Metode Diskusi


  1. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi yakni metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan mencar ilmu memecahkan dilema (problem solving), yang lazim disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Diskusi merupakan percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide atau pun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran.
Sedangkan berdasarkan Nana Sudjana, bahwa diskusi intinya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk menerima pengertian bersama yang lebih terperinci dan lebih teliti ihwal sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama.
Oleh alasannya itu, diskusi bukan debat, alasannya debat yakni perang mulut, orang beradu argumentasi, beradu paham, dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Sedangkan dalam diskusi, tiap orang diperlukan memperlihatkan donasi pemikiran sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama. Dengan donasi pemikiran dari setiap orang, kelompok diperlukan akan maju dari satu pemikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah hingga kepada paham terakhir sebagai hasil karya bersama.
Tujuan dari penggunaan metode diskusi yakni untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi (memberi rangsangan) kepada siswa biar berpikir dengan renungan yang dalam (reflective thinking).




  1. Macam-Macam Diskusi Kelompok
Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah akseptor yang mengikutinya, diskusi sanggup digolongkan menjadi 4 macam, yaitu:
a.    Diskusi informal, aturannya lebih longgar daripada hukum yang digunakan dalam diskusi-diskusi lainnya, alasannya sifatnya yang tidak resmi. Jumlah pesertanya pun tidak perlu dibatasi secara ketat dan biasanya hanya merupakan kelompok kecil yang salah seorang di antaranya tampil sebagai pemimpin tanpa pembantu atau wakil.   
b.    Diskusi formal, hukum yang digunakan sebagai tata tertib dalam diskusi ragam formal biasanya ketat dan rapi. Jumlah siswa yang menjadi akseptor pun umumnya lebih banyak bahkan sanggup melibatkan seluruh siswa. dan di antara akseptor dipilih atau ditunjuk sebagai pemimpin atau wakilnya, pemimpin berfungsi sebagai moderator, sedangkan wakilnya sebagai sekretaris atau notulis yang ditugasi mencatat notulen.
c.    Diskusi panel, biasanya diikuti oleh seluruh siswa kelas. Kata “panel” sendiri berarti sekelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara. Tugas utama mereka yakni menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta. Aturan yang digunakan dalam diskusi panel jelas, ketat, dan rapi, ibarat halnya dalam diskusi ragam formal. Agenda dilema dalam diskusi panel biasanya lebih luas dan terkadang merupakan akumulasi jadwal yang sebelumnya didiskusikan dalam diskusi ragam lain.
d.    Diskusi simposium, penyelenggaraannya hampir sama dengan diskusi formal lainnya, perbedaannya hanya jadwal dilema dalam simposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih. Pemrasaran secara bergiliran memberikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama atau salah satu aspek dari topik yang sama tersebut.
Apabila dilihat dari sudut teladan pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode diskusi terbagi menjadi 2 pola, yaitu:
a.    Pola diskusi teacher centrality (terpusat pada guru)
Dalam diskusi yang berpola terpusat pada guru, peranan guru yakni sebagai berikut:
1)    Indikator, yakni akseptor yang menampilkan jadwal dilema yang akan dijadikan topik diskusi;
2)    Direktur, yakni akseptor yang mengarahkan pembicaraan pada jadwal dilema yang harus dibicarakan;
3)    Moderator, yakni akseptor yang diberi wewenang mengatur kemudian lintas pembicaraan para partisipan (siswa peserta);
4)    Evaluator, yakni penilai kemajuan dan partisipasi para partisipan baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Sedangkan kiprah serta para siswa sebagai partisipan, yakni sebagai berikut:
1)  Kontributor, yaitu sebagai penyumbang saran dan pemikiran, pembanding, dan penyanggah;
2)  Evaluator, yaitu penilai taraf keberhasilan upaya pemecahan dilema yang dilakukan lewat diskusi yang ia ikuti.


b.    Pola diskusi student centrality (terpusat pada siswa)       
Dalam diskusi yang menganut teladan pemusatan kegiatan pada siswa, keterlibatan guru tidak pribadi tetapi peranannya tetap penting, alasannya ia harus menjalankan fungsinya sebagai: 1) Indikator, 2) Konsultan (penasehat), 3) Encourager (pendorong semangat), 4) Observer, dan evaluator (peninjau dan penilai kegiatan partisipan). Adapun kiprah serta para siswa dalam diskusi berpola student centrality tersebut, adalah:
1)    Sebagai moderator, yakni salah seorang partisipan yang dipandang layak memimpin diskusi,
2)    Sebagai kontributor, yaitu pemberi kontribusi berupa pertanyaan, sanggahan, saran, dan sebagainya.
3)    Sebagai encourager, yakni pemberi dorongan dan kesempatan kepada sesama partisipan untuk turut aktif memberi kontribusi,
4)    Sebagai evaluator, yakni penilai jalannya pembahasan dan keputusan atau kesimpulan atau tanggapan yang berafiliasi dengan pemecahan dilema yang disodorkan oleh guru sebagai moderator.


  1. Langkah-langkah Metode Diskusi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memakai metode diskusi, yaitu sebagai berikut:
a.    Persiapan atau perencanaan diskusi, yaitu:
1)  Tujuan diskusi harus jelas, biar pengarahan diskusi lebih terjamin.
2)  Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu, dan jumlahnya diubahsuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.
3)  Penentuan dan perumusan dilema yang akan didiskusikan harus jelas.
4)  Waktu dan kawasan diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.

b.    Pelaksanaan diskusi, yaitu:
1)   Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, dan anggota),
2)   Membagi-bagi kiprah dalam diskusi,
3)   Merangsang seluruh akseptor untuk berpartisipasi,
4)   Mencatat ide-ide atau saran-saran yang penting,
5)   Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta,
6)                Menciptakan situasi yang menyenangkan.
c.    Tindak lanjut diskusi, yaitu:
1)  Membuat hasil-hasil atau kesimpulan dari diskusi,
2)  Membacakan kembali risikonya untuk diadakan koreksi seperlunya,
3)  Membuat evaluasi terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan materi pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.


  1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Kelebihan-kelebihan atau manfaat yang sanggup diambil dari pelaksanaan diskusi, yakni sebagai berikut:
a.     Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir;
b.     Peserta didik menerima training mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasinya secara bebas; akseptor didik mencar ilmu bersikap toleran terhadap teman-temannya;
c.      Diskusi sanggup menumbuhkan partisipasi aktif dari kalangan akseptor didik;
d.     Diskusi sanggup berbagi perilaku demokratis, sanggup menghargai pendapat orang lain; dan
e.     Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Sedangkan berdasarkan Muhibbin Syah, bahwa pelaksanaan metode diskusi dalam pembelajaran, yaitu dapat:
a.     Mendorong siswa berpikir kritis,
b.     Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
c.      Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan dilema bersama, dan
d.     Mengambil satu alternatif tanggapan atau beberapa alternatif tanggapan untuk memecahkan dilema berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode diskusi ibarat telah diuraikan di atas, metode diskusi juga memiliki kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan, yaitu:
a.    Diskusi terlampau menyerap waktu, kadang kala diskusi larut dengan keasyikannya dan sanggup mengganggu pelajaran lain,
b.    Pada umumnya akseptor didik tidak berlatih untuk melaksanakan diskusi dan memakai waktu diskusi dengan baik, maka kecenderungan mereka tidak sanggup berdiskusi, dan
c.    Kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungan diskusi menjadi tanya jawab.

Sedangkan berdasarkan Muhibbin Syah, bahwa metode diskusi yang dari permukaannya tampak anggun dan sangat menjanjikan hasil yang optimal, ternyata juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu:
a.    Jalannya diskusi lebih sering didominasi oleh siswa partisipan yang pandai, sehingga mengurangi peluang siswa lain untuk memperlihatkan kontribusi,
b.    Jalannya diskusi sering terpengaruh oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pertukaran pikiran menjadi asal-asalan dan bertele-tele, dan
c.    Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.

Untuk itu, perjuangan yang harus dilakukan oleh seorang guru biar diskusi sanggup berjalan dengan baik dan berhasil dengan baik, yaitu:
a.    Masalahnya harus controversial, artinya mengandung pertanyaan dari akseptor didik. Masalah tersebut, menarik perhatian mereka alasannya bertalian erat dengan mereka,
b.    Guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi, ia harus membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk ihwal jalannya diskusi. Guru juga berperan sebagai penangkis terhadap pertanyaan yang diajukan akseptor didik, dan
c.    Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan biar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi sanggup dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Pustaka:

Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta


Muhibbin Syah, 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 


= Baca Juga =



Related : Metode Diskusi

0 Komentar untuk "Metode Diskusi"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)