Model Penerapan Gerakan Literasi Sekolah (Gls)

PENERAPAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Tak Sebatas Baca Buku, Ini Dia Cara Penerapnya Melalui Kurikulum Wajib Baca yang bersumber dari Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah.

Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri akseptor didik memengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal yang paling fundamental dalam praktik literasi yaitu kegiatan membaca. Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk mempelajari aneka macam hal lainnya. Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual akseptor didik. Melalui membaca akseptor didik sanggup menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Membaca memperlihatkan dampak budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi akseptor didik. Sayangnya, hingga ketika ini prestasi literasi membaca akseptor didik di Indonesia masih rendah, berada di bawah rata-rata skor internasional. Dari laporkan hasil studi yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain, diperoleh informasi bahwa kemampuan literasi Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei (Jakarta Post, 2020).

Rendahnya literasi membaca tersebut akan besar lengan berkuasa pada daya saing bangsa dalam persaingan global. Kemampuan literasi sangat penting untuk keberhasilan individu dan negara dalam tataran ekonomi berbasis pengetahuan di percaturan global pada masa depan (Miller, 2020). Hal ini memperlihatkan penguatan bahwa kurikulum wajib baca penting untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia. Manual ini diharapkan sanggup memperlihatkan fondasi dan kode bagi Sekolah Menengah Pertama dalam menerapkan kurikulum wajib baca. Tidak tertutup kemungkinan contoh-contoh yang tersaji di sini sanggup dikembangkan lagi sehingga Sekolah Menengah Pertama menjadi semakin kreatif dan novatif.

Tujuan kurikulum wajib baca yaitu sebagai berikut: a) membentuk kebijaksanaan pekerti luhur; b) menyebarkan rasa cinta membaca; c) merangsang tumbuhnya kegiatan membaca di luar sekolah; d) menambah pengetahuan dan pengalaman; e) meningkatkan intelektual; f ) meningkatkan kreativitas; g) meningkatkan kemampuan literasi tinggi. Adapun Sasaran kurikulum wajib baca yaitu akseptor didik di sekolah

Pelaksanaan kurikulum wajib baca perlu melibatkan semua pihak, bukan hanya sekolah dan orang tua, tetapi pelibatan publik mutlak diperlukan. Selain itu, kurikulum wajib baca juga perlu menyesuaikan dengan SPM, khususnya untuk jumlah buku (di Sekolah Menengah Pertama minimal ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi. Selain itu, dalam Kurikulum 2013, akseptor didik Sekolah Menengah Pertama wajib menuntaskan minimal 12 buku nonpelajaran/pengayaan).

MODEL PENERAPAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)
Kurikulum wajib baca juga mempertimbangkan tiga tahap literasi, yakni penyesuaian (belum ada tagihan), pengembangan (ada tagihan nonakademik), dan pembelajaran (ada tagihan akademik). Dalam ketiga tahap literasi tersebut, kurikulum wajib baca sanggup terwujud dalam beberapa kegiatan

Contoh kegiatan disusun menurut tahap-tahap literasi, yakni: (1) Tahap Pembiasaan, (2) Tahap Pengembangan, (3) Tahap Pembelajaran. Berikut ini yaitu pola kegiatan yang dimaksudkan dengan langkah-langkahnya.



1. Tahap Pembiasaan
A) Membaca lima belas menit setiap hari pada jam ke-0 atau waktu lain menurut kesepakatan sekolah.
Kegiatan ini merupakan upaya membiasakan membaca pada akseptor didik.
1)    Guru memandu akseptor didik untuk membaca selama lima belas menit.
2)    Guru dan akseptor didik membaca selama lima belas menit.
3)    Guru memotivasi akseptor didik untuk gemar membaca.

B) Mengelola sudut baca.
Sudut baca ini merupakan upaya mendekatkan akseptor didik pada buku. Berikut ini salah satu alternatif yang sanggup dilakukan untuk mengelola sudut baca.
1)    Wali kelas memandu akseptor didik untuk menciptakan sudut baca.
2)    Setiap akseptor didik menyumbang satu buku untuk sudut baca.
3)    Ada akseptor didik yang bertugas mengelola manajemen peminjaman buku.
4)    Peserta didik wajib meminjam buku untuk dibaca.

C) Satu Peserta Didik Satu Buku Sastra (1 tahun sekali)
Program ini bertujuan untuk menambah jumlah koleksi buku sastra di perpustakaan sekolah.

1)    Peserta didik diminta membawa satu buku sastra.
2)    Peserta didik membaca buku yang dimiliki.
3)    Setelah dibaca, buku itu disumbangkan pada perpustakaan sekolah.
4)    Peserta didik sanggup meminjam buku sastra yang lain di sekolah.
5)    Sekolah mempunyai koleksi buku sastra lebih banyak.

D) Wajib Kunjung Perpustakaan Sekolah
Kegiatan ini bertujuan memanfaatkan perpustakaan untuk menumbuhkan kegemaran membaca
1)    Pengelola perpustakaan memperlihatkan jadwal kunjung ke perpustakaan kepada setiap guru mata pelajaran.
2)    Sesuai dengan jadwal, setiap guru mata pelajaran membawa akseptor didik satu kelas untuk berkunjung ke perpustakaan.

E) Membacakan cerita.  Program ini bertujuan memotivasi akseptor didik membaca lebih banyak lagi

1)    Guru menentukan buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk dibacakan di depan akseptor didik.
2)    Guru membacakan kisah dengan verbal dan penghayatan yang tepat.
3)    Tanya jawab dengan akseptor didik wacana kisah yang telah dibacakan.
4)    Pada tahap berikutnya, akseptor didik secara bergiliran diminta membaca kisah menarik lain di hadapan sahabat sekelas.  
5)    Diadadakan lomba membaca kisah bagi akseptor didik setiap tahun.


2. Tahap Pengembangan

A. Mengelola sudut baca
Mengelola sudut baca sanggup dilakukan lagi di tahap pengembangan dengan menambahkan beberapa langkah. Berikut ini salah satu alternatif yang sanggup dilakukan untuk mengelola sudut baca dalam tahap pengembangan.
1)    Wali kelas memandu akseptor didik untuk menciptakan sudut baca.
2)    Setiap akseptor didik menyumbang satu buku untuk sudut baca.
3)    Ada akseptor didik yang bertugas mengelola manajemen peminjaman buku.
4)    Peserta didik wajib meminjam buku untuk dibaca.
5)    Peserta didik menciptakan resume hasil bacaan.
6)    Peserta didik mengumpulkan hasil serume di loker khusus.
7)    Wali kelas menyidik resume di loker sebulan sekali.
8)    Peserta didik menciptakan perayaan hasil membaca, contohnya menceritakan hasil bacaan di kelas.

B. Satu Jam Wajib Baca (seminggu sekali)
Kegiatan ini membiasakan akseptor didik gemar...
1)    membaca buku yang disukai,
2)    membuat resume,
3)    mengisi jurnal membaca,
4)    menceritakan isi buku.

C. Kuis Membaca Pagi
Program ini membiasakan akseptor didik dengan kegiatan membaca pada pagi hari. Medianya berupa papan yang dilengkapi kotak-kotak kecil sebanyak jumlah mata pelajaran di sekolah. Kotak-kotak ini untuk menempatkan kertas-kertas kuis di tiap mata pelajaran. Berikut ini panduan pelaksanaan Kuis Membaca Pagi
1)    Tiap akseptor didik diminta untuk mencari teks (tidak lebih dari satu halaman) yang kemudian ditempel di kertas karton. Teks tersebut dilengkapi dengan soal yang dibentuk oleh akseptor didik sendiri.
2)    Tiap akseptor didik diberi kode untuk menandai teks tersebut. Seluruh teks dari akseptor didik ditempatkan di kotak yang telah disiapkan di kelas.
3)    Siapkan juga kartu pantau yang berisi wacana nomor urut, tanggal mengerjakan, identitas akseptor didik, kode teks dan soal yang dikerjakan!
4)    Sepakati hari untuk melaksanakan acara ini, misal tiap Senin dan Kamis!
5)    Pada hari yang telah disepakati, seluruh akseptor didik menentukan kartu soal dan teks sesuai urutan daftar hadir kelas. Kegiatan dilaksanakan pagi hari sebelum jam pelajaran dimulai. Peserta didik bisa mengambil lebih dari 1 teks dan soal untuk dikerjakan kalau waktunya masih mungkin.
6)    Usai membaca teks dan mengerjakan soal, akseptor didik mengisi kartu pantau.

D. Duta Literasi
Duta literasi merupakan akseptor didik terpilih yang bertugas untuk menyebarkan acara literasi di sekolah. Beberapa kegiatan duta literasi sanggup dilakukan, antara lain:
1)    Wali kelas mengadakan seleksi duta literasi.
2)    Wali kelas menentukan tiga duta literasi .
3)    Duta literasi dilatih dan dibekali keterampilan membaca dan menulis.  
4)    Duta literasi wajib menjadi teladan membaca dan menulis.
5)    Duta literasi bertugas memotivasi akseptor didik lainnya semoga gemar membaca.
6)    Duta literasi bertugas mengelola sudut baca.
7)    Duta literasi bertugas mengelola majalah dinding (mading) kelas. Kartu Mandiri Kartu sanggup bangun diatas kaki sendiri mempunyai kegunaan untuk memonitor sasaran buku bacaan akseptor didik.
8)    Kartu sanggup bangun diatas kaki sendiri berisi catatan buku yang sudah dibaca akseptor didik.
9)    Peserta didik bersama guru menentukan sasaran minimal buku, contohnya untuk Sekolah Menengah Pertama minimal 100 buku

F. Klub Pecinta Buku
Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan akseptor didik membaca buku gres dan membagi hasil bacaan pada teman. Kegiatan dalam klub pecinta buku sanggup dilakukan dengan aneka macam cara, antara lain:
1)    membaca buku,
2)    membuat ringkasan/resensi buku,
3)    menceritakan isi buku,
4)    mendiskusikan isi buku.

G. Tantangan Membaca
Tantangan membaca tidak dilaksanakan pada tahap pembiasaan, tapi sanggup dilaksanakan sesudah sekolah masuk dalam tahap pengembangan. Program ini menantang akseptor didik untuk meningkatkan kegemaran membaca. Berikut ini alternatif langkah-langkah kegiatan yang sanggup dilakukan:

1)    mendaftar acara tantangan membaca,
2)    memilih judul buku untuk tantangan membaca,
3)    meringkas buku, tidak lebih dari dua ratus kata,
4)    melaporkan rencana daftar bacaan akseptor didik dan hasil membacanya pada panitia,
5)    melaksanakan tantangan membaca,
6)    memberikan akta pada akseptor didik yang berhasil.

H.  Penghargaan Membaca

Penghargaan ini bertujuan meningkatkan motivasi membaca akseptor didik. Kegiatan penghargaan membaca yang sanggup dilakukan antara lain:

1)    memilih pembaca buku terbanyak dalam tiga bulan,
2)    memberikan penghargaan dan hadiah buku pada waktu upacara sekolah.

I. Menyusun Portofolio Membaca
Program ini bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan membaca akseptor didik. Portofolio hasil membaca sanggup berupa dokumen bukti fisik
1)    hasil membaca contohnya ringkasan buku-buku yang telah dibaca atau jurnal membaca, laporan kiprah membaca akseptor didik, dan hasil membaca kreatif akseptor didik. Berikut langkah-langkahnya.
2)    Guru meminta semua produk hasil membaca akseptor didik untuk dikumpulkan.
3)    Peserta didik menyiapkan bahan-bahan untuk menciptakan portofolio (lembar kerja, folder, dan map dokumen).
4)    Peserta didik menyusun portofolio menurut bentuk dan isi produk.
5)    Tentukan isi portofolio (semua karya akseptor didik atau hasil laporan membaca)
6)    Bentuk portofolio mencakup identitas akseptor didik, daftar isi protofolio atau garis besar portofolio dan kumpulan karya-karya.
7)    Setiap hari akseptor didik mengerjakan portofolio (misalnya lima belas menit setiap sore).
8)    Portofolio yang telah disusun, kemudian disimpan atau digantung berjajar di kelas secara berurutan.
9)    Guru memantau dan menilai portofolio yang telah disusun akseptor didik.

J. Membaca Berhadiah Buku
Pemberian buku sebagai hadiah dilakukan untuk lebih mendorong akseptor didik gemar membaca. Program ini sanggup dilakukan dengan langkah-langkah berikut

1)    Guru bekerja sama dengan pengelola perpustakaan sekolah untuk menyediakan catatan kunjungan akseptor didik ke perpustakaan.
2)    Guru menyosialisasikan kepada seluruh akseptor didik wacana acara Pembaca Terbaik yang akan dilaksanakan setiap bulan.
3)    Peserta didik akan berkompetisi membaca di perpustakaan sebanyak-banyaknya setiap saat. Kunjungan akseptor didik ke perpustakaan sekolah sanggup dilakukan ketika jam istirahat atau waktu senggang.
4)    Setiap bulan, guru akan menentukan pembaca terbaik di sekolah kemudian diberi hadiah buku dan tercatat di papan Pembaca Terbaik Bulan Ini.
5)    Pembaca terbaik dipilih menurut frekuensi kunjungan akseptor didik ke perpustakaan, jumlah buku yang dipinjam, dan jenis buku-buku yang dibaca serta dipinjam akseptor didik.
6)    Jika sudah berjalan satu tahun, guru atau sekolah akan menentukan pembaca terbaik selama satu tahun.
7)    Pemilihan Pembaca Terbaik sanggup dilakukan pada setiap jenjang.

K.  Pos Baca Pos
Baca sekolah merupakan daerah bacaan dan membaca di area sekolah yang lebih luas, menyerupai lorong-lorong sekolah, taman sekolah, kantin, dan sebagainya. Bahan yang dipajang di Pos Baca sanggup lebih bervariasi dan seluruh warga sekolah baik akseptor didik, guru, kepala sekolah bisa berpartisipasi memperlihatkan karyanya melalui Pos Baca tersebut. Berikut cara yang sanggup ditempuh untuk menyebarkan Pos Baca.

1)    Guru dan akseptor didik menciptakan pos baca di sekolah.
2)    Guru memperlihatkan kiprah kepada setiap kelas untuk secara bergiliran menyediakan dan mengganti bahan-bahan bacaan pada pos baca secara rutin.
3)    Pada tahap awal perlu dikondisikan oleh guru atau kepala sekolah untuk membaca dan memperlihatkan laporan hasil bacaan pada Pos Baca.
4)    Peserta didik diminta membaca buku di Pos Baca dan memajang karyanya di Pos Baca.

3. Tahap Pembelajaran
A. Membaca Buku Cerita (satu jam, seminggu sekali)
Kegiatan ini membiasakan akseptor didik untuk membaca sastra. Kegiatan membaca buku kisah sanggup dilakukan dengan aneka macam cara, antara lain:

1)    membaca buku cerita,
2)    membuat ringkasan isi cerita,
3)    membuat materi presentasi,
4)    menceritakan kembali pada sahabat atau kelompok.

B. Mading Kelas (terbit seminggu sekali)
Kegiatan ini membiasakan akseptor didik untuk menulis, mempublikasi, dan membaca karya secara berkala. Berikut ini beberapa kegiatan dalam majalah dinding (mading) kelas.

1)    membuat mading kelas,
2)    menulis berita,
3)    mempublikasikan gosip di mading.

C. Diorama Cerita
Kegiatan ini bertujuan membiasakan akseptor didik untuk membaca sastra. Kegiatan dalam diorama cerita, antara lain:
1)    peserta didik berkelompok 2–3 akseptor didik,
2)    membaca buku cerita,
3)    mendiskusikannya dalam kelompok,
4)    membuat diorama cerita,
5)    peserta didik bercerita di depan sahabat dengan pinjaman diorama cerita.

D. Piramida Cerita
Kegiatan ini membiasakan akseptor didik untuk membaca sastra. Berikut ini pola kegiatan dalam piramida kisah yang sanggup dilakukan oleh akseptor didik.
1)    berkelompok 2–3 akseptor didik;
2)    membaca buku kisah bersama;
3)    diskusi menentukan bagian-bagian penting cerita;
4)    mengambar piramida di kertas;
5)    menulis bab awal, inti, dan final kisah di tiga sisi piramida;
6)    peserta didik bercerita di depan sahabat dengan pinjaman piramida.

E.  Wajib Kunjung Perpustakaan Sekolah
Kegiatan ini sudah dikenalkan pada tahap pembiasaan. Dalam tahap pembelajaran, ada perhiasan langkah terkait dengan tagihan akademik. Berikut ini alternatif langkah yang sanggup dilakukan.
1)    Pengelola perpustakaan memperlihatkan jadwal kunjung ke perpustakaan kepada setiap guru mata pelajaran.
2)    Sesuai dengan jadwal, setiap guru mata pelajaran membawa akseptor didik satu kelas untuk berkunjung ke perpustakaan.
3)    Guru memperlihatkan kiprah untuk membaca buku yang berkaitan topik pembelajaran, menciptakan resume, dan berdiskusi.

F. Klub Literasi Peserta didik yang tergabung dalam klub ini melaksanakan aneka macam acara literasi, di antaranya sebagai berikut.
1)    bedah buku,
2)    pelatihan menulis,
3)    pameran buku,
4)    kontes membaca,
5)    seminar literasi,
6)    lokalatih literasi,  dll.

Sumber: Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, Kemdikbud. 2020


Related : Model Penerapan Gerakan Literasi Sekolah (Gls)

0 Komentar untuk "Model Penerapan Gerakan Literasi Sekolah (Gls)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)