Rezeki salah? Memang ada yang namanya rezeki salah?
Rezeki salah yang saya maksudkan di sini adalah rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah, atau kalau istilah dalam blog ini adalah rezeki haram karena diperoleh menggunakan cara-cara yang haram.
Suatu hari Amin makan di food court sebuah mall sambil mengecek lowongan pekerjaan di koran. Sekilas dilihatnya seorang ibu muda dan 2 anak balitanya ikut makan di meja sebelah. Ibu itu mulai terlihat repot setelah salah seorang balitanya yang terkecil mulai rewel, meronta dan menangis keras. Daripada menjadi gangguan bagi banyak orang ibu muda tersebut segera menggendong anaknya yang menangis dan tangan satunya lagi menggandeng kakaknya yang kebingungan. Mungkin karena terburu-uru ibu ponselnya ketinggalan di meja tanpa disadarinya. Amin melihat ponsel yang ketinggalan itu sebuah smartphone keluaran terbaru yang harganya mungkin sekitar 7 jutaan di pasaran. Segera saja Amin mengambil ponsel tersebut bukan untuk mengembalikan ke pemiliknya tapi mengamankannya ke dalam sakunya.
Dia berpikir mau diapakan smartphone ini? Apakah mau dipakai atau sebaiknya dijual. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai ponsel tersebut, mengeluarkan kartu si ibu dan memasukkan kartunya sendiri agar tidak terlacak oleh sang pemilik. Amin kemudian berjalan dan berniat untuk menjualnya di sentra penjualan ponsel bekas di seberang terminal tempatnya biasa mengambil bus. Lumayan uangnya bisa dipakai untuk membayar tagihan kartu kreditnya. Akhirnya ia bergegas keluar, mengambil bus, turun di terminal dan berjalan menuju tempat penjual ponsel bekas. Di situ ia berhasil menjual ponsel si ibu seharga 2,5 juta. Lumayanlah, meski sebenarnya ia berharap harganya lebih tinggi dari itu. Tapi ketimbang tidak dapat apa-apa akhirnya ia menerima kesepakatan harga tersebut.
Kemudian dia menuju terminal mau mengambil bus tujuan arah rumahnya, Tapi malang baginya, seseorang tiba-tiba muncul, menodongkan pisau ke rusuknya dan meminta semua uang dan barang berharga miliknya. Akhirnya karena ketakutan Amin menyerahkan semua uangnya berikut ponsel miliknya, jam tangan dan cincin batu akik hadiah kakeknya. Kemudian penodong itu segera berlalu dengan sepeda motornya meninggalkan Amin yang kebingungan dan galau sendiri.
Dalam kegalauan itu tersadarlah ia pada saat ia melihat ponsel ibu muda itu dia berpikir bahwa "mungkin ini rezeki saya, rezeki untuk memecahkan masalah tunggakan kartu kredit saya.". Tapi dia lupa bahwa rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah bukan rezeki namanya tapi bahan bakar kesusahan. Sebab rezeki itu datangnya dari Allah sedang Allah tidak menyukai jalan-jalan yang haram. Baru mengambil satu ponsel saja menyebabkan barang yang betul-betul miliknya, yang dicarinya dengan jalan halal ikutan hilang diambil penodong.
Patut dimengerti hilangnya sesuatu yang bukan hak adalah tidak selalu pada pengertian fisik semata. Sebab bisa jadi fisiknya tidak hilang tapi pemanfaatan pada barang tersebut jadi hilang atau tidak ada. Alias dihilangkan rasa menikmatinya. Seperti halnya rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah, rezeki haram yang sumbernya haram menyebabkan penyakit yang membuat kita tidak bisa menikmati makanan yang sesungguhnya bisa dibeli. Allah menghilangkan kemampuan menikmati sesuatu yang bukan haknya dengan memberi penyakit, membuat anak-anak jadi nakal tak terkendali, kecelakaan yang beruntun dan sebagainya.
Menghilangkan kesusahan bukan dengan jalan menghadirkan kesusahan yang lain, melainkan dengan jalan kesabaran. Wallahu alam.
Rezeki salah yang saya maksudkan di sini adalah rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah, atau kalau istilah dalam blog ini adalah rezeki haram karena diperoleh menggunakan cara-cara yang haram.
Barang yang bukan hak akan diambil kembali oleh yang Maha Hak
Kisah ini dimulai dengan seorang pria bernama Amin yang bingung karena tagihan kartu kreditnya terus membengkak dan terancam macet. Pasalnya sejak 3 bulan yang lalu Amin kena PHK, karena adanya perampingan dalam manajemen perusahaan tempatnya bekerja. Amin bersama dengan ratusan karyawan lainnya harus menerima kenyataan kehilangan pekerjaan yang menjadi tumpuan hidupnya selama ini. Pesangon yang diterimanya hanya cukup untuk menghidupinya selama 2 bulan. Setelah memasuki bulan kedua uang di dompetnya mulai menipis, maka kartu kreditlah yang menjadi penyelamatnya. Berbelanja menggunakan kartu kredit tanpa pernah membayar tagihannya, karena tidak punya sumber lain untuk membayarnya. Amin memang mulai berkurang kreatfitasnya karena ia lebih memilih menunggu peluang (kerja) ketimban mencari atau menciptakan peluang baru agi dirinya.Suatu hari Amin makan di food court sebuah mall sambil mengecek lowongan pekerjaan di koran. Sekilas dilihatnya seorang ibu muda dan 2 anak balitanya ikut makan di meja sebelah. Ibu itu mulai terlihat repot setelah salah seorang balitanya yang terkecil mulai rewel, meronta dan menangis keras. Daripada menjadi gangguan bagi banyak orang ibu muda tersebut segera menggendong anaknya yang menangis dan tangan satunya lagi menggandeng kakaknya yang kebingungan. Mungkin karena terburu-uru ibu ponselnya ketinggalan di meja tanpa disadarinya. Amin melihat ponsel yang ketinggalan itu sebuah smartphone keluaran terbaru yang harganya mungkin sekitar 7 jutaan di pasaran. Segera saja Amin mengambil ponsel tersebut bukan untuk mengembalikan ke pemiliknya tapi mengamankannya ke dalam sakunya.
Dia berpikir mau diapakan smartphone ini? Apakah mau dipakai atau sebaiknya dijual. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai ponsel tersebut, mengeluarkan kartu si ibu dan memasukkan kartunya sendiri agar tidak terlacak oleh sang pemilik. Amin kemudian berjalan dan berniat untuk menjualnya di sentra penjualan ponsel bekas di seberang terminal tempatnya biasa mengambil bus. Lumayan uangnya bisa dipakai untuk membayar tagihan kartu kreditnya. Akhirnya ia bergegas keluar, mengambil bus, turun di terminal dan berjalan menuju tempat penjual ponsel bekas. Di situ ia berhasil menjual ponsel si ibu seharga 2,5 juta. Lumayanlah, meski sebenarnya ia berharap harganya lebih tinggi dari itu. Tapi ketimbang tidak dapat apa-apa akhirnya ia menerima kesepakatan harga tersebut.
Kemudian dia menuju terminal mau mengambil bus tujuan arah rumahnya, Tapi malang baginya, seseorang tiba-tiba muncul, menodongkan pisau ke rusuknya dan meminta semua uang dan barang berharga miliknya. Akhirnya karena ketakutan Amin menyerahkan semua uangnya berikut ponsel miliknya, jam tangan dan cincin batu akik hadiah kakeknya. Kemudian penodong itu segera berlalu dengan sepeda motornya meninggalkan Amin yang kebingungan dan galau sendiri.
Dalam kegalauan itu tersadarlah ia pada saat ia melihat ponsel ibu muda itu dia berpikir bahwa "mungkin ini rezeki saya, rezeki untuk memecahkan masalah tunggakan kartu kredit saya.". Tapi dia lupa bahwa rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah bukan rezeki namanya tapi bahan bakar kesusahan. Sebab rezeki itu datangnya dari Allah sedang Allah tidak menyukai jalan-jalan yang haram. Baru mengambil satu ponsel saja menyebabkan barang yang betul-betul miliknya, yang dicarinya dengan jalan halal ikutan hilang diambil penodong.
Kesimpulan
Jangan sekali-kali mengambil yang bukan hak, karena nantinya akan diambil kembali oleh Yang Maha Hak. Buat apa mengambil barang milik orang lain yang bukan hak kita? Tidak perlu tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan melirik milik orang lain. Hidup ini sudah susah jangan menambah kesusahan dengan bertindak bodoh.Patut dimengerti hilangnya sesuatu yang bukan hak adalah tidak selalu pada pengertian fisik semata. Sebab bisa jadi fisiknya tidak hilang tapi pemanfaatan pada barang tersebut jadi hilang atau tidak ada. Alias dihilangkan rasa menikmatinya. Seperti halnya rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah, rezeki haram yang sumbernya haram menyebabkan penyakit yang membuat kita tidak bisa menikmati makanan yang sesungguhnya bisa dibeli. Allah menghilangkan kemampuan menikmati sesuatu yang bukan haknya dengan memberi penyakit, membuat anak-anak jadi nakal tak terkendali, kecelakaan yang beruntun dan sebagainya.
Menghilangkan kesusahan bukan dengan jalan menghadirkan kesusahan yang lain, melainkan dengan jalan kesabaran. Wallahu alam.
0 Komentar untuk "Rezeki Salah = Bahan Bakar Kesusahan"