Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan penilaian internal. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu lembaga, baik dalam maupun luar negeri dimaksudkan antara lain untuk pengendali mutu. Sedangkan penilaian internal yaitu penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh guru pada ketika proses pembelajaran berlangsung.
Penilaian kelas merupakan kepingan dari penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui hasil berguru penerima didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Tujuannya yaitu untuk menilai tingkat pencapaian kompetensi penerima didik yang dilaksanakan pada ketika pembelajaran berlangsung dan simpulan pembelajaran.
Penilaian hasil berguru penerima didik dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil berguru penerima didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Penilaian juga sanggup memperlihatkan umpan balik kepada guru semoga sanggup menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran.
Penyusunan perencanaan, pelaksanaan proses, dan penilaian merupakan rangkaian aktivitas pendidikan yang utuh, dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk itu, perlu ada model penilaian yang sanggup dijadikan sebagai salah satu pola atau acuan oleh guru dan penyelenggaranya di jenjang sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah.
B. Tujuan
Pedoman Penilaian Kelas ini bertujuan untuk :
1. Memberikan orientasi gres ihwal Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Memberikan wawasan secara umum ihwal konsep penilaian yang dilaksanakan pada tingkat kelas.
3. Memberikan rambu-rambu penilaian kelas.
4. Memberikan prinsip-prinsip pengolahan dan pelaporan hasil penilaian.
C. Ruang lingkup
Isi pedoman ini meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian, pengembangan indikator pencapaian hasil berguru sebagai alat penilaian, pengelolaan hasil penilaian dan pemanfaatan serta pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep penilaian, akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi penilaian dan rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian akan menjelaskan banyak sekali cara dan alat penilaian. Pengelolaan hasil penilaian memperlihatkan instruksi dalam menganalisis, menginterpretasi, dan menentukan nilai pada setiap proses dan hasil pembelajaran. Pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian meliputi pemanfaatan hasil, bentuk laporan hasil penilaian dan penentuan kenaikan kelas.
D. Sasaran Pengguna Pedoman
Pedoman ini diperuntukkan bagi pihak-pihak berikut :
· Para guru di sekolah untuk menyusun aktivitas penilaian di kelas.
· Pelaksana pengawas pendidikan (pengawas dan kepala sekolah) untuk merancang aktivitas supervisi pendidikan di sekolah.
· Instansi terkait di kawasan yang menciptakan kebijakan dalam penilaian kelas yang seharusnya dilakukan di sekolah.
A. Pengertian Penilaian Kelas
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan ihwal pencapaian kompetensi atau hasil berguru penerima didik yang mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui mekanisme dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan penerima didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang memperlihatkan pencapaian hasil berguru penerima didik, pengolahan, dan penggunaan informasi ihwal hasil berguru penerima didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui banyak sekali teknik/cara, menyerupai penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya penerima didik (portfolio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil berguru baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan penerima didik memperlihatkan apa yang dipahami dan bisa dikerjakannya. Hasil berguru seorang penerima didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang dimiliki penerima didik tersebut sebelumnya dan tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan penerima didik lainnya. Dengan demikian penerima didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi atau indikator yang diharapkan.
B. Manfaat Penilaian Kelas
Manfaat penilaian kelas antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
2. Untuk memperlihatkan umpan balik bagi penerima didik semoga mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
3. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan berguru yang dialami penerima didik sehingga sanggup dilakukan pengayaan dan remedial.
4. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber berguru yang digunakan.
5. Untuk memperlihatkan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
C. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Menggambarkan sejauhmana seorang penerima didik telah menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil berguru penerima didik dalam rangka membantu penerima didik memahami dirinya, menciptakan keputusan ihwal langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan berguru dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan penerima didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5. Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah ihwal kemajuan perkembangan penerima didik.
D. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas
1. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan memakai alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, contohnya kompetensi ” mempraktikkan gerak dasar jalan..”, maka penilaian valid apabila mengunakan penilaian unjuk kerja. Jika memakai tes tertulis maka penilaian tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan reliabel kalau hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas.
3. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh meliputi seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus memakai bermacam-macam cara dan alat untuk menilai bermacam-macam kompetensi penerima didik, sehingga tergambar profil kompetensi penerima didik.
4. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana, sedikit demi sedikit dan terus menerus untuk memperoleh citra pencapaian kompetensi penerima didik dalam kurun waktu tertentu.
5. Obyektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang terperinci dalam pemberian skor.
6. Mendidik
Proses dan hasil penilaian sanggup dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas berguru dan membina penerima didik semoga tumbuh dan berkembang secara optimal.
E. Penilaian Hasil Belajar Masing-masing Kelompok Mata Pelajaran
a. Penilaian hasil berguru kelompok mata pelajaran agama dan adat mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:
1). Pengamatan terhadap perubahan sikap dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian penerima didik
2). Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif penerima didik
b. Penilaian hasil berguru kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai
c. Penilaian hasil berguru kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan sikap dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik penerima didik.
d. Penilaian hasil berguru kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,dan kesehatan dilakukan melalui:
1). Pengamatan terhadap perubahan sikap dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi penerima didik; dan
2). Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif penerima didik.
F. Rambu-Rambu Penilaian Kelas
Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:
· Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
· Mengembangkan taktik yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri.
· Melakukan banyak sekali taktik penilaian di dalam aktivitas pengajaran untuk menyediakan banyak sekali jenis informasi ihwal hasil berguru penerima didik.
· Mempertimbangkan banyak sekali kebutuhan khusus penerima didik.
· Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan berguru penerima didik.
· Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas sanggup dilakukan dengan cara penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
· Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin
· Melakukan Penilaian kelas secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan simpulan semester, dan ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian sanggup dilakukan bila sudah merampungkan satu atau beberapa indikator atau satu kompetensi dasar. Pelaksanaan ulangan harian sanggup dilakukan dengan penilaian tertulis, observasi atau lainnya. Ulangan tengah semester dilakukan bila telah merampungkan beberapa kompetensi dasar, sedangkan ulangan simpulan semester dilakukan sesudah merampungkan semua kompetensi dasar semester bersangkutan. Ulangan kenaikan kelas dilakukan pada simpulan semester genap dengan menilai semua kompetensi dasar semester ganjil dan genap, dengan pengutamaan pada kompetensi dasar semester genap. Guru memutuskan tingkat pencapaian kompetensi penerima didik menurut hasil belajarnya pada kurun waktu tertentu (akhir semester atau simpulan tahun)
Agar penilaian objektif, guru harus berupaya secara optimal untuk (1) memanfaatkan banyak sekali bukti hasil kerja penerima didik dan tingkah laris dari sejumlah penilaian, (2) menciptakan keputusan yang adil ihwal penguasaan kompetensi penerima didik dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya)
G. Ranah Penilaian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penjabaran dari stándar isi dan stándar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran.
Muatan dari stándar isi pendidikan yaitu stándar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu stándar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil relajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masing-masing. Indikator-indikator yang dikembangkan tersebut merupakan pola yang dipakai untuk menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan.
Teknik penilaian yang dipakai harus diubahsuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator sanggup diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini lantaran memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif.
BAB III TEKNIK PENILAIAN
Untuk mengumpulkan informasi ihwal kemajuan berguru penerima didik sanggup dilakukan bermacam-macam teknik, baik berafiliasi dengan proses berguru maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya yaitu cara penilaian kemajuan berguru penerima didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian statu kompetensi dasar dilakukan menurut indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang sanggup digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
A. Penilaian Unjuk Kerja
1. Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan penerima didik dalam melaksanakan sesuatu. Penilaian ini cocok dipakai untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut penerima didik melakukan kiprah tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek OR, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis lantaran apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan penerima didik yang sebenarnya.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut
a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan penerima didik untuk memperlihatkan kinerja dari suatu kompetensi.
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan khusus yang dibutuhkan untuk merampungkan tugas.
d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua sanggup diamati.
e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan menurut urutan yang akan diamati
2. Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam banyak sekali konteks untuk memutuskan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara penerima didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melaksanakan wawancara. Dengan demikian, citra kemampuan penerima didik akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja penerima didik sanggup memakai alat atau instrumen berikut:
a. Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja sanggup dilakukan dengan memakai daftar cek (baik-tidak baik). Dengan memakai daftar cek, penerima didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu sanggup diamati oleh penilai. Jika tidak sanggup diamati, penerima didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini yaitu penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, contohnya benar-salah, sanggup diamati-tidak sanggup diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih mudah dipakai mengamati subjek dalam jumlah besar.
Contoh checklists
Penilaian Lompat Jauh Gaya Menggantung
(Menggunakan Daftar Tanda Cek)
Nama penerima didik: ________ Kelas: _____
No. | Aspek Yang Dinilai | Baik | Tidak baik |
1. | Teknik awalan | ||
2. | Teknik tumpuan | ||
3. | Sikap/posisi badan ketika di udara | ||
4. | Teknik mendarat | ||
Skor yang dicapai | |||
Skor maksimum |
Keterangan
Baik mendapat skor 1
Tidak baik mendapat skor 0
b. Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang memakai skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, lantaran pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak tepat hingga sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, semoga hasil penilaian lebih akurat.
Contoh rating scales
Penilaian Lompat Jauh Gaya Menggantung
(Menggunakan Skala Penilaian)
Nama Siswa: ________ Kelas: _____
No. | Aspek Yang Dinilai | Nilai | ||||
1 | 2 | 3 | 4 | |||
1. | Teknik awalan | |||||
2. | Teknik tumpuan | |||||
3. | Sikap/posisi badan ketika di udara | |||||
4. | Teknik mendarat | |||||
Jumlah | ||||||
Skor Maksimum | 14 | |||||
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten
kriteria penilaian sanggup dilakukan sebagai berikut
1). Jika seorang siswa memperoleh skor 26-28 sanggup ditetapkan sangat kompeten
2). Jika seorang siswa memperoleh skor 21-25 sanggup ditetapkan kompeten
3). Jika seorang siswa memperoleh skor 16-20 sanggup ditetapkan cukup kompeten
4). Jika seorang siswa memperoleh skor 0-15 sanggup ditetapkan tidak kompeten
B. Penilaian Sikap
1. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap sanggup dibentuk, sehingga terjadi sikap atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif yaitu kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif yaitu kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran banyak sekali mata pelajaran yaitu sebagai berikut.
· Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu mempunyai sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri penerima didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih gampang diberi motivasi, dan akan lebih gampang menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
· Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu mempunyai sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak mempunyai sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, penerima didik yang mempunyai sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
· Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu mempunyai sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran meliputi suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan sanggup menumbuhkan motivasi berguru penerima didik, sehingga sanggup mencapai hasil berguru yang maksimal.
· Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berafiliasi dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi Biologi atau Geografi. Peserta didik juga perlu mempunyai sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, penerima didik mempunyai sikap positif terhadap aktivitas proteksi satwa liar. Dalam kasus yang lain, penerima didik mempunyai sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri.
2. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap sanggup dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas sanggup diuraikan sebagai berikut.
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya memperlihatkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi sanggup dipahami sebagai kecenderungannya yang bahagia kepada kopi. Oleh lantaran itu, guru sanggup melaksanakan observasi terhadap penerima didik yang dibinanya. Hasil pengamatan sanggup dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi sikap di sekolah sanggup dilakukan dengan memakai buku catatan khusus ihwal kejadian-kejadian berkaitan dengan penerima didik selama di sekolah. Berikut contoh format buku catatan harian.
Contoh halaman sampul Buku Catatan Harian:
|
Contoh isi Buku Catatan Harian :
No. | Hari/ Tanggal | Nama penerima didik | Kejadian (positif atau negatif) | Tindak Lanjut |
Kolom insiden diisi dengan insiden positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai sikap penerima didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap penerima didik serta sanggup menjadi materi dalam penilaian perkembangan penerima didik secara keseluruhan.
Selain itu, dalam observasi sikap sanggup juga dipakai daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari penerima didik pada umumnya atau dalam keadaan tertentu. Berikut contoh format Penilaian Sikap.
Contoh Format Penilaian Sikap dalam praktek IPA :
No. | Nama | Perilaku | Nilai | Keterangan | |||
Bekerja sama | Berini-siatif | Penuh Perha-tian | Bekerja sistematis | ||||
1. | Ruri | ||||||
2. | Tono | ||||||
3. | .... | ||||||
4. | .... | ||||||
Catatan:
a. Kolom sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.
1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = sedang
4 = baik
5 = amat baik
b. Nilai merupakan jumlah dari skor-skor tiap indikator perilaku
c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut
1). Nilai 18-20 berarti amat baik
2). Nilai 14-17 berarti baik
3). Nilai 10-13 berarti sedang
4). Nilai 6-9 berarti kurang
5). Nilai 0-5 berarti sangat kurang
b. Pertanyaan langsung
Kita juga sanggup menanyakan secara eksklusif atau wawancara ihwal sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan penerima didik ihwal kebijakan yang gres diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban".
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban sanggup dipahami sikap penerima didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap penerima didik di sekolah, guru juga sanggup memakai teknik ini dalam menilai sikap dan membina penerima didik.
c. Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, penerima didik diminta menciptakan ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya ihwal suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, penerima didik diminta menulis pandangannya ihwal "Kerusuhan Antaretnis" yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh penerima didik tersebut sanggup dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Untuk menilai perubahan sikap atau sikap penerima didik secara keseluruhan, khususnya kelompok mata pelajaran agama dan adat mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan jasmani, semua catatan sanggup dirangkum dengan memakai Lembar Pengamatan berikut.
Contoh Lembar Pengamatan
(Kelompok Mata Pelajaran: Agama, Kewarganegaraan, Estetika, Jasmani)
Perilaku/sikap yang diamati: ........................................
........................................
Nama penerima didik: ... kelas... semester...
No | Deskripsi sikap awal | Deskripsi perubahan | Capaian | |||
Pertemuan ...Hari/Tgl... | ST | T | R | SR | ||
1 | ||||||
2 |
Keterangan
a. Kolom capaian diisi dengan tanda centang sesuai perkembangan perilaku
ST = perubahan sangat tinggi
T = perubahan tinggi
R = perubahan rendah
SR = perubahan sangat rendah
b. Informasi ihwal deskripsi sikap diperoleh dari:
1). pertanyaan langsung
2). Laporan pribadi
3). Buku Catatan Harian
C. Penilaian Tertulis
1. Pengertian
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada penerima didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal penerima didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi sanggup juga dalam bentuk yang lain menyerupai memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
2. Teknik Penilaian
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. menentukan jawaban, yang dibedakan menjadi:
1) pilihan ganda
2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
3) menjodohkan
4) sebab-akibat
b. mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
1) isian atau melengkapi
2) jawaban singkat atau pendek
3) uraian
Dari banyak sekali alat penilaian tertulis, tes menentukan jawaban benar-salah, isian singkat, menjodohkan dan lantaran jawaban merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda sanggup dipakai untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu penerima didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya menentukan jawaban yang benar dan kalau penerima didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka penerima didik akan menerka. Hal ini menyebabkan kecenderungan penerima didik tidak berguru untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang bisa memperlihatkan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian yaitu alat penilaian yang menuntut penerima didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan memakai kata-katanya sendiri. Alat ini sanggup menilai banyak sekali jenis kompetensi, contohnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;
b) materi, contohnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;
c) konstruksi, contohnya rumusan soal atau pertanyaan harus terperinci dan tegas;
d) bahasa, contohnya rumusan soal tidak memakai kata/kalimat yang menyebabkan penafsiran ganda.
D. Penilaian Proyek
1. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu kiprah yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu pemeriksaan semenjak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek sanggup dipakai untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan penerima didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
· Kemampuan pengelolaan
Kemampuan penerima didik dalam menentukan topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
· Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
· Keaslian
Proyek yang dilakukan penerima didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan bantuan guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek penerima didik.
2. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, hingga hasil simpulan proyek. Untuk itu, guru perlu memutuskan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, menyerupai penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan kiprah atau hasil penelitian juga sanggup disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian sanggup memakai alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Beberapa contoh kegiatan penerima didik dalam penilaian proyek:
a) penelitian sederhana ihwal air di rumah;
b) Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako.
Contoh Penilaian Proyek
Mata Pelajaran : Sejarah
Nama Proyek : Perkembangan Islam di Nusantara
Alokasi Waktu : Satu Semester
Nama Siswa : ______________________ Kelas : XI/1
No | Aspek * | Skor (1 – 5) |
1. | Perencanaan: a. Persiapan b. Rumusan Judul | |
2. | Pelaksanaan a. Sistematika Penulisan b. Keakuratan Sumber Data/Informasi c. Kuantitas Sumber Data d. Analisis Data e. Penarikan Kesimpulan | |
3. | Laporan Proyek a. Performans b. Presentasi / Penguasaan | |
Total Skor |
* Aspek yang dinilai diubahsuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah
E. Penilaian Produk
1. Pengertian
Penilaian produk yaitu penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan penerima didik menciptakan produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
· Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan penerima didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
· Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan penerima didik dalam menyeleksi dan memakai bahan, alat, dan teknik.
· Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan penerima didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
2. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya memakai cara holistik atau analitik.
a) Cara analitik, yaitu menurut aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
b) Cara holistik, yaitu menurut kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
Contoh Penilaian Produk
Mata Pelajaran : IPA (Kimia)
Nama Proyek : Membuat Sabun
Alokasi Waktu : 4 kali Pertemuan
Nama Siswa : ______________________ Kelas :
No | Aspek * | Skor (1 – 5) |
1. | Perencanaan Bahan | |
2. | Proses Pembuatan a. Persiapan Alat dan Bahan b. Teknik Pengolahan c. K3 (Keamanan, Keselamatan dan Kebersihan) | |
3. | Hasil Produk a. Bentuk Fisik b. Inovasi | |
Total Skor |
* Aspek yang dinilai diubahsuaikan dengan jenis produk yang dibuat
F. Penilaian Portofolio
1. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang memperlihatkan perkembangan kemampuan penerima didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut sanggup berupa karya penerima didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh penerima didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Penilaian portofolio intinya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan penerima didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan penerima didik sendiri sanggup menilai perkembangan kemampuan penerima didik dan terus melaksanakan perbaikan. Dengan demikian, portofolio sanggup memperlihatkan perkembangan kemajuan berguru penerima didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, catatan perkembangan pekerjaan, hasil diskusi, hasil membaca buku/ literatur, hasil penelitian, hasil wawancara, dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
a. Karya siswa yaitu benar-benar karya penerima didik itu sendiri. Guru melaksanakan penelitian atas hasil karya penerima didik yang dijadikan materi penilaian portofolio semoga karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh penerima didik itu sendiri.
b. Saling percaya antara guru dan penerima didik
Dalam proses penilaian guru dan penerima didik harus mempunyai rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
c. Kerahasiaan bersama antara guru dan penerima didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan penerima didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan
d. Milik bersama (joint ownership) antara penerima didik dan guru
Guru dan penerima didik perlu mempunyai rasa mempunyai berkas portofolio sehingga penerima didik akan merasa mempunyai karya yang dikumpulkan dan kesannya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
e. Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memperlihatkan dorongan penerima didik untuk lebih meningkatkan diri.
f. Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan yaitu hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
g. Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses berguru yang dinilai contohnya diperoleh dari catatan guru ihwal kinerja dan karya penerima didik.
h. Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan penerima didik.
2. Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Jelaskan kepada penerima didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja penerima didik yang dipakai oleh guru untuk penilaian, tetapi dipakai juga oleh penerima didik sendiri. Dengan melihat portofolionya penerima didik sanggup mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi penerima didik untuk berguru meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
b. Tentukan bersama penerima didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara penerima didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap penerima didik dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap materi informasi perkembangan penerima didik sehingga sanggup terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
e. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para penerima didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para penerima didik. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, penerima didik mengetahui impian (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
f. Minta penerima didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru sanggup membimbing penerima didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan ihwal kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini sanggup dilakukan pada ketika membahas portofolio.
g. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka penerima didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara penerima didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, contohnya 2 ahad karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
h. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang renta penerima didik dan diberi klarifikasi ihwal maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua sanggup membantu dan memotivasi anaknya.
Contoh Rangkuman Penilaian Portofolio
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 1 Semester
Nama Siswa : _________________ Kelas : X/1
No | S. Kompetensi / K. Dasar | Skor | Prestasi | Keterangan | |
(1 – 10) | T | BT | |||
1. | Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronika | ||||
2. | Dst | ||||
Total Skor |
Catatan:
Setiap Standar Kompetensi/ K. Dasar yang masuk dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap penerima didik sebagai bukti pekerjaannya. Kemudian Guru menjelaskan bobot dari setiap portofolio yang dibuat.
G. Penilaian Diri (self assessment)
1. Pengertian
Penilaian diri yaitu suatu teknik penilaian di mana penerima didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri sanggup dipakai untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya: penerima didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil berguru dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian diri oeserta didik didasarkan atas kriteria atau pola yang telah disiapkan.
b. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, penerima didik sanggup diminta untuk menciptakan goresan pena yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, penerima didik diminta untuk melaksanakan penilaian menurut kriteria atau pola yang telah disiapkan.
c. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, penerima didik sanggup diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya menurut kriteria atau pola yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini sanggup memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri penerima didik, lantaran mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, lantaran ketika mereka melaksanakan penilaian, harus melaksanakan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih penerima didik untuk berbuat jujur, lantaran mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melaksanakan penilaian.
2. Teknik Penilaian
Penilaian diri dilakukan menurut kriteria yang terperinci dan objektif. Oleh lantaran itu, penilaian diri oleh penerima didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c) Merumuskan format penilaian, sanggup berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.
d) Meminta penerima didik untuk melaksanakan penilaian diri.
e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong penerima didik supaya senantiasa melaksanakan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f) Menyampaikan umpan balik kepada penerima didik menurut hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang sanggup mengumpulkan informasi hasil dan kemajuan berguru penerima didik secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memperlihatkan gambaran/informasi ihwal kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman berguru yang dialaminya.
Contoh Penilaian Diri
Mata Pelajaran : Matematika
Aspek : Kognitif
Alokasi Waktu : 1 Semester
Nama Siswa : _________________ Kelas : X/1
No | S. Kompetensi / K. Dasar | Tanggapan | Keterangan | |
1 | 0 | |||
1. | Aljabar a. Menggunakan hukum pangkat b. Menggunakan atuuran akar c. Menggunakan hukum logaritma d. Memanipulasi aljabar | 1 = Paham 0 = Tidak Paham | ||
2. | Dst | |||
Catatan:
Guru menyarankan kepada penerima didik untuk menyatakan secara jujur sesuai kemampuan yang dimilikinya, lantaran tidak kuat terhadap nilai akhir. Hanya bertujuan untuk perbaikan proses pembelajaran.
BAB IV LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PENILAIAN
A. Penetapan Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan memakai kata kerja operasional yang sanggup diukur, seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan.
Indikator pencapaian hasil berguru dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap penerima didik. Setiap kompetensi dasar sanggup dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator-indikator pencapaia hasil berguru dari setiap kompetensi dasar merupakan pola yang dipakai untuk melaksanakan penilaian.
Berikut ini salah satu contoh penetapan indikator mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan SMP/MTs kelas VII/1.
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar | Indikator* |
1.Mempraktikkan banyak sekali teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya | 1.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia membuatkan tempat dan peralatan**) | 1. Menendang bola dengan banyak sekali variasi. 2. Mengontrol/memberhentikan bola dengan banyak sekali variasi. 3. Menggiring bola dengan banyak sekali variasi. 4. Menggombinasikan teknik dasar menggiring dan menendang dengan banyak sekali variasi 5. Mengkombinasikan teknik dasar mengontrol dan menendang dengan banyak sekali variasi. 6. Menerapkan banyak sekali teknik dasar dalam permainan sepak bola 7. Menerapkan nilai kerjasama dalam bermain. 8. Menyebutkan otot-otot yang bekerja lebih berat dalam permainan sepak bola. |
Indikator* : dikembangkan ole guru sekolah
B. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Teknik Penilaian
Pemetaan standar kompetensi dilakukan untuk memudahkan guru dalam menentukan teknik penilaian.
Berikut Contoh pemetaan untuk mata Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP/MTs kelas VII/1.
Standar Kompetensi | Kompetensi Dasar | Indikator | Aspek | Teknik Penilaian | |||||
Tes | Unjuk kerja | Produk | Sikap | Portofolio | |||||
1.Mempraktikkan banyak sekali teknik dasar permainan dan olahraga, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya | 1.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia membuatkan tempat dan peralatan**) | 1. Menendang bola dengan banyak sekali variasi. | Permainan dan Olahraga | - | v | - | - | v | |
2. Mengontrol/ memberhentikan bola dengan banyak sekali variasi | - | v | - | - | v | ||||
3. Menggiring bola dengan banyak sekali variasi. | - | v | - | - | v | ||||
4.Menggombinasikan teknik dasar menggiring dan menendang dengan banyak sekali variasi | - | v | - | - | v | ||||
5.Mengkombinasikan teknik dasar mengontrol dan menendang dengan banyak sekali variasi. | - | v | - | - | v | ||||
6. Menerapkan banyak sekali teknik dasar dalam permainan sepak bola | - | v | - | - | v | ||||
7. Menerapkan nilai kerjasama dalam bermain. | - | - | - | v | v | ||||
8.Menyebut-kan otot-otot yang bekerja lebih berat dalam permainan sepak bola. | v | - | - | - | v |
C. Penetapan Teknik Penilaian
Dalam menentukan teknik penilaian mempertimbangkan ciri indikator, contoh:
· Apabila tuntutan indikator melaksanakan sesuatu, maka teknik penilaiannya yaitu unjuk kerja (performance).
· Apabila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya yaitu tertulis.
D. Contoh Alat dan Penskoran Dalam Penilaian
Berikut contoh-contoh alat dan cara penskoran dalam penilaian untuk banyak sekali mata pelajaran pada jenjang pendidikan sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.
A. Pengolahan Hasil Penilaian
1. Data Penilaian Unjuk Kerja
Data penilaian unjuk kerja yaitu skor yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan terhadap penampilan penerima didik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang sanggup berupa daftar cek atau skala penilaian.
Nilai yang dicapai oleh penerima didik dalam suatu kegiatan unjuk kerja yaitu skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 (untuk skala 0 -10) atau dikali 100 (untuk skala 0 -100). Misalnya, dalam suatu penilaian unjuk kerja pidato, ada 8 aspek yang dinilai, antara lain: bangun tegak, menatap kepada hadirin, penyampaian gagasan jelas, sistematis, dan sebagainya. Apabila seseorang mendapat skor 6, skor maksimumnya 8, maka nilai yang akan diperoleh yaitu = 6/8 x 10 = 0,75 x 10 = 7,5.
Nilai 7,5 yang dicapai penerima didik mempunyai arti bahwa penerima didik telah mencapai 75% dari kompetensi ideal yang diharapkan untuk unjuk kerja tersebut. Apabila ditetapkan batas ketuntasan penguasaan kompetensi minimal 70%, maka untuk kompetensi tersebut sanggup dikatakan bahwa penerima didik telah mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian, penerima didik tersebut sanggup melanjutkan ke kompetensi berikutnya.
2. Data Penilaian Sikap
Data penilaian sikap bersumber dari catatan harian penerima didik menurut pengamatan/ observasi guru mata pelajaran. Data hasil pengamatan guru dapat dilengkapi dengan hasil penilaian menurut pertanyaan eksklusif dan laporan pribadi.
Seperti telah diutarakan sebelumnya, hal yang harus dicatat dalam buku Catatan Harian penerima didik yaitu kejadian-kejadian yang menonjol, yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan unjuk kerja penerima didik, baik positif maupun negatif. Yang dimaksud dengan kejadian-kejadian yang menonjol yaitu kejadian-kejadian yang perlu mendapat perhatian, atau perlu diberi peringatan dan penghargaan dalam rangka training penerima didik.
Pada simpulan semester, guru mata pelajaran merumuskan sintesis, sebagai deskripsi dari sikap, perilaku, dan unjuk kerja penerima didik dalam semester tersebut untuk mata pelajaran yang bersangkutan. Deskripsi tersebut menjadi materi atau pernyataan untuk diisi dalam kolom Catatan Guru pada rapor penerima didik untuk semester dan mata pelajaran yang berkaitan. Selain itu, menurut catatan-catatan ihwal penerima didik yang dimilikinya, guru mata pelajaran sanggup memberi masukan pula kepada Guru Bimbingan Konseling untuk merumuskan catatan, baik berupa peringatan atau rekomendasi, sebagai materi bagi wali kelas dalam mengisi kolom deskripsi sikap dalam rapor. Catatan Guru mata pelajaran menggambarkan sikap atau tingkat penguasaan penerima didik berkaitan dengan pelajaran yang ditempuhnya dalam bentuk kalimat naratif. Demikian juga catatan dalam kolom deskripsi perilaku, menggambarkan sikap penerima didik yang perlu mendapat penghargaan/pujian atau peringatan.
3. Data Penilaian Tertulis
Data penilaian tertulis yaitu skor yang diperoleh penerima didik dari hasil banyak sekali tes tertulis yang diikuti penerima didik. Soal tes tertulis sanggup berbentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, uraian, jawaban singkat.
Soal bentuk pilihan ganda diskor dengan memberi angka 1 (satu) bagi setiap butir jawaban yang benar dan angka 0 (nol) bagi setiap butir soal yang salah. Skor yang diperoleh penerima didik untuk suatu perangkat tes pilihan ganda dihitung dengan prosedur: jumlah jawaban benar
------------------------------ X 10
jumlah seluruh butir soal
Prosedur ini juga sanggup dipakai dalam menghitung skor perolehan penerima didik untuk soal berbentuk benar salah, menjodohkan, dan jawaban singkat. Keempat bentuk soal terakhir ini juga sanggup dilakukan penskoran secara objektif dan sanggup diberi skor 1 untuk setiap jawaban yang benar.
Soal bentuk uraian dibedakan dalam dua kategori, uraian objektif dan uraian non-objektif. Uraian objektif sanggup diskor secara objektif menurut konsep atau kata kunci yang sudah niscaya sebagai jawaban yang benar. Setiap konsep atau kata kunci yang benar yang sanggup dijawab penerima didik diberi skor 1. Skor maksimal butir soal yaitu sama dengan jumlah konsep kunci yang dituntut untuk dijawab oleh penerima didik. Skor capaian penerima didik untuk satu butir soal kategori ini yaitu jumlah konsep kunci yang sanggup dijawab benar, dibagi skor maksimal, dikali dengan 10.
Soal bentuk uraian non objektif tidak sanggup diskor secara objektif, lantaran jawaban yang dinilai sanggup berupa opini atau pendapat penerima didik sendiri, bukan berupa konsep kunci yang sudah pasti. Pedoman penilaiannya berupa kriteria-kriteria jawaban. Setiap kriteria jawaban diberikan rentang nilai tertentu, contohnya 0 - 5. Tidak ada jawaban untuk suatu kriteria diberi skor 0. Besar-kecilnya skor yang diperoleh penerima didik untuk suatu kriteria ditentukan menurut tingkat kesempurnaan jawaban dibandingkan dengan kriteria jawaban tersebut.
Skor penilaian yang diperoleh dengan memakai banyak sekali bentuk tes tertulis perlu digabung menjadi satu kesatuan nilai penguasaan kompetensi dasar dan standar kompetensi mata pelajaran. Dalam proses penggabungan dan penyatuan nilai, data yang diperoleh dengan masing-masing bentuk soal tersebut juga perlu diberi bobot, dengan mempertimbangkan tingkat kesukaran dan kompleksitas jawaban. Nilai simpulan semester ditulis dalam rentang 0 hingga 10, dengan dua angka di belakang koma. Nilai simpulan semester yang diperoleh penerima didik merupakan deskripsi ihwal tingkat atau persentase penguasaan Kompetensi Dasar dalam semester tersebut. Misalnya, nilai 6,50 sanggup diinterpretasikan penerima didik telah menguasai 65% unjuk kerja berkaitan dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran dalam semester tersebut.
4. Data Penilaian Proyek
Data penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh dari tahap-tahap: perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data/laporan. Dalam menilai setiap tahap, guru sanggup memakai skor yang terentang dari 1 hingga 4. Skor 1 merupakan skor terendah dan skor 4 yaitu skor tertinggi untuk setiap tahap. Kaprikornus total skor terendah untuk keseluruhan tahap yaitu 4 dan total skor tertinggi yaitu 16.
Berikut tabel yang memuat contoh deskripsi dan penskoran untuk masing-masing tahap.
Tahap | Deskripsi | Skor |
Perencanaan/ persiapan | Memuat: topik, tujuan, bahan/alat, langkah-langkah kerja, jadwal, waktu, asumsi data yang akan diperoleh, tempat penelitian, daftar pertanyaan atau format pengamatan yang sesuai dengan tujuan. | 1- 4 |
Pengumpulan data | Data tercatat dengan rapi, terperinci dan lengkap. Ketepatan memakai alat/bahan | 1- 4 |
Pengolahan data | Ada pengklasifikasian data, penafsiran data sesuai dengan tujuan penelitian. | 1- 4 |
Penyajian data/ laporan | Merumuskan topik, merumuskan tujuan penelitian, menuliskan alat dan bahan, menguraikan cara kerja (langkah-langkah kegiatan) Penulisan laporan sistematis, memakai bahasa yang komunikatif. Penyajian data lengkap, memuat kesimpulan dan saran. | 1- 4 |
Total Skor |
Keterangan:
Semakin lengkap dan sesuai informasi pada setiap tahap semakin tinggi skor yang diperoleh.
5. Data Penilaian Produk
Data penilaian produk diperoleh dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan (produk), dan tahap penilaian (appraisal). Informasi ihwal data penilaian produk diperoleh dengan memakai cara holistik atau cara analitik. Dengan cara holistik, guru menilai hasil produk penerima didik menurut kesan keseluruhan produk dengan memakai kriteria keindahan dan kegunaan produk tersebut pada skala skor 0 – 10 atau 1 – 100. Cara penilaian analitik, guru menilai hasil produk menurut tahap proses pengembangan, yaitu mulai dari tahap persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian.
Contoh tabel penilaian analitik dan penskorannya.
Tahap | Deskripsi | Skor |
Persiapan | Kemampuan merencanakan seperti: · menggali dan mengembangkan gagasan; · mendesain produk, menentukan alat dan bahan | 1-10 |
Pembuatan Produk | · Kemampuan menyeleksi dan memakai bahan; · Kemampuan menyeleksi dan memakai alat; · Kemampuan menyeleksi dan memakai teknik; | 1-10 |
Penilaian produk | · Kemampuan penerima didik menciptakan produk sesuai kegunaan/fungsinya; · Produk memenuhi kriteria keindahan. | 1-10 |
Kriteria penskoran:
· memakai skala skor 0 – 10 atau 1 – 100;
· semakin baik kemampuan yang ditampilkan, semakin tinggi skor yang diperoleh.
6. Data penilaian Portofolio
Data penilaian portofolio penerima didik didasarkan dari hasil kumpulan informasi yang telah dilakukan oleh penerima didik selama pembelajaran berlangsung. Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru, (2) hasil pekerjaan penerima didik, dan (3) profil perkembangan penerima didik. Hasil catatan guru bisa memberi penilaian terhadap sikap penerima didik dalam melaksanakan kegiatan portofolio. Hasil pekerjaan penerima didik bisa memberi skor menurut kriteria (1) rangkuman isi portofolio, (2) dokumentasi/data dalam folder, (3) perkembangan dokumen, (4) ringkasan setiap dokumen, (5) presentasi dan (6) penampilan. Hasil profil perkembangan penerima didik bisa memberi skor menurut citra perkembangan pencapaian kompetensi penerima didik pada selang waktu tertentu. Ketiga komponen ini dijadikan suatu informasi ihwal tingkat kemajuan atau penguasaan kompetensi penerima didik sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Berdasarkan ketiga komponen penilaian tersebut, guru menilai penerima didik dengan memakai pola patokan kriteria yang artinya apakah penerima didik telah mencapai kompetensi yang diharapkan dalam bentuk persentase (%) pencapaian atau dengan memakai skala 0 – 10 atau 0 - 100. Pensekoran dilakukan menurut kegiatan unjuk kerja, dengan rambu-rambu atau kriteria penskoran portofolio yang telah ditetapkan. Skor pencapaian penerima didik sanggup diubah ke dalam skor yang berskala 0 -10 atau 0 – 100 dengan patokan jumlah skor pencapaian dibagi skor maksimum yang sanggup dicapai, dikali dengan 10 atau 100. Dengan demikian akan diperoleh skor penerima didik menurut portofolio masing-masing.
7. Data Penilaian Diri
Data penilaian diri yaitu data yang diperoleh dari hasil penilaian ihwal kemampuan, kecakapan, atau penguasaan kompetensi tertentu, yang dilakukan oleh penerima didik sendiri, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Pada taraf awal, hasil penilaian diri yang dilakukan oleh penerima didik tidak sanggup eksklusif dipercayai dan digunakan, lantaran dua alasan utama. Pertama, lantaran penerima didik belum terbiasa dan terlatih, sangat terbuka kemungkinan bahwa penerima didik banyak melaksanakan kesalahan dalam penilaian. Kedua, ada kemungkinan penerima didik sangat subjektif dalam melaksanakan penilaian, lantaran terdorong oleh keinginan untuk mendapat nilai yang baik. Oleh lantaran itu, pada taraf awal, guru perlu melaksanakan langkah-langkah telaahan terhadap hasil penilaian diri penerima didik. Guru perlu mengambil sampel antara 10% s.d. 20% untuk ditelaah, dikoreksi, dan dilakukan penilaian ulang. Apabila hasil koreksi ulang yang dilakukan oleh guru memperlihatkan bahwa penerima didik banyak melaksanakan kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan koreksi, guru sanggup mengembalikan seluruh hasil pekerjaan kepada penerima didik untuk dikoreksi kembali, dengan memperlihatkan catatan ihwal kelemahan-kelemahan yang telah mereka lakukan dalam koreksian pertama. Dua atau tiga kali guru melaksanakan langkah-langkah koreksi dan telaahan menyerupai ini, para penerima didik menjadi terlatih dalam melaksanakan penilaian diri secara baik, objektif, dan jujur.
Apabila penerima didik telah terlatih dalam melaksanakan penilaian diri secara guru. Hasil penilaian diri yang dilakukan penerima didik juga sanggup mengemban amanah serta sanggup dipahami, diinterpresikan, dan dipakai menyerupai hasil penilaian yang dilakukan oleh guru.
B. Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar
Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah penerima didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau sesudah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator sanggup dijaring dengan beberapa soal/tugas.
Kriteria ketuntasan berguru setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%. Namun sekolah sanggup memutuskan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu diubahsuaikan dengan kondisi sekolah, menyerupai tingkat kemampuan akademis penerima didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana. Namun, kualitas sekolah akan dinilai oleh pihak luar secara berkala, contohnya melalui ujian nasional. Hasil penilaian ini akan memperlihatkan peringkat suatu sekolah dibandingkan dengan sekolah lain (benchmarking). Melalui pemeringkatan ini diharapkan sekolah terpacu untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.
Apabila nilai penerima didik untuk indikator pencapaian sama atau lebih besar dari kriteria ketuntasan, sanggup dikatakan bahwa penerima didik itu telah merampungkan indikator itu. Apabila semua indikator telah tuntas, sanggup dikatakan penerima didik telah menguasai KD bersangkutan. Dengan demikian, penerima didik sanggup diinterpretasikan telah menguasai SK dan mata pelajaran. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas lebih dari 50%, penerima didik sanggup mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas. Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu KD lebih kecil dari kriteria ketuntasan, sanggup dikatakan penerima didik itu belum merampungkan indikator itu. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum tuntas sama atau lebih dari 50%, penerima didik belum sanggup mempelajari KD berikutnya.
Kompetensi Dasar | Indikator | Kriteria Ketuntasan | Nilai penerima didik | Ketuntasan |
Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi | 1. Menganalisis keterkaitan teori tektonik lemeng terhadap persebaran gunung api, gempa bumi dan pembentukan relief muka bumi 2. Mengidentifikasi ciri bentang lahan sebagai jawaban proses erosi dan pengendapan 3. Mengidentifikasi degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan | 60% 60% 50% | 60 59 59 | Tuntas Tidak Tuntas Tuntas |
Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi | 1. Mengidentifikasi ciri-ciri lapisan atmosfer dan pemanfaatannya 2. Menganalisis unsur-unsur cuaca dan iklim (penyinaran, suhu, angin, kelembaban, awan, curah hujan) 3. Mengklasifikasikan banyak sekali tipe iklim | 60% 70% 60% | 61 80 90 | Tuntas Tuntas Tuntas |
Berdasarkan tabel sanggup diketahui bahwa nilai indikator pada kompetensi dasar 1 cenderung 60. Kaprikornus nilai kompetensi dasar 1 yaitu 60 atau 6. Nilai indikator pada kompetensi dasar ke 2 bervariasi, sehingga dihitung nilai rata-rata indikator. Kaprikornus nilai kompetensi dasar ke 2 :
Pada kompetensi dasar 1, indikator ke- 2 belum tuntas. Kaprikornus penerima didik perlu mengikuti remedial untuk indikator tersebut.
BAB VI PEMANFAATAN DAN PELAPORAN HASIL PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi penerima didik yang sanggup dipakai antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi penerima didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi penerima didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan aktivitas dan proses pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan kenaikan kelas.
A. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1. Bagi penerima didik yang memerlukan remedial.
Guru harus percaya bahwa setiap penerima didik dalam kelasnya bisa mencapai kriteria ketuntasan setiap kompetensi, bila penerima didik mendapat sumbangan yang tepat. Misalnya, memperlihatkan sumbangan sesuai dengan gaya berguru penerima didik pada waktu yang tepat sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian penerima didik tidak putus asa dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasainya.
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain yang mempunyai kemampuan memperlihatkan sumbangan dan mengetahui kekurangan penerima didik. Remedial diberikan kepada penerima didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan sanggup berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk berguru sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan, menciptakan rangkuman pelajaran, atau mengerjakan kiprah mengumpulkan data. Waktu remedial diatur menurut kesepakatan antara penerima didik dengan guru, sanggup dilaksanakan pada atau di luar jam efektif. Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2. Bagi penerima didik yang memerlukan pengayaan.
Pengayaan dilakukan bagi penerima didik yang memiliki penguasaan lebih cepat dibandingkan penerima didik lainnya, atau penerima didik yang mencapai ketuntasan berguru ketika sebagian besar penerima didik yang lain belum. Peserta didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, semoga sanggup mengembangkan potensi secara optimal. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memperlihatkan materi tambahan, latihan perhiasan atau kiprah individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan sanggup menambah nilai npeserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan sanggup dilaksanakan setiap ketika baik pada atau di luar jam efektif. Bagi penerima didik yang secara konsisten selalu mencapai kompetensi lebih cepat, dapat diberikan aktivitas akselerasi.
3. Bagi Guru
Guru sanggup memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan aktivitas dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru sanggup mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memperlihatkan sumbangan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah taktik pembelajaran, dan memperbaiki aktivitas pembelajarannya. Oleh lantaran itu, aktivitas yang telah dirancang, taktik pembelajaran yang telah disiapkan, dan materi yang telah disiapkan perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti apabila ternyata tidak efektif membantu penerima didik dalam mencapai penguasaan kompetensi. Perbaikan aktivitas tidak perlu menunggu hingga simpulan semester, lantaran bila dilakukan pada simpulan semester bisa saja perbaikan itu akan sangat terlambat.
4. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian sanggup dipakai Kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.
B. Pelaporan Hasil Penilain Kelas
1. Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang dan dilaksanakan dalam kerangka administrasi berbasis sekolah, di mana peran-serta masyarakat di bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada dukungan dana saja, tetapi juga di bidang akademik. Unsur penting dalam administrasi berbasis sekolah yaitu partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas publik. Atas dasar itu, laporan kemajuan hasil berguru penerima didik dibuat sebagai pertanggungjawaban forum sekolah kepada orangtua/wali penerima didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan berguru penerima didik maupun pengembangan sekolah.
Pelaporan hasil berguru hendaknya:
· Merinci hasil berguru penerima didik menurut kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan penerima didik
· Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
· Menjamin orangtua mendapat informasi secepatnya bilamana anaknya bermasalah dalam belajar
2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan berguru penerima didik sanggup disajikan dalam data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor), contohnya seorang penerima didik mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Namun, makna nilai tunggal menyerupai itu kurang dipahami penerima didik maupun orangtua lantaran terlalu umum. Hal ini menciptakan orangtua sulit menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri, statistika, atau hal lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan komprehensif semoga “profil” atau tingkat kemajuan berguru penerima didik gampang terbaca dan dipahami). Dengan demikian orangtua/wali lebih gampang mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki penerima didik, sehingga sanggup menentukan jenis sumbangan yang dibutuhkan bagi anaknya. Dipihak anak, ia sanggup mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang renta menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai berikut;
· Bagaimana keadaan anak waktu berguru di sekolah secara akademik, fisik, sosial dan emosional?
· Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
· Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?
· Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orang renta hendaknya;
· Menggunakan bahasa yang gampang dipahami.
· Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
· Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
· Berkaitan erat dengan hasil berguru yang harus dicapai dalam kurikulum.
· Berisi informasi ihwal tingkat pencapaian hasil belajar.
3. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan berguru penerima didik, yang berisi informasi ihwal pencapaian kompetensi penerima didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu 1 semester. Rekap nilai dibutuhkan sebagai alat kontrol bagi guru ihwal perkembangan hasil berguru penerima didik, sehingga diketahui kapan penerima didik memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek penilaian. Nilai suatu KD sanggup diperoleh dari tes formatif, tes sumatif, hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, nilai kiprah perseorangan maupun kelompok. Rata-rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai pencapaian kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.
0 Komentar untuk "Makalah Daerah Evaluasi - Teknologi Pembelajaran"