Metode Resitasi


1.    Pengertian Metode Resitasi
Metode resitasi yaitu metode penyajian materi di mana guru memperlihatkan kiprah tertentu semoga siswa melaksanakan kegiatan mencar ilmu dan kiprah yang diberikan kepada siswa sanggup dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, atau di mana saja asal kiprah itu sanggup dikerjakan. Tugas atau resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu, alasannya yaitu kiprah sanggup dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, dan di daerah lainnya. Tugas atau resitasi sanggup merangsang anak untuk aktif mencar ilmu baik secara individual maupun secara kelompok.
Teknik kontribusi kiprah atau resitasi, biasanya dipakai dengan tujuan semoga siswa mempunyai hasil mencar ilmu yang lebih mantap, alasannya yaitu siswa melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu sanggup lebih terintegrasi. Menurut Zakiah Daradjat, bahwa metode kontribusi kiprah yaitu suatu cara dalam proses mencar ilmu mengajar bilamana guru memberi kiprah tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian kiprah tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dari pengertian perihal metode resitasi di atas, maka penulis sanggup uraikan bahwa metode resitasi merupakan suatu cara dari guru dalam proses mencar ilmu mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah untuk dipertanggungjawabkan oleh siswa kepada guru.                        

2.    Langkah-Langkah Metode Resitasi
Langkah-langkah yang sanggup dilakukan guru dalam melaksanakan metode resitasi, yaitu sebagai berikut:
a.    Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:
1)     Tujuan yang akan dicapai.
2)     Jenis kiprah yang terang dan sempurna sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
3)     Ada petunjuk atau sumber yang membantu pekerjaan siswa.
4)     Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan kiprah
b.    Langkah Pelaksanaan Tugas
1)     Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru.
2)     Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
3)     Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
4)     Dianjurkan semoga siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
c.    Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
1)     Laporan siswa baik verbal atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
2)     Ada tanya jawab atau diskusi kelas.
3)     Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.




3.    Bentuk Metode Resitasi
Dalam proses mencar ilmu mengajar bentuk metode resitasi sanggup dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
a.    Bentuk Kelompok
Bentuk kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok, mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil. Apabila guru dalam menghadapi murid-murid di kelas merasa perlu membagi mereka dalam beberapa kelompok untuk memecahkan suatu duduk kasus untuk mengerjakan suatu kiprah atau pekerjaan secara bersama-sama, maka cara itu termasuk bentuk dari metode resitasi.
Metode resitasi sebagai metode interaksi edukatif, bentuk kelompok ini sanggup diterapkan untuk banyak sekali macam tujuan proses belajar, mengajar, termasuk pada mata pelajaran SKI. Dilihat dari segi proses kerjanya, maka kerja kelompok ada dua macam, yaitu:
1)   Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok tersebut hanya pada ketika itu saja, jadi sifatnya insidental.
2)   Kelompok jangka panjang, artinya proses kerja dalam kelompok itu bukan hanya pada ketika itu saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai dengan kiprah atau duduk kasus yang akan dipecahkan.
Dalam bukunya Zakiah Daradjat yaitu “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok macam metode resitasi dibedakan menjadi:
1)   Bentuk kelompok jangka pendek
Kelompok ini sanggup dilaksanakan dalam kelas dengan waktu yang relatif singkat kurang lebih 20 menit, dimaksudkan untuk menanamkan rasa saling membantu dan kolaborasi dalam menuntaskan tugas, di samping itu juga untuk menanamkan pentingnya musyawarah dan keuntungannya dalam kehidupan bermasyarakat.
2)   Bentuk kelompok jangka menengah
Kelompok ini dibentuk, alasannya yaitu kepentingan penyelesaian unit-unit pelajaran yang dikerjakan secara tolong-menolong dalam beberapa hari. Tiap-tiap kelompok harus terlibat aktif dalam penyelesaian kiprah kelompok.
3)   Bentuk kelompok jangka panjang
Bentuk kelompok jenis ketiga ini, sering disebut kelompok studi suatu kelas dibagi kemudian diberi kiprah menjelang kenaikan kelas.
Sedangkan berdasarkan Abdul Aziz dalam buku “Kurikulum Berbasis Kompetensi Dasar”, bahwa seni administrasi pembelajaran untuk mengaktifkan kelompok yaitu salah satunya sebagai berikut: Tim Pendengar (Listening Team). Strategi ini dimaksudkan untuk mengaktifkan seluruh akseptor didik dengan membagi akseptor didik secara berkelompok dan memperlihatkan kiprah yang berbeda kepada masing-masing kelompok tersebut. Strategi ini sanggup dibuat dengan mekanisme sebagai berikut:
a)   Peserta didik dibagi ke dalam empat kelompok
Setiap kelompok mempunyai kiprah dan kiprah sendiri-sendiri, kelompok pertama (sebagai kelompok penanya), bertugas menciptakan pertanyaan yang didasarkan pada materi yang telah disampaikan oleh guru. Kelompok kedua (sebagai kelompok setuju), bertugas menyatakan point-point mana yang disepakati dan menjelaskan alasannya. Kelompok ketiga (sebagai kelompok tidak setuju), bertugas mengomentari point mana yang tidak disetujui dan menjelaskan alasannya. Dan kelompok yang keempat (sebagai pembuat contoh), bertugas menciptakan teladan atau aplikasi materi yang gres disampaikan oleh guru.
b)   Guru memberikan materi pelajaran sesudah selesai kelompok-kelompok tersebut diberi waktu untuk melaksanakan kiprah sesuai dengan yang ditetapkan. Tugas guru hanya memperlihatkan pengarahan semoga empat kelompok tersebut mengemukakan tugasnya dengan baik. Selain itu guru juga memperlihatkan komentar bila ada pendapat kelompok yang menyimpang terlalu jauh dari materi pelajaran.
Apabila semua materi SKI dikembangkan secara multi aspek, utuh dan komprehensif, maka hasil atau outputnya akan mempunyai potensi intelektual yang seimbang dengan potensi kepribadian. Dengan demikian, akan melahirkan konsepsi dan sikap yang lebih mengedepankan aspek kemanusiaan dalam melihat dan mensikapi realitas problem masyarakat.                                                               
b.    Bentuk individual
Bentuk ini, merupakan pembentukan kemampuan mencar ilmu sendiri untuk mencapai pemahaman dan inovasi diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri (Self Concept). Dalam bukunya, Slameto menyatakan bentuk individual ini sanggup mencapai hasil belajar, yaitu:
1)     Keterampilan intelektual yang merupakan hasil mencar ilmu individual ini sanggup sistem skolastik.
2)     Strategi kognitif, mengatur cara mencar ilmu dan berfikir seseorang di dalam arti yang seluas-luasnya.
3)     Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. 
4)     Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain keterampilan menulis, mengetik, dan sebagainya.
5)     Sikap dan nilai, berafiliasi dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana disimpulkan mundurnya bertingkah laris terhadap orang lain.
Menurut Abdul Aziz, seni administrasi pembelajaran untuk mengaktifkan individu, yaitu sebagai berikut:
1)   Strategi membaca dengan keras (reading alaud
Membaca suatu teks dengan keras sanggup membantu akseptor didik memfokuskan perhatian secara mental, menjadikan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi, seni administrasi tersebut mempunyai imbas pada pemusatan perhatian dan menciptakan suatu kelompok yang kohesif. Prosedur dari seni administrasi ini yaitu sebagai berikut:
a)       Guru menentukan sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras, contohnya perihal sejarah nabi, guru hendaknya membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang dari (500) kata.
b)       Guru menjelaskaan teks itu pada akseptor didik secara singkat, guru memperjelas point-point kunci atau masalah-masalah pokok yang sanggup diangkat.
c)       Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Guru menyuruh sukarelawan-sukarelawan untuk membaca keras bagian-bagian yang berbeda.
d)       Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru memberhentikan di beberapa daerah untuk menekankan point-point tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memperlihatkan contoh-contoh, guru sanggup menciptakan diskusi singkat bila akseptor didik memperlihatkan minat dalam bab tertentu, kemudian guru melanjutkan dengan menguji.
2)   Setiap orang yaitu guru (Everyone is a theacher here)
Ini merupakan sebuah seni administrasi yang gampang guna memperoleh parsitipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memperlihatkan kesempatan kepada setiap akseptor didik untuk bertidak sebagai “pengajar” terhadap akseptor didik lain.  Prosedur dari seni administrasi ini adalah:
a)       Guru membagikan kartu indeks kepada setiap akseptor didik, guru meminta para akseptor untuk menulis sebuah pertanyaan yang  mereka miliki perihal materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang mereka diskusikan di kelas, contohnya materi pelajaran perihal sejarah sahabat, maka mereka menciptakan pertanyaan yang berkaitan dengan sejarah para sahabat.
b)       Guru mengumpulkan kartu, mengocok, dan membagikan satu pada setiap akseptor didik membaca rahasia pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
c)       Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka sanggup dan memberi respon.
d)       Setelah diberi respon guru meminta yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbangkan oleh sukarelawan tersebut.
e)       Guru melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan.12
3)   Menulis pengalaman secara eksklusif (Writing in the here and now
Menulis sanggup membantu akseptor didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami, mekanisme dari seni administrasi ini adalah:
a)       Guru menentukan jenis pengalaman yang diinginkan untuk ditulis oleh akseptor didik. Ia bisa berupa kejadian masa lampau atau yang akan datang, guru menginformasikan pada akseptor didik perihal pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif.
Guru memberi mereka bahwa cara berharga untuk merefleksikan pengalaman yaitu mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama kali di sini dan ketika sekarang. Dengan demikian, tindakan itu menjadikan efek lebih terang dan lebih dramatik daripada menulis perihal sesuatu di sana dan kemudian, atau di masa depan yang jauh.
b)       Guru memerintahkan akseptor didik untuk menulis, ketika sekarang, perihal pengalaman yang dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan penulisan apa yang sedang mereka dan lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh akseptor menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan perihal peristiwa-peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan yang dihasilkannya.
c)       Guru memperlihatkan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik seharusnya tidak terburu-buru, ketika mereka selesai, guru mengajak mereka membacakan perihal refleksinya.
d)       Guru mendiskusikan hasil pengalaman akseptor didik tersebut bersama-sama.
Menurut Francis P. Robinson seni administrasi pembelajaran untuk mengaktifkan individu yaitu dengan metode SQ3R, yang mana pada prinsipnya merupakan abreviasi langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi:
1)   Survey, maksudnya atau menilik atau meneliti atau mengidentifakasi seluruh teks.
2)   Question, menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks.
3)   Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari balasan atas pertanyaan yang telah tersusun.
4)   Recite, maksudnya menghafal setiap balasan yang telah di tentukan.
5)   Review, maksudnya meninjau ulang seluruh balasan atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
Langkah pertama dalam melaksanakan kegiatan survey guru perlu membantu dan mendorong siswa untuk menilik atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya yaitu semoga siswa mengetahui panjangnya sub bab (heading), judul kunci, dan sebagainya. Dalam melaksanakan survey, siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna kuning, hijau, dan sebagainya) menyerupai stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu atau bab penting yang akan dijadikan materi pertanyaan pada langkah selanjutnya.
Langkah kedua, guru seyogyanya memperlihatkan petunjuk atau teladan kepada para siswa untuk menyusun pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks, yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada panjang pendeknya teks yang sedang dipelajari, bila teks yang dipelajari siswa berisi perihal hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin mereka hanya perlu menciptakan beberapa pertanyaan.
Langkah ketiga, guru seyogyanya menyuruh siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari balasan atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung balasan yang relevan dengan pertanyaan tadi. 
Langkah keempat, seyogyanya guru menyuruh menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Latihan siswa untuk tidak membuka catatan jawaban, bila sebuah pertanyaan tak terjawab siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya, demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab sanggup diselesaikan dengan baik.
Langkah kelima, pada langkah terakhir (review) guru seyogyanya menyuruh siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan balasan secara singkat.
Dari citra model-model mencar ilmu di atas, guru hendaknya menentukan mana yang paling cocok dengan kondisi pembelajaran di kelasnya, dengan impian dari model pembelajaran ini siswa bisa menggali informasi, menghayati, mencicipi proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan menarik dan menyenangkan. Pembelajaran tidak verbalistis dan siswa akan tertantang untuk merespon dengan penuh semangat. 
Menurut Ad Roijakerers, bahwa bentuk individual ini mempunyai 3 kategori yang meliputi:
1)      Pengajar memberi tahu, kedudukan sebagai pengajar subyek yang melaksanakan aksi.
2)      Pengajar mengadakan kontak dengan para siswa, ia mengadakan interaksi.
3)      Pengajar memberi kiprah pada siswa.
Dengan demikian, bentuk individual 1 dan 2 keaktifan jasmani bisa berupa siswa sibuk belajar, bekerja, melakukaan percobaan, dan lain-lain. Sedangkan keaktifan rohani siswa, nampak bila siswa sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil kesimpulan.
Sebenarnya, kedua kegiatan tersebut dihubungkan berdasarkan Piaget, seorang anak berfikir sendiri ia berbuat, tanpa berbuat siswa tak berfikir, semoga siswa berfikir sendiri ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Winarno Surakhmad mengatakan, bahwa mencar ilmu individual berarti mengajak, merangsang, dan memperlihatkan kesempatan pada murid-murid untuk mempertinggi hasil pelajaran mereka lewat mengemukakan pendapat, mencar ilmu mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, menciptakan laporan, dan lain sebagainya.
Menurut DH. Adji Robinson, menyampaikan bahwa mencar ilmu individu sanggup dilihat dari dua sudut yang berbeda, yaitu subyek mencar ilmu dipandang sebagai pribadi yang tidak terikat oleh kelompok temannya dan dipandang sebagai individu yang terikat oleh temannya dicurahkan untuk menuntaskan kiprah belajar.
Dalam proses pengajaran, guru harus memperlihatkan kesempatan pada siswa-siswanya. Untuk melaksanakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan intruksional, guru harus memperlihatkan kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan apa yang dituntut guru sebagai bukti bahwa tujuannya tercapai. Pada dasarnya, mencar ilmu hakekatnya berarti menghayati suatu faktual penghayatan yang akan menjadikan respon-respon tertentu dari pihak murid. Karena pokok asasi keunikan insan yaitu wujudnya sebagai makhluk jasmani rohani, yang gres bermakna sesudah berwujud suatu pribadi, yaitu citra secara totalitas dalam ia berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya baik dengan pembiasaan maupun dengan mengubah lingkungannya.
Berbeda dengan binatang yang diciptakan oleh Tuhan sekali jadi, insan lahir ke dunia dalam keadaan belum selesai, ia harus senantiasa menuntaskan dan menyempurnakan nilai manusiawinya. Menurut Legevald, insan yaitu Animal Education (binatang yang harus dididik dan mendidik). Sehingga dalam kehidupan sehari-hari tak lepas dari pendidikan dan dari pengalaman-pengalaman tersebut disebut pengetahuan (knowledge), pendidikan tersebut melalui proses tertentu yang disebut metode keilmuan. Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan di dalam kekayaan informasi, sehingga bisa dikatakan pengalaman-pengalaman itu edukatif yang meliputi:
1)   Pengalaman edukatif itu tertuju pada suatu hasil yang akan dicapai oleh murid.
2)   Pengalaman edukatif bersifat kontinue dan bersifat interaktif antara individu dengan lingkungan pengalaman itu.
3)   Pengalaman edukatif membantu pendewasaan yang masuk akal pada pihak murid.
Dari hasil klarifikasi tadi, maka mencar ilmu individu yaitu mengajar dan melatih siswa untuk mencar ilmu dalam rangka pendewasaan dan keterampilan dalam mencar ilmu semoga siswa itu sanggup menemukan konsep dirinya secara pribadi.  

4.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi
Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, alasannya yaitu itu menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga sanggup dipahami atau diserap oleh anak didik sebagai pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Tanpa metode, suatu mata pelajaran tidak akan berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan mencar ilmu mengajar menuju tujuan-tujuan pendidikan.
Dapatkah dikatakan bahwa metode yang sempurna untuk salah satu tujuan pengajaran belum tentu untuk tujuan dan materi pengajaran (pembelajaran) yang berbeda. Namun ada ketentuan umum dalam masing-masing metode mengajar, guru sanggup menentukan metode yang manakah yang paling sempurna dipakai dalam proses mencar ilmu mengajar yang akan dilaksanakan berdasarkan kelebihan dan kekurangan metode yang digunakan. Metode resitasi sebagai salah satu dari beberapa metode di dalam mengajar tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di antara kelebihan metode resitasi adalah:
a.       Lebih merangsang siswa dalam melaksanakan kegiatan mencar ilmu individual maupun kelompok.
b.       Dapat berbagi kemandirian siswa di luar pengawasan guru.
c.       Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
d.       Dapat berbagi kreativitas siswa.
Menurut Slameto mengatakan, bahwa kelebihan metode resitasi ini adalah:
a.    Dapat mendorong inisiatif siswa.
b.    Memupuk tanggung jawab siswa.
c.    Dapat meningkatkan kadar mencar ilmu siswa.
Menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati, bahwa kelebihan metode resitasi adalah:
a.    Membina rasa tanggung jawab yang dibebankan kepadanya alasannya yaitu pada alhasil kiprah tersebut harus dipertanggungjawabkan dengan cara laporan tertulis atau lisan, menciptakan ringkasan, dan menyerahkan hasil kerja.
b.    Menentukan sendiri informasi yang diharapkan atau memantapkan informasi yang diperolehnya.
c.    Menjalin kolaborasi dan sikap menghargai hasil kerja orang lain.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, metode resitasi juga mempunyai beberapa kekurangan yang meliputi:
a.    Sukar mengontrol apakah hasil kiprah ini benar-benar hasil perjuangan sendiri atau bukan.
b.    Bila kontribusi kiprah itu terlalu sering, apalagi kalau kiprah itu sukar sanggup mengganggu ketenangan siswa.
c.    Sukar memberi kiprah yang sesuai dengan perbedaan tiap individu.
Untuk mengimbangi kelemahan dan kekurangan ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode resitasi, yaitu:
a.    Tugas yang diberikan harus jelas, sehingga anak mengerti benar apa yang harus dikerjakan.
b.    Waktu untuk mengerjakan kiprah harus cukup, sehingga sanggup dicapai hasil yang baik.
c.    Hendaknya diadakan kontrol, pengawasan, dan monitoring atau pemantauan yang sistematis, sehingga mendorong murid untuk mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.
d.    Bahan kiprah yang diberikan hendaknya bersifat:
1)   Menarik perhatian murid-murid.
2)   Mendorong murid-murid untuk mencari, mendalami, dan menyampaikan.
3)   Setaraf dengan kemampuan murid, sehingga ada kesanggupan untuk menuntaskan kiprah tersebut.
4)   Di samping bersifat simpel juga alamiah.            

PUSTAKA:

Ad. Rooijakkers, 1989. Mengajar dengan Sukses, Jakarta: PT. Gramedia,

Tim Didaktik, 1989. Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Jakarta: CV. Rajawali,

Winarno Surakhmad, 1982Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito

Adji Robinson, 1998. Azas-Azas Praktek Mengajar, Jakarta: CV. Bharata,

Achmadi, Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar, Semarang: Saudara Salatiga, 1992


Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, 1998. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008

Abdul Aziz, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Dasar, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam,

Slameto, 1991Proses Belajar Mengajar Dalam Sitem Kredit Semester, Jakarta: Bumi Aksara,

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002 Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,

Nana Sudjana, 2002Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo.


Roestiyah N.K, 1998. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,

Zakiah Daradjat, 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,





= Baca Juga =



Related : Metode Resitasi

0 Komentar untuk "Metode Resitasi"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close