Sahabat Edukasi yang berbahagia…
Nyepi ialah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di sentra samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melaksanakan pemujaan suci terhadap mereka.
Tahun Baru Saka dalam Penanggalan Menurut Kalender Saka Bali
Kalender Saka Bali ialah sistem penanggalan yang dipakai oleh orang Hindu Bali di pulau Bali dan Lombok. Kalender Bali bisa dianggap istimewa alasannya ialah kalender Saka Bali ialah penanggalan "konvensi". Tidak mutlak astronomis ibarat kalender Hijriyah, namun tidak pula ibarat kalender Jawa, tetapi 'kira-kira' ada di antara keduanya.
Kalender Saka Bali tidak sama dengan Kalender Saka dari India, namun kalender Saka yang sudah dimodifikasi dan diberi komplemen elemen-elemen lokal.
Kalender Saka Bali bisa dikatakan merupakan penanggalan syamsiah-kamariah (surya-candra) atau luni-solar. Kalender suryacandra atau kalender lunisolar ialah sebuah kalender yang memakai fase bulan sebagai contoh utama namun juga menambahkan pergantian isu terkini di dalam perhitungan tiap tahunnya.
Kalender ini biasanya ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat beberapa tahun sekali ataupun berturut-turut. Dengan demikian, jumlah bulan dalam satu tahun sanggup mencapai 12 hingga 13 bulan.
Jadi penanggalan ini berdasarkan posisi matahari dan sekaligus bulan. Dikatakan konvensi atau kompromistis, lantaran sepanjang perjalanan tarikhnya masih dibicarakan bagaimana cara perhitungannya.
Dalam kompromi sudah disepakati bahwa: 1 hari candra = 1 hari surya. Kenyataannya 1 hari candra tidak sama dengan panjang dari 1 hari surya. Untuk itu setiap 63 hari (9 wuku) ditetapkan satu hari-surya yang nilainya sama dengan dua hari-candra. Hari ini dinamakan pangunalatri. Hal ini tidak sulit diterapkan dalam teori aritmatika. Derajat ketelitiannya cukup bagus, hanya memerlukan 1 hari kabisat dalam seratusan tahun.
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi bekerjsama merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai semenjak tahun 78 Masehi. Tidak ibarat perayaan tahun gres Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada kegiatan ibarat biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, ibarat Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi ialah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta).
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di tempat Bali.
Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melaksanakan Penyucian dengan melaksanakan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, lantaran bahari atau danau ialah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri insan dan alam.
Melasti Hari Raya Nyepi |
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) berdasarkan kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing berjulukan Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).
Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) dibutuhkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, ibarat ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak.
Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.
Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan lalu dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Puncak program Nyepi
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana ibarat mati. Tidak ada kesibukan kegiatan ibarat biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata".
Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak memakai dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang bisa juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman gres yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun gres Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih.
Tiap orang pandai (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan hasilnya ialah kesucian lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu semoga mempunyai kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Ngembak Geni (Ngembak Api)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka ialah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua.
Umat Hindu melaksanakan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun gres yang bersih.
Inti Dharma Santi ialah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua insan di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling mengasihi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.
0 Komentar untuk "Sejarah Hari Raya Nyepi / Tahun Gres Saka Umat Hindu Bali"