan kesanggupan dan pengetahuan masing-masing, alasannya merupakan Rasulullah saw. sudah bersabda; Artinya: “Dari ‘Abdullah bin Amru, gotong royong Nabi saw. bersabda; “Sampaikanlah olehmu (apa-apa yang sudah kau peroleh) dariku meskipun cuma satu ayat al-Qur’ān”. (H.R. Bukhari) 

Apabila umat Islam sudah mengetahui ajaran-ajaran agamanya, dan sudah mengerti aturan halal dan haram, serta perintah dan larangan agama, tentulah mereka akan lebih sanggup mempertahankan diri dari kesesatan dan kemaksiatan. 

Selain itu, sanggup mengerjakan perintah agama dengan baik dan sanggup menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, umat Islam menjadi umat yang baik, makmur di dunia dan di akhirat. 

Oleh alasannya merupakan ayat ini sudah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut merupakan untuk mencerdaskan umat, maka tidaklah sanggup dibenarkan apabila ada orang-orang Islam yang menuntut ilmu pengetahuannya cuma untuk mengejar-ngejar pangkat dan kedudukan atau laba eksklusif saja,. 

Apalagi untuk menggunakan ilmu pengetahuan selaku sanjungan dan arogansi diri terhadap golongan yang belum menerima pengetahuan.


Hadis dari I bnu Abd. Barr. 

“Rasulullah saw. Bersabda; Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Dan gotong royong segala sesuatu sampai makhluk hidup di lautan memintakan ampun bagi penuntut ilmu” (H.R. Ibnu Abdul Barr)


Sebelum menjadi ulama besar yang sungguh produktif dalam menciptakan banyak sekali karya, Ibnu Hajar di saat masih menuntut ilmu tenar selaku seorang anak yang kurang pintar dan bebal. 

Ia pernah merasa depresi dan lari dari daerah ia berguru alasannya merupakan merasa sungguh tidak paham dengan ilmu yang diberikan guru kepadanya. 

Semakin ia diberi penjelasan, maka kian ia tidak mengerti maksudnya. Waktunya lebih banyak untuk menyendiri dan merenung di pinggir sungai. 

Pada di saat merenung, secara tiba-tiba ia tersentak oleh tetesan air pada watu yang didudukinya itu. 

Ternyata pada satu segi watu di mana air tersebut menetes, terlihat ada lubang di sana. 

Dari situ lalu berkembang lagi semangatnya untuk belajar, alasannya merupakan ia berkeyakinan kalau watu saja sanggup berlubang oleh tetesan air, pasti hati insan yang lunak akan tertembus pula oleh siraman ilmu pengetahuan 

Akhirnya sejarah mencatat Ibnu Hajar al-Asqalani selaku ulama yang luar biasa dan tenar dengan keluasan ilmunya. 

Nama Ibnu Hajar sendiri secara bahasa artinya “anak batu” alasannya merupakan dekat kaitannya dengan legenda yang menyatakan bahwa kegemilangannya dalam ilmu pengetahuan berawal dari terinspirasinya ia oleh suatu watu yang berlubang oleh tetesan air


Perilaku yang merefleksikan perilaku mengetahui Q.S. at-Taubah/9:122, di antaranya tergambar dalam aktivitas-aktivitas selaku berikut. 

1. Jadilah orang yang berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim sanggup mengajarkan ilmu yang dimilikinya terhadap orangorang yang ada di sekitarnya. Dengan demikian kebodohan yang ada di lingkungannya sanggup terkikis habis dan bermetamorfosis penduduk yang beradab dan memiliki pengetahuan yang luas. 

2. Jika tidak sanggup menjadi orang pintar yang mengajarkan ilmunya terhadap umat manusia, jadilah selaku orang yang akan berguru dari lingkungan sekitar dan dari orang-orang pandai. 

3. Jika tidak sanggup menjadi orang yang belajar, jadilah selaku orang yang akan menyimak ilmu pengetahuan. Setidaknya kalau kita mau menyimak ilmu pengetahun kita mampu mengambil pesan yang tersirat dari bahan yang kita dengar. 

4. Jika menjadi pendengar juga masih tidak dapat, maka jadilah selaku orang yang menggemari ilmu pengetahun, di antaranya dengan cara menolong dan memuliakan orang-orang yang berilmu, memfasilitasi acara keilmuan menyerupai menawarkan daerah untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain. 

5. Janganlah menjadi orang yang kelima, yakni yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau mendengar, dan tidak menggemari ilmu. Jika di antara kita menegaskan yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka


Nelty Khairiyah dan Endi Suhendi Zen. 2017. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud.

Related : Materi Pai X Cuilan 10 Nikmatnya Mencari Ilmu Dan Indahnya Membuatkan Pengetahuan

0 Komentar untuk "Materi Pai X Cuilan 10 Nikmatnya Mencari Ilmu Dan Indahnya Membuatkan Pengetahuan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)