MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Bab I Hakikat, Tujuan Pendidikan Karakter
A. Hakikat Pendidikan Karakter
Pembangunan huruf yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang dikala ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; bahaya disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025).
Untuk mendukung perwujudan harapan pembangunan huruf sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan dikala ini, maka Pemerintah menyebabkan pembangunan huruf sebagai salah satu aktivitas prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan huruf ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab menurut falsafah Pancasila.”
Untuk mendukung perwujudan harapan pembangunan huruf sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan dikala ini, maka Pemerintah menyebabkan pembangunan huruf sebagai salah satu aktivitas prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan huruf ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab menurut falsafah Pancasila.”
Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan huruf sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi akseptor didik semoga menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional --UUSPN).
Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan huruf bangsa sebagai prioritas aktivitas Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2020, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010): pendidikan huruf disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan akal pekerti, pendidikan moral, pendidikan tabiat yang bertujuan mengembangkan kemampuan akseptor didik untuk memperlihatkan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Atas dasar itu, pendidikan huruf bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan huruf menanamkan kebiasaan (habituation) perihal hal mana yang baik sehingga akseptor didik menjadi paham (kognitif) perihal mana yang benar dan salah, bisa mencicipi (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan huruf yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan sikap yang baik (moral action). Pendidikan huruf menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Pendidikan merupakan salah satu taktik dasar dari pembangunan huruf bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa taktik lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan huruf dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, politik, media massa, dunia usaha, dan dunia industri (Buku Induk Pembangunan Karakter, 2010). Sehingga satuan pendidikan ialah komponen penting dalam pembangunan huruf yang berjalan secara sistemik dan integratif bersama dengan komponen lainnya.
B. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan huruf
Pendidikan huruf pada pada dasarnya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh dogma dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa menurut Pancasila.
Pendidikan huruf berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar semoga berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun sikap bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan huruf dilakukan melalui banyak sekali media yang meliputi keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
C. Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebetulnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk huruf melalui aktivitas operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan huruf pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada dikala ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan huruf telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan deskripsinya terdapat dalam Lampiran 1.
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk huruf bangsa, namun satuan pendidikan sanggup memilih prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis huruf yang dipilih tentu akan sanggup berbeda antara satu kawasan atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara banyak sekali nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya sanggup dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan gampang dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
Sehubungan dengan hal tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak peringatan Hardiknas di Istana Negara (Selasa, 11 Mei 2010) mengutarakan:
”…Saudara-saudara, kalau saya berkunjung ke SD, SMP, Saudara sering mendampingi saya, sebelum saya dipresentasikan sesuatu yang jauh, yang maju, yang membanggakan, Saya lihat kamar mandi dan WC-nya higienis tidak, bau tidak, airnya ada tidak. Ada nggak tumbuhan supaya tidak kerontang di situ. Kebersihan secara umum, ketertiban secara umum. Sebab kalau anak kita TK, SD, Sekolah Menengah Pertama selama 10 tahun lebih tiap hari berada dalam lingkungan yang bersih, lingkungan yang tertib, lingkungan yang teratur itu ada values creation. Ada character building dari segi itu. Kaprikornus bisa kita lakukan semuanya itu dengan sebaik-baiknya….”
D. Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan huruf didasarkan pada totalitas psikologis yang meliputi seluruh potensi individu insan (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya sikap seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang meliputi seluruh potensi individu insan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi huruf dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural sanggup dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual & emotional development); (2) olah pikir (intellectual development); (3) olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development). Proses itu secara holistik dan koheren mempunyai saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai sebagaimana sanggup di lihat pada gambar di atas (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010: 8-9).
Bab II Strategi Pendidikan Karakter
A. Strategi di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional
Pendekatan yang dipakai Kementerian Pendidikan Nasional dalam pengembangan pendidikan karakter, yaitu: pertama melalui stream top down; kedua melalui stream bottom up; dan ketiga melalui stream revitalisasi program.
1) Stream Top Down
Stream pertama inisiatif lebih banyak diambil oleh Pemerintah/Kementerian Pendidikan Nasional dan didukung secara sinergis oleh Pemerintah kawasan dalam hal ini Dinas pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam stream ini pemerintah memakai lima taktik yang dilakukan secara koheren, yaitu:
a) Sosialisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif perihal pentingnya pendidikan huruf pada skup nasional, melaksanakan gerakan kolektif dan pencanangan pendidikan huruf untuk semua.
b) Pengembangan regulasi
Untuk terus mengakselerasikan dan membumikan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan Nasional bergerak mengonsolidasi diri di tingkat internal dengan melaksanakan upaya-upaya pengembangan regulasi untuk memperlihatkan payung aturan yang berpengaruh bagi pelaksanaan kebijakan, aktivitas dan kegiatan pendidikan karakter.
c) Pengembangan kapasitas
Kementerian Pendidikan Nasional secara komprehensif dan massif akan melaksanakan upaya-upaya pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan karakter. Perlu disiapkan satu sistem pembinaan bagi para pemangku kepentingan pendidikan huruf yang akan menjadi bintang film terdepan dalam mengembangkan dan mensosialisikan nilai-nilai karakter.
d) Implementasi dan kerjasama
Kementerian Pendidikan Nasional mensinergikan banyak sekali hal yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan huruf di lingkup kiprah pokok, fungsi, dan sasaran unit utama.
e) Monitoring dan evaluasi
Secara komprehensif Kementerian Pendidikan Nasional akan melaksanakan monitoring dan penilaian terfokus pada tugas, pokok, dan fungsi serta sasaran masing-masing unit kerja baik di Unit Utama maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, serta Stakeholder pendidikan lainnya. Monitoring dan penilaian sangat berperan dalam mengontrol dan mengendalikan pelaksanaan pendidikan huruf di setiap unit kerja.
2) Stream Bottom up
Pembangunan pada stream ini diharapkan dari inisiatif yang tiba dari satuan pendidikan. Pemerintah memperlihatkan derma teknis kepada sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan huruf sesuai dengan ciri khas di lingkungan sekolah tersebut.
3) Stream Revitalisasi Program
Pada stream ketiga, merevitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan huruf di mana pada umumnya banyak terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai karakter.
Integrasi Tiga Pendekatan (top down-bottom up-revitalisasi)
Ketiga stream top down yang lebih bersifat intervensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian bestpractie dan habituasi, serta revitalisasi aktivitas kegiatan yang sudah ada yang lebih bersifat pemberdayaan.
Ketiga pendekatan tersebut, hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan huruf di sekolah sebagaimana yang dituangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter, (2010:28), yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.
B. Strategi di Tingkat Daerah
Ada beberapa langkah yang dipakai pemerintah kawasan dalam pengembangan pendidikan karakter, dimana semuanya dilakukan secara koheren.
1) Penyusunan perangkat kebijakan di tingkat kabupaten/kota.
Pendidikan ialah kiprah sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk mendukung terlaksananya pendidkan huruf di tingkat satuan pendidikan sangat dipengaruhi dan tergantung pada kebijakan pimpinan kawasan yang mempunyai wewenang untuk mensinerjikan semua potensi yang ada didaerah tersebut termasuk melibatkan instansi-instansi lain yang terkait dan sanggup menunjang pendidikan huruf ini. Untuk itu diharapkan dukungan yang berpengaruh dalam bentuk payung aturan bagi pelaksanaan kebijakan, aktivitas dan kegiatan karakter.
2) Penyiapan dan penyebaran materi pendidikan karakter yang diprioritaskan
Bahan pendidikan huruf yang dibentuk dari pusat, sebagian masih bersifat umum dan belum mencirikan kekhasan kawasan tertentu. oleh alasannya itu diharapkan penyesuaian dan penambahan baik indikator maupun nilai itu sendiri menurut kekhasan daerah. Selain itu juga perlu disusun taktik dan bentuk-bentuk dukungan untuk meniru dan membuatkan (bukan hanya dikalangan persekolahan tapi juga di lingkungan masyarakat luas).
3) Memberikan support kepada Tim Pengembang Kurikulum (TPK) tingkat kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan
Pembinaan persekolahan untuk pendidikan huruf yang bersumber nilai-nilai yang diprioritaskan sebaiknya dilakukan terjadwal dan terprogram dalam sebuah program di dinas pendidikan. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh tim professional tingkat kawasan ibarat tim TPK Kabupaten/kota.
Dukungan sarana, Prasarana, dan Pembiayaan
Dukungan sarana, prasarana, dan pembiayaan ditunjang bukan hanya oleh dinas pendidikan tapi juga oleh dinas-dinas lain yang terkait ibarat dinas pertamanan/pertanian dalam mengadakan tumbuhan hias atau tumbuhan produktif
Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
1) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan huruf akseptor didik sanggup memakai pendekatan kontekstual sebagai konsep berguru dan mengajar yang membantu guru dan akseptor didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga akseptor didik bisa untuk menciptakan kekerabatan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, melalui pembelajaran kontekstual akseptor didik lebih mempunyai hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
Pembelajaran kontekstual meliputi beberapa strategi, yaitu: (a) pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, dan (e) pembelajaran berbasis kerja. Kelima taktik tersebut sanggup memperlihatkan nurturant effect pengembangan huruf akseptor didik, seperti: huruf cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2) Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan sentra kegiatan berguru dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a) Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan akseptor didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksanaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
b) Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan akseptor didik secara impulsif pada dikala itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada sahabat yang terkena tragedi alam atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c) Keteladanan
Merupakan sikap dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan akseptor didik dalam memperlihatkan pola melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi akseptor didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerjakeras.
d) Pengkondisian
Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, contohnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.
Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya insan dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
e) Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah sanggup mengupayakan terciptanya keselarasan antara huruf yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Agar pendidikan huruf sanggup dilaksanakan secara optimal, pendidikan huruf sanggup diimplementasikan sebagaimana yang terdapat dalam table di bawah ini.
f) Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Apabila pendidikan huruf diintegrasikan dalam ko-kurikuler dan ekstrakurikuler akan memerlukan waktu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Untuk itu, penambahan alokasi pembelajaran sanggup dilakukan, sebagai berikut:
Sebelum pembelajaran di mulai atau setiap hari seluruh siswa diminta membaca surat-surat pendek, melaksanakan refleksi (masa hening) selama 15 sd 20 menit.
Dihari-hari tertentu sebelum pembelajaran dimulai dilakukan kegiatan muhadarah (berkumpul dihalaman sekolah) selama 35 menit. Kegiatan nya berupa baca al Alquran dan terjemahan, siswa berceramah dengan tema keagamaan maupun yang lain dalam tiga bahasa (bahasa indonesia, inggris, dan bahasa minang), ajang kreatifitas ibarat menari, musik dan baca puisi. Selain itu juga dilakukan kegiatan membersihkan lingkungan dihari jumat atau sabtu (jumat/ sabtu bersih)
Pelaksanaan ibadah bantu-membantu disiang hari selama antara 30 sd 60 menit.
Kegiatan-kegiatan lain diluar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam pelajaran selesai
Kegiatan untuk membersihkan lingkungan sekolah setelah jam pelajaran berahir berlangsung selama antara 10 sd 15 menit.
Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan huruf di satuan pendidikan dilakukan melalui banyak sekali aktivitas penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
g) Menetapkan indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan
h) Menyusun banyak sekali instrument penilaian
i) Melakukan pencacatan terhadap pencapaian indikator
j) Melakukan analisis
k) Melakukan tindak lanjut
Bab III Pelaksanaan Pendidikan Karakter
A. Mengintegrasikan ke Setiap Mata Pelajaran
Mengintegrasikan ke setiap mata pelajaran bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai pendidikan karakterdi setiap mata pelajaran sehingga menyadari akan pentingnya nilai-nilai tersebut dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laris akseptor didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kela. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menyebabkan akseptor didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menyebabkan akseptor didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
Pada setiap mata pelajaran di SD sebetulnya telah memuat materi-materi yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait eksklusif dengan pengembangan akal pekerti dan budbahasa mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara eksklusif (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan hingga taraf tertentu menyebabkan akseptor didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan huruf pada mata-mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laris sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakater di setiap mata pelajaran sanggup dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan huruf ke dalam kompetensi dasar (KD) yang sesuai yang terdapat dalam Standar Isi (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Jumlah KD di setiap mata pelajaran yang sanggup diintegrasikan nilai-nilai pendidikan huruf tentu berbeda, ada yang banyak dan ada yang sedikit. Selanjutnya kompetensi dasar yang sanggup diintegrasikan nilai-nilai pendidikan huruf tersebut dikembangkan pada silabus dan planning pelaksanaan pembelajaran (RPP).
B. Mengintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang diadaptasi dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sanggup dikelompokan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Muatan Lokal yang dipilih ditetapkan menurut ciri khas, potensi dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal ialah pengembangan jiwa kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dikembangkan antara lain inovasi, kreatif, berpikir kritis, eksplorasi, komunikasi, kemandirian, dan mempunyai etos kerja. Nilai-nilai budaya yang dimaksud antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepekaan terhadap lingkungan, dan kerja sama.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut diintegrasikan di dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai tersebut sanggup menjadi sikap dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehinggga satuan pendidikan harus mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk setiap muatan lokal yang diselenggarakan.
Muatan Lokal yang diselenggarakan di SDN 04 Birugo Bukit Tinggi ialah sebagai berikut. Budaya Adat Minangkabau (BAM)
Mata pelajaran muatan lokal ini bertujuan memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman perihal budaya adat minangkabau beserta nilai-nilai pendidikan huruf yang terkandung di dalamnya.
C. Melalui Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri meliputi bermacam-macam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan talenta siswa, seperti:
Kegiatan ekstra kurikuler (kewiraan melalui pramuka dan Paskibraka, olahraga, seni, kegiatan ilmiah melalui olimpiade dan lomba mata pelajaran).
Kegiatan pembiasaan (kegiatan rutin melalui upacara bendera dan ibadah bersama). Kegiatan terprogram melalui pesantren Ramadhan, buka puasa bersama, pelaksanaan Idul Qurban, keteladanan melalui pembinaan ketertiban pakaian seragam anak sekolah (PAS), pembinaan kedisiplinan, penanaman nilai budbahasa mulia, penanaman budaya minat baca, penanaman budaya higienis di kelas dan lingkungan sekolah, penanaman budaya hijau.
Kegiatan nasionalisme melalui perayaan hari kemerdekaan RI, peringatan hari pahlawan, peringatan hari pendidikan nasional
Kegiatan outdoor learning dan training melalui kunjungan berguru dan studi banding.
d) Pengkondisian
Pengembangan nilai-nilai pembentuk huruf melalui pengkondisian diharapkan sarana yang memadai. Contoh menambah 10 buah kran air untuk wudhu dalam rangka mengembangkan nilai religius, siswa dibiasakan shalat dzuhur dan dhuha berjamah yang dilakukan di Mushalla atau di kelas. Disamping itu siswa juga dibiasakan berdoa sebelum dan setelah pelajaran; membaca Al Qur’an/Juz Amma dan terjemahannya, dan Asmaul Husna pada pagi hari; kultum setiap Jum’at pagi yang diisi oleh siswa, guru ataupun dari pihak luar, membaca surat Yasin 1 x 2 minggu, pesantren kilat Ramadhan, pelaksanaan buka puasa bersama, pelaksanaan ‘Idul Qurban, merayakan hari-hari besar keagamaan serta guru piket menyambut kedatangan siswa pagi hari di gerbang sekolah sambil bersalaman dan diiringi dengan musik dan lagu- lagu bernuansa islam dan Asmaul Husna serta lagu nasional. Setiap ruangan sekolah baik di dalam maupun di luarnya dihiasi dengan kata-kata mutiara, semboyan, ayat Alqur’an dan hadist nabi.
Disamping itu dalam rangka mengembangkan nilai kejujuran, sekolah menyediakan kemudahan tempat temuan barang hilang, kotak saran dan pengaduan. Untuk kebersihan, sekolah menyediakan tempat sampah kering dan berair dan untuk keindahan dan kenyaman sekolah juga menciptakan kolam dsan taman burung di halaman depan. Siswa dibiasakan membuang sampah pada tempatnya dan ada lomba memungut sampah daun di pagi hari, siswa yang paling banyak mengumpulkan daun menerima penghargaan sebagai jagoan kebersihan.
Bab IV Penutup
Fungsi Pendidikan huruf selain mengembangkan dan memperkuat potensi pribadi juga menyaring dampak dari luar yang kesannya sanggup membentuk huruf akseptor didik yang sanggup mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya pembentukan huruf sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan berguru mengajar baik melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab dan sebagainya, perlu dimulai dari lingkup terkecil ibarat keluarga hingga dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu ditumbuhkembangkan yang pada kesannya sanggup membentuk pribadi huruf akseptor didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang besar.
Panduan operasional yang disusun ini lebih diperuntukkan kepada kepala sekolah. Pembentukan budaya sekolah (school culture) sanggup dilakukan oleh sekolah melalui serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang lebih berorientasi pada akseptor didik, dan penilaian yang bersifat komprehensif. Perencanaan di tingkat sekolah pada pada dasarnya ialah melaksanakan penguatan dalam penyusunan kurikulum di tingkat sekolah (KTSP), ibarat memutuskan visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, kalender akademik, dan penyusunan silabus. Keseluruhan perencanaan sekolah yang bertitik tolak dari melaksanakan analisis kekuatan dan kebutuhan sekolah akan sanggup dihasilkan aktivitas pendidikan yang lebih terarah yang tidak semata-mata berupa penguatan ranah pengetahuan dan keterampilan melainkan juga sikap prilaku yang kesannya sanggup membentuk ahklak akal luhur.
Pendidikan huruf bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau merupakan nilai yang diajarkan, tetapi lebih kepada upaya penanaman nilai-nilai baik melalui mata pelajaran, aktivitas pengembangan diri maupun budaya sekolah. Peta nilai dan indikator yang disajikan dalam naskah ini merupakan pola penyebaran nilai yang sanggup diajarkan melalui banyak sekali mata pelajaran sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam standar isi (SI). Begitu pula melalui aktivitas pengembangan diri, ibarat kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian. Perencanaan pengembangan Pendidikan Karakter ini perlu dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di sekolah yang secara bantu-membantu sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum sekolah yang selanjutnya diharapkan menghasilkan budaya sekolah.
Oleh alasannya itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari semua pihak pemerhati, pelaksana pendidikan untuk kesempurnaan yang kesannya sanggup memperlihatkan pencerahan pelaksanaan di tingkat sekolah. Selanjutnya diharapkan kualitas produk akseptor didik yang mempunyai ahklak akal mulia sebagai pencerminan bangsa yang besar.
0 Komentar untuk "Makalah Pendidikan Abjad Bangsa"