Rezeki dan Koin Penyok.
Hari itu matahari bersinar dengan teriknya. Tampak di kejauhan seorang lelaki berjalan gak tentu arah dengan rasa putus asa. Keliatan banget dari rona wajahnya kalo pikirannya lagi kalut kek benang kusut. Apa gerangan yang ngeganggu pikirannya?
Ternyata kondisi keuangannya lagi morat-marit. Udah berapa hari ini dia gak ada kerjaan, gak dapet duit. Sementara kebutuhan hidup makin banyak, terbayang isteri dan anaknya di rumah. Mau ngutang lagi udah malu. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu. Dengan penuh rasa ingin tau dilihatnya sebuah logam yang bersinar kena pantulan sinar matahari. Dengan penuh harap ditatapnya benda itu. Lalu ia membungkuk dan menggerutu kecewa.
"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok".
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank. Kali-kali aja bisa dituker dengan koin beneran. Sesampainya di sana, seorang teller menyambutnya dengan ramah. Tapi harapannya langsung buyar saat teller itu bilang kalo koin itu gak berharga di bank.
"Sebaiknya koin ini dibawa ke kolektor uang kuno", kata teller itu memberi saran. Mungkin kesian liat wajah kecewa lelaki itu.
Dengan langkah gontai lelaki itu membawa koinnya ke kolektor yang gak terlalu jauh dari Bank. Beruntung sekali, koinnya dihargai Rp.500 ribu.
Lelaki itu begitu senang, bahagia sampe mau memekik kegirangan. Gak lepas-lepasnya dia mengucap syukur pada Allah SWT atas rezekiNya.
Saat lewat toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga Rp. 500 ribu untuk membuat rak yang kemungkinan bisa dijual dengan harga lebih tinggi.
Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang dengan seribu satu rencana di kepala. Di tengah perjalanan dia melewati tempat pengrajin mebel.
Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang dengan seribu satu rencana di kepala. Di tengah perjalanan dia melewati tempat pengrajin mebel.
Mata pemilik bengkel mebel sudah terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dipanggilnya lelaki itu dan menanyakan apakah kayu itu dijual? Lelaki itu awalnya ragu, karena dia berpikir kayu itu bisa laku lebih banyak jika udah jadi rak. Tapi pemiliki bengkel itu terus mendesak dan membaca keraguan di wajahnya. Dia menawarkan lemari Rp. 2 juta untuk menukar kayu itu.
Lelaki itu bersorak! Wah gak perlu cape-cape bikin rak /lemari nih, pikirnya. Setelah setuju, dia meminjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu.
Dalam perjalanan lelaki tersebut melewati perumahan.
Seorang wanita kaya melihat lemari yang indah itu dan menawarnya Rp. 10 juta. Lelaki itu termangu, wah lemarinya ternyata dihargai tinggi. Melihat lelaki itu terdiam, si wanita pun menaikkan tawarannya menjadi Rp. 15 juta. Lelaki itupun setuju. Dia bersorak dalam hati...
Seorang wanita kaya melihat lemari yang indah itu dan menawarnya Rp. 10 juta. Lelaki itu termangu, wah lemarinya ternyata dihargai tinggi. Melihat lelaki itu terdiam, si wanita pun menaikkan tawarannya menjadi Rp. 15 juta. Lelaki itupun setuju. Dia bersorak dalam hati...
Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya, memastikan rezeki yang dia peroleh dari sebuah koin penyok.
Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai Rp. 15 juta.
Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai Rp. 15 juta.
Tiba-tiba seorang perampok datang, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya dan bertanya,
Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya dan bertanya,
"Apa yang terjadi?"
"Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil perampok tadi?"
"Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata,
"Oh bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".
"Oh bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".
Lelaki itu menyadari bahwa Allah lah yang menjamin rezekinya. Dia gak putus asa dan terus berikhtiar. Pasti ada rezekinya di suatu tempat...
Pelajaran dari kisah ini.
1. Kita gak punya apa-apa.
Bila kita sadar, kita gak pernah punya apapun. Lahir dalam keadaan telanjang, bisanya cuma nangis dan nyari perhatian bunda agar disusui. Mati pun gak bawa apa-apa, cuma sehelai kain kafan yang membungkus tubuh yang kita banggain ini. Trus kenapa setelah gede kita malah tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Kepedihan akan rasa kehilangan? 2. Kita musti banyakin syukur.
Sebaliknya, sepatutnya kita harus bersyukur atas segala yang telah kita miliki, karena ketika datang dan pergi kita gak membawa apa-apa. Allah ngasi rezeki selama kita masih hidup. Rezeki itu yang kita anggap sebagai hak milik mutlak gak bisa diganggu gugat. Bahagia rasanya kalo rezekinya banyak, bangga karena hartanya banyak, merasa jago karena duitnya melimpah. Padahal sebenarnya ini bikin kita jadi menderita.
Menderita karena melekatkan diri dengan harta dan kepemilikan. Seolah-olah kita ngukur harga diri dengan banyaknya rezeki, melimpahnya harta dan menumpuknya duit di kantong? Padahal itu bukan punya kita. Itu punya Allah yang dikasiin ke kita karena sayangNya... Itu sebabnya gak ada kebahagiaan di hati mereka penikmat kebendaan ini.
Bahagia karena melepas apapun yang sejatinya bukan milik kita. Bahkan nyawa ini juga bukan punya kita.
3. Gak ada yang abadi.
Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan, apa yang sebenarnya yang kita punya dalam hidup ini? Gak ada ! Hanya amal ibadah yang kita punya, itupun itu gak ngejamin kita bebas dari nerakaNya Allah. Karena hanya ridhaNya yang akan menyelamatkan kita.
Gak ada yang kita punya, bahkan napas pun bukan kepunyaan kita dan gak bisa kita genggam selamanya. Kalo Pemiliknya minta, kita harus ikhlas kembali kepadaNya.
4. Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah.
Saat kehilangan sesuatu, mau itu jatuh bangkrut, pailit, ditipu, kecurian sampe amblas, hilang jabatan, hilang pengaruh, kembalilah ingat bahwa sesungguhnya kita gak punya apa-apa. Rezeki kita ibarat koin penyok tadi. Dikasi apa yang jadi jatah kita, kalo jatah itu udah "expired / habis" kepemilikannya, ya.. kita harus ikhlas..
Perubahan itu mutlak. Begitulah cara Allah mendewasakan kita, mempersiapkan kita untuk bertahan hidup di dunia fana ini.
(baca : mendulang rezeki saat susah)
(baca : mendulang rezeki saat susah)
5. Ikhlas menyikapi kehilangan.
Jadi"kehilangan" itu sebenarnya gak nyata dan gak akan pernah nyakitin.
Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an.
Ke"aku"an itulah yang bikin kita menderita.
Rumahku, hartaku, istriku, suamiku, anakku, rezekiku, jabatanku, bahkan hidupku.
Lahir gak bawa apa-apa, meninggal pun sendiri, gak bawa apa-apa dan gak ngajak siapa-siapa.
Lahir gak bawa apa-apa, meninggal pun sendiri, gak bawa apa-apa dan gak ngajak siapa-siapa.
Jika suatu ketika kita ngerasa nelangsa dan terpuruk karena kehilangan, ingatlah kisah koin penyok di atas...
Sesungguhnya semua milik Allah dan semua akan kembali kepada Allah jua.
Sesungguhnya semua milik Allah dan semua akan kembali kepada Allah jua.
Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Rezeki Bak Koin Penyok"