BAB I PENDAHULUAN
Selaras dengan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesi), pengembangan media merupakan salah satu kewajiban yang diemban guru untuk berbagi kompetensi yang dimiliki, pada gilirannya sanggup meningkatkan eksistensinya sebagai guru yang profesional.
Pemilihan media pembelajaran terkait erat dengan pengembangan silabus, yang di dalamnya terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, metoda, penilaian dan sumber. Selaras dengan pengembangan silabus maka materi pembelajaran yang akan dikembangkan sudah semestinya tetap memperhatikan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian dengan materi pokok yang diajarkan, mendukung pengalaman belajar, ketepatan metoda dan media pembelajaran, dan sesuai dengan indikator untuk berbagi assesment.
Guru dituntut memperlihatkan motivasi pada peserta didik melalui pemanfaatan media yang tidak hanya ada di dalam kelas, akan tetapi juga yang ada di luar kelas kalau hal itu memungkinkan untuk dimanfaatkan. Hal yang demikian, akan mempunyai dampak positif terutama dalam membantu peserta didik dalam mencapai target atau tujuan pendidikan yang diinginkan. Karena pada dasarnya, media pembelajaran berdasarkan Arif Sardiman (1993:7) ialah segala sesuatu yang sanggup digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke peserta sehingga sanggup merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses berguru terjadi. Sesuai dengan fungsinya, media pembelajaran intinya untuk meningkatkan kualitas berguru mengajar. Oleh lantaran itu, di dalam proses berguru mengajar di sekolah media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat penting.
BAB II PERMASALAHAN
Media pembelajaran mempunyai fungsi meningkatan motivasi berguru siswa. Dengan demikian semakin menarik media pembelajaran yang digunakan oleh guru akan semakin tinggi pula tingkat motivasi berguru siswa. Namun dalam prakteknya, masih banyak dijumpai guru-guru yang belum menerepankan media pembelajaran inovatif. Kurangnya penerapan media pembelajaran yang inovatif sanggup terjadi karena:
1) di sekolah tidak tersedia media tersebut, sekolah tidak mempunyai peralatan dan materi untuk membuat media pembelajaran;
2) guru tidak memahami arti penting penggunaan media pembelajaran,
3) guru tidak mempunyai pengetahuan dan kemampuan mengenai cara membuat sendiri media pembelajaran;
4) guru tidak mempunyai keterampilan mempergunakan media pembelajaran,
5) guru tidak mempunyai peluang (waktu) untuk membuat media pembelajaran.
Ditinjau dari komunikasi, kelas merupakan dunia komunikasi terkecil, di mana guru dan murid berinteraksi saling berbagi wangsit dan pengertian. Guru memegang peranan kunci yang sanggup mengontrol efektivitas dan efisiensi komunikasi. Pengalaman menunjukkan, bahwa dalam komunikasi banyak terjadi penyimpangan lantaran banyak sekali sebab, di antaranya kecenderungan verbalisame, ketidakpuasan murid, kurangnya minat dan sebagainya. Dengan bertambahnya isi pengetahuan yang harus diberikan guru dan bertambahnya jumlah murid, maka bertambah pula kiprah guru baik lantaran alasan sosial atau ekonomi, maka harus ada jalan keluar. Salah satu jalan keluarnya, ialah penggunaan media dalam pembelajaran. Sehingga dengan adanya media pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran di sekolah, akan meningkatkan motivasi dan prestasi berguru siswa.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan permasalahan dalam makalah ini adalah:
1) Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran?
2) Bagaiamana fungsi dan peranan media pembelajaran?
3) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan guru dalam pemilihan dan pembuatan media pembelajaran
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Arif Sadiman (1993:7) media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang sanggup digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke peserta sehingga sanggup merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses berguru terjadi. Sedangkan berdasarkan Oemar Hamalik (1994:12) media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Hal ini senada dengan pendapat Rustiyah NK (dalam Zakiah Darajat 1992:80), bahwa media pembelajaran ialah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antar guru dan siswa dalam proses pengajaran di sekolah. Begitu pula dengan pendapat Mudhofir (1993:81) yang menyampaikan bahwa media ialah sumber belajar, secara luas media sanggup diartikan dengan manusia, benda atau pun insiden yang membuat kondisi siswa untuk lebih memungkinkan memperoleh pengetahuan keterampilan atau pun sikap.
Dari definisi-definisi ihwal media pembelajaran menyerupai yang telah dikemukakan di atas, dapatlah ditarik pengertian pokok ihwal media pembelajaran, yaitu:
a. Media pembelajaran identik dengan peragaan.
b. Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses berguru mengajar yang sanggup menunjang efektivitas keberhasilan berguru siswa.
c. Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar proses berguru mengajar.
B. Macam-macam Media Pembelajaran
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka perkembangan media pembelajaran begitu cepat, di mana masing-masing media yang ada punya ciri-ciri dan kemampuan sendiri. Dari hal ini, kemudian timbul usaha-usaha penataannya yaitu pengelompokkan atau pembagian terstruktur mengenai berdasarkan kesamaan ciri-ciri atau karakteristiknya. Ciri-ciri umum dari media pembelajaran berdasarkan Oemar Hamalik (1994:11-12), adalah:
1. Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang sanggup diraba, dilihat dan didengar dan yang sanggup diamati melalui panca indera.
2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang sanggup dilihat dan didengar.
3. Media pembelajaran digunakan dalam rangka kekerabatan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.
4. Media pembelajaran ialah semacam alat bantu berguru mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka belajar.
6. Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang erat pertaliannya dengan metode belajar.
7. Karena itu, sebagai tindakan operasional, dalam buku ini digunakan pengertian “media pembelajaran”. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa media pembelajaran ialah sarana, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka mengidentifikasikan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Taksomi media berdasarkan Rudi Bretz sebagaimana dikutip oleh Arif Sadiman (1993:20) yang membagi ke dalam 8 klasifikasi, yakni:
1. Media audio visual gerak.
2. Media audio visual diam.
3. Media audio semi gerak.
4. Media visual gerak.
5. Media visual diam.
6. Media visual semi gerak.
7. Media audio.
8. Media cetak.
Sedangkan berdasarkan Briggs, (dalam Arif Sadiman 1993:23) bahwa terdapat 13 macam media, yaitu sebagai berikut:
1. Obyek.
2. Model.
3. Suara langsung.
4. Rekaman audio.
5. Media cetak.
6. Pembelajaran terprogram.
7. Papan tulis.
8. Media transparansi.
9. Film rangkai.
10. Film bingkai.
11. Film.
12. Televisi.
13. Gambar.
Perkembangan pendidikan yang sangat pesat, kuat pada perkembangan psikologi berguru dan sistem internasional. Keadaan tersebut, mendorong dan berakibat juga pada kemajuan teknologi pembelajaran dan penambahan gres pada media pembelajaran. Pemikiran-pemikiran dan inovasi gres itu, terjadi antara lain dalam penggunaan multi media dan sentra sumber belajar. Kedua media ini, dianggap sebagai suatu kemajuan besar dan mempunyai peranan yang penting dalam bidang media pembelajaran, yang berfungsi untuk menunjang pelaksanaan sistem intruksional yang lebih efektif.
Jenis media yang termasuk dalam katagori multi media berdasarkan Oemar Hamalik (1994:188) adalah:
a. Gambar
b. Slide
c. Film strip
d. Rekaman
e. Transparan
f. Video tape.
Sedangkan media yang termasuk katagori sentra sumber belajar, berdasarkan Oemar Hamalik (1994:195), ialah suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja disiapkan atau diciptakan dengan maksud memungkinkan atau (memberi kesempatan) siswa belajar. Sumber berguru ialah semua sumber yang sanggup digunakan oleh siswa (sendiri-sendiri atau bahu-membahu dengan siswa lainnya) untuk memudahkan belajar. Pusat sumber ialah suatu tempat sebagai cuilan dari suatu ruangan kamar hingga pada suatu kompleks bangunan yang disiapkan secara khusus dengan maksud penyimpanan dan penggunaan suatu kumpulan sumber-sumber, dalam bentuk tercetak dan tak tercetak. Belajar berdasarkan suatu sumber ialah sistem berguru yang terpusat pada siswa, diindividualisasikan dan sangat berstruktur yang memakai sepenuhnya sumber-sumber yang bermakna, yakni benda dan manusia, dalam rangka membuat situasi berguru yang efektif. Pusat sumber berguru ialah suatu nama alternatif bagi suatu sentra pada sumber. Belajar dilakukan oleh individu. Dalam konteks pendidikan nasional, sentra sumber berguru pada hakekatnya ialah suatu institusi dalam lingkungan forum pendidikan yang berfungsi menyediakan dan melayani banyak sekali media untuk kepentingan proses berguru mengajar”.
Menurut AECT (dalam Ahmad Rohani, 1991:155-156), mengklasifikasikan ihwal sumber berguru media menjadi enam macam, yaitu:
a. Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain yang dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan ialah semua bidang studi/mata kuliah atau materi pengajaran yang diajarkan kepada peserta didik, dan sebagainya.
b. People (orang), yakni insan yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini contohnya guru/dosen, tutor peserta didik dan sebaginya.
c. Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat perangkat keras atau pun oleh dirinya sendiri. Berbagai jadwal media termasuk media materials menyerupai transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku dan sebagainya.
d. Device (alat), yakni (suatu perangkat keras) yang digunakan untuk memberikan pesan yang tersimpan dalam bahan, contohnya OHP, slide, video, tape recorder, dan sebagainya.
e. Technique (teknik), yaitu mekanisme atau contoh yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk memberikan pesan. Misalnya pengajaran terprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
f. Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan non fisik, contohnya suasana berguru itu sendiri, tenang, lelah, ramai dan sebagainya.
Media pembelajaran kalau dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, maka tidak hanya terbatas ada alat-alat audio visual saja yang sanggup dilihat dan sanggup didengar, melainkan hingga pada kondisi pribadi siswa dan tingkah laris guru. Secara lebih lengkap Oemar Hamalik (1994:36-37), mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut:
1. Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials), berupa materi bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah, bulletin, pamphlet dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan aktivitas bacaan dan memakai simbol-simbol kata atau visual.
2. Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri atas:
a) Media pembelajaran tanpa proyeksi, menyerupai papan tulis. Papan tempel, papan flannel, bagan, diagram, grafik, poster, kartun, komik, gambar.
b) Media pembelajaran tiga dimensi, alat-alat yang tergolong kepada kategori ini terdiri model benda asli, contoh, benda tiruan, diaroma, boneka, topeng, ritatun, lembar balik, peta, globe, bazar dan museum sekolah.
c) Media pembelajaran yang memakai teknik atau mesinal, alat-alat yang tergolong dalam kategori ini antara lain, slide, film, setrip, kaset rekaman, radio, televisi, laboratorium elektronik, perkakas oto instruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi dan komputer.
3. Sumber-sumber masyarakat berupa obyek-obyek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan makalah dan sebagainya. Dari banyak sekali bidang mencakup kawasan penduduk, sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintah, kebudayaan, politik dan lain-lain. Untuk mempelajari hal tersebut, diharapkan banyak sekali metode yakni, karya wisata, manusia, sumber, survey, berkemah, pengambilan sosial kerja pengalaman dan lain-lain.
4. Kumpulan benda-benda (materials collection), berupa benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari seperti, potongan kaca, potongan sendok, daun, benih, bibit, materi kimia, dan lain-lain.
5. Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru, mencakup semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru sewaktu mengajar, misalnya, dengan tangan, dengan kaki, gerakan badan, mimik dan lain-lain. Peragaan yang tergolong dalam kategori ini tak mungkin kita sebutkan satu-satu, lantaran sangat banyak macamnya dan sangat tergantung kepada kreasi dan inisiatif pribadi guru sendiri, tetapi pada pokoknya jenis media ini hanya sanggup dilihat, didengarkan, dan ditiru oleh siswa.
C. Fungsi dan Peran Media Pembelajaran
1) Fungsi Media Pembelajaran
Pada dasarnya, media ialah sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses berguru mengajar. Sebagai alat komunikasi, media pembelajaran berdasarkan Oemar Hamalik (1994:54) mempunyai fungsi yang luas di antaranya:
a. Fungsi edukatif media komunikasi, yakni bahwa setiap aktivitas media komunikasi mengandung sifat mendidik lantaran di dalamnya memperlihatkan efek pendidikan.
b. Fungsi sosial media komunikasi, media komunikasi memperlihatkan informasi positif dan pengalaman dalam banyak sekali bidang kehidupan sosial orang.
c. Fungsi hemat media komunikasi, media komunikasi sanggup digunakan secara intensif pada bidang-bidang pedagang dan industri.
d. Fungsi politis media komunikasi, dalam bidang politik media komunikasi sanggup berfungsi terutama politik pembangunan baik material maupun spiritual.
e. Fungsi seni dan budaya media komunikasi, perkembangan ke bidang seni dan budaya sanggup tersebar lewat media komunikasi.
Sedangkan berdasarkan Arif Sadiman, (1993:16-17), media pembelajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan semoga tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau ekspresi belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, menyerupai misalnya:
1) Obyek yang terlalu besar bisa digantikan oleh realita, gambar, film, atau model.
2) Obyek yang kecil dibantu oleh proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar.
3) Gerak yang terlalu lamban atau terlalu cepat, sanggup dibantu dengan timelapse atau hagh speed photograpy.
4) Kejadian atau insiden yang terjadi di masa kemudian bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto atau pun secara verbal.
5) Obyek yang terlalu kompleks (missal mesin-mesin) sanggup disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) sanggup divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.
c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi sanggup diatasi perilaku pasif anak didik, dalam hal ini media pembelajaran mempunyai kegunaan untuk:
1. Menimbulkan kegairahan belajar.
2. Memungkinkan berguru interaksi yang lebih eksklusif antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3. Memungkinkan anak didik berguru sendiri-sendiri berdasarkan kemampuan dan minatnya.
d. Dengan sifatnya yang unik pada tiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri, apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini, sanggup diatasi dengan kemampuan dalam:
1) Memberikan rangsangan yang sama.
2) Mempersamakan pengalaman.
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa fungsi media pembelajaran sangat kuat terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.
2) Peran Media Pembelajaran
Untuk mengetahui peranan media dalam pembelajaran. Kita sanggup menganalisis model sistem pengembangan pembelajaran. Dalam model pengembangan pembelajaran, interaksi guru dan siswa dengan memakai media dan sumber-sumber berguru siswa (media) sanggup digambarkan sebagai berikut.
Pengajaran dilakukan untuk memfasilitasi pembelajaran, melalui penataan informasi dan lingkungan. Proses transmisi informasi dari suatu sumber ke suatu tujuan disebut komunikasi. Karena pembelajaran biasanya bergantung pada perembesan informasi baru, pengajaran yang efektif tidak akan terealisasi kecuali terjadi komunikasi. Oleh lantaran itu kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi sehingga media pengajaran sanggup digunakan secara efektif.
Banyak model visual dan matematis telah dikembangkan untuk menjelaskan proses komunkasi. Model yang disederhanakan mempunyai kegunaan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tahap-tahap penting komunikasi pengajaran. Model tersebut ialah sebagai berikut: suatu pesan (misalnya ciri-ciri fisik gelombang transversal) dipilih oleh sumber informasi (guru atau siswa). Pesan itu dikirim melalui kanal atau medium (misalnya kata-kata yang diucapkan, gambar gelombang di papan tulis, atau materi tercetak). Pesan itu kemudian diterima siswa atau guru, merangsang pikirannya, kemudian ia melaksanakan interpretasi terhadap pesan itu (Gambar 2).
Model di atas berlaku juga dalam situasi ketika siswa sendiri yang menentukan isi pesan. Sebagai contoh, bila siswa pergi ke perpustakaan untuk menentukan materi yang akan dipelajari, pesan itu ada di dalam materi itu, selanjutnya diterima dan diinterpretasikan siswa.
Hal penting dalam proses komunikasi, khususnya komunikasi pengajaran ialah umpan balik, yakni respon peserta terhadap pesan yang dikirim. Setelah mendapatkan dan menginterpretasi pesan itu, peserta itu menjadi sumber dan mengirimkan pesannya sendiri kembali ke sumber aslinya, yang menjadi penerima. Kita umumnya berpikir umpan balik dalam kaitannya dengan evaluasi. Namun tersedia banyak sekali metode lain bagi guru untuk mengetahui bagaimana siswa mendapatkan pelajaran. Pengamatan terhadap ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan jawaban-jawaban diskusi, di samping pekerjaan rumah dan tanggapan tes harian, seluruhnya merupakan bentuk umpan balik. Guru seringkali cenderung menyalahkan siswa apabila pengajarannya kurang berhasil. Padahal duduk masalah sebetulnya mungkin lantaran pengajarannya tidak dirancang dan/atau tidak disampaikan dengan baik.
Pada tahun 1964, Edgar Dale berbagi “kerucut pengalaman”. Kerucut pengalaman itu dimulai dari pebelajar sebagai partisipan dalam pengalaman sesungguhnya, menuju pebelajar sebagai pengamat atas suatu insiden tak eksklusif (melalui beberapa medium), dan jadinya pebelajar itu mengamati simbul-simbul yang mewakili insiden itu (Nur, 2000). Dale menyatakan bahwa pebelajar sanggup mengambil manfaat dari aktivitas yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih ajaib tersebut. Gambar 4-4 memperlihatkan kerucut pengalaman Dale tersebut, disertai rumusan Bruner di sampingnya.
Berdasarkan klarifikasi di atas sangat terang terlihat bahwa media mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Media pembelajaran sanggup mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, menyerupai ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran sanggup mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik mustahil dibawa ke obyek eksklusif yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang sanggup disajikan secara audio visual dan audial.
Selain itu, media pembelajaran sanggup melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang mustahil dialami secara eksklusif di dalam kelas oleh para peserta didik ihwal suatu obyek, yang disebabkan, lantaran : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu sanggup disajikan kepada peserta didik.
Peranan yang lain dari media dalam pembelajaran adalah
a) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi eksklusif antara peserta didik dengan lingkungannya.
b) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
c) Media sanggup menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
d) Media membangkitkan cita-cita dan minat baru.
e) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
f) Media memperlihatkan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit hingga dengan ajaib
D. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam Pemilihan dan Pembuatan Media Pembelajaran
1) Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Arif Sardiman (1993:84) ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain:
b. Tujuan intruksional yang akan dicapai.
c. Karakteristik siswa atau sasaran.
d. Jenis rangsangan berguru yang diinginkan.
e. Keadaan latar belakang atau lingkungan.
f. Kondisi tempat.
g. Luasnya jangkuan yang ingin dicapai.
Sedangkan berdasarkan Oemar Hamalik (1993:6), dalam menentukan dan memakai media pembelajaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu, yakni:
a. Tujuan mengajar.
b. Bahan pelajaran.
c. Metode mengajar.
d. Tersedianya alat yang dibutuhkan.
e. Jalan pelajaran.
f. Penilaian hasil belajar.
g. Pribadi guru.
h. Minat dan kemampuan siswa.
i. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung.
Hal ini sebagaimana ungkapan Ely (Arif Sadiman, 1994:85), bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya, bahwasannya media merupakan komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, tetapi faktor-faktor lain menyerupai karakteristik siswa, seni administrasi berguru mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber serta mekanisme penilaiannya juga perlu dipertimbangkan, media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa usang diharapkan untuk mendapatkannya dan format apa yang memenuhi selera pemakai (missal siswa dan guru).
2) Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Media Pembelajaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran, antara lain:
a) Penataan unsur Visual.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dasar atau media grafis (semua materi ilustratif yang digunakan untuk memberikan pesan) yang digunakan baik untuk untuk media visual yang tidak diproyeksikan maupun diproyeksikan yaitu kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
b) Kesederhanaan
Isi media sebaiknya ringkas, sederhana, dan dibatasi pada hal-hal yang penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, goresan pena jelas, sederhana, dan gampang dibaca.
c) Kesatuan
Maksud kesatuan di sini ialah adanya kekerabatan antara unsur-unsur visual dalam kesatuan fungsional secara keseluruhan. Kesatuan ini sanggup dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling menunjang. Kesatuan sanggup pula ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, menyerupai garis, anak panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
d) Penekanan
Penekanan pada bagian-bagian tertentu diharapkan untuk memusatkan perhatian. Penekanan sanggup ditunjukkan melalui penggunaan ukuran tertentu, warna tertentu, dan sebagainya.
e) Keseimbangan
Ada dua macam keseimbangan, yakni keseimbangan formal (ditunjukkan dengan pembagian secara simetris) dan keseimbangan informal (ditunjukkan dengan pembagian asimetris).
Penerapan prinsip-prinsip di atas sanggup lebih berhasil kalau ditunjang dengan unsur-unsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna.
Garis dalam media visual sanggup menghubungkan unsur-unsur bersama dan akan membimbing siswa untuk mempelajari media dalam urutan tertentu.
Bentuk yang tidak biasa sanggup menjadikan suatu perhatian khusus pada sesuatu yang divisualkan.
Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan mencegah rasa berjejal dalam suatu media.
Tekstur, memberi sentuhan rasa tertentu, sanggup digunakan sebagai pengganti warna, memberi penekanan, pemisahan, atau untuk meningkatkan kesatuan.
Warna merupakan unsur perhiasan yang sangat penting dalam media visual, sanggup memperlihatkan penekanan, pemisahan, atau kesatuan. Akan tetapi pemilihan warna harus digunakan dengan hati-hati untuk memperlihatkan efek terbaik. Penggunaan terlalu banyak warna akan mengganggu pandangan dan sanggup menjadikan salah persepsi pada pesan yang dibawakan.
f) Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)
Apa yang dimaksud dengan komponen pemicu (triger)? Yang dimaksud dengan komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran mencakup judul, tujuan pembelajaran dan appersepsi yang menarik dan menantang.
g) Sulap Judul menjadi Lebih Menarik dan Menantang
Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Tapi, banyak pembuat multimedia pembelajaran yang kurang memperhatikan hal ini. Sering dijumpai, judul dinyatakan dengan kalimat yang kaku. Padahal, judul sanggup dirumuskan dalam kalimat yang lebih menantang dan menarik. Coba bandingkan contoh rumusan judul berikut ini!
· Daripada kita memakai judul “TATA SURYA”, akan lebih menarik kalau kita rubah menjadi “SEPERTI APAKAH KEADAAN DI LUAR ANGKASA?”;
· Daripada kita memakai judul “BIAYA, PENERIMAAN DAN RUGI/LABA”, tentu akan lebih menarik kalau kita sulap menjadi “CARA MUDAH MENGHITUNG RUGI LABA”;atau
· Daripada kita memakai judul “INTEGRAL”, akan lebih menarik kalau diganti dengan “MENGHITUNG LUAS BENTU-BENTUK TIDAK BERATURAN”.
h) Modifikasi Tujuan Pembelajaran
Beberapa kelemahan yang sering saya temui dari multimedia pembelajaran ialah (a) tidak adanya tujuan pembelajaran; dan (b) walaupun ada, tidak dinyatakan dengan redaksi yang jelas, realistis, sanggup diukur dan menantang/menarik perhatian pengguna. Mengapa? Karena pengembang selalu terpaku pada rumusan kompetensi dasar atau indikator yang telah ada dalam kurikulum. Padahal, secara kreatif redaksi kompetensi dasar atau indikator dalam kurikulum sanggup diperhalus dengan kalimat yang tidak hanya lebih jelas, realistis, dan sanggup diukur, tapi juga menarik serta menantang.
Pengguna (user) perlu diberitahu manfaat ayang akan diperoleh dari multimedia pembelajaran. dePorter dkk, mengistilahkannya dengan istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku?). Dengan rumusan tujuan yang jelas, siswa mengetahui manfaat dan arah yang terang ketika memakai media tersebut. Perlu diperhatikan bahwa media pembelajaran juga berkaitan dengan kerangka waktu. Dengan tujuan yang jelas, maka pencapaian tujuan sanggup diubahsuaikan dengan kerangka waktu yang ada dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Demikian pula dengan manfaat dari media pembelajaran harus memperlihatkan peluang bagi pengguna untuk ‘merasakan’ kegunaan lain selain sebagai media pembelajaran pokok. Oleh lantaran itu kalimat-kalimat seruan dan sapaan psikologis yang sanggup memperlihatkan ikatan emosional (engagement) bagi pengguna menjadi perlu, sehingga memunculkan interaktifitas yang tinggi dari multimedia tersebut. Coba bandingkan contoh rumusan tujuan pembelajaran berikut!
“Setelah mempelajari media ini, siswa akan sanggup menjelaskan terjadinya jantung koroner.”
Dengan tidak mengurangi makna inti, rumusan tujuan pembelajaran tersebut sanggup kita sulap sedikit menjadi:
“Dalam waktu 15 menit, Anda (Kamu) akan bisa menjelaskan hal-hal yang sanggup mengakibatkan terjadinya jantung koroner dengan baik.”
i) Berikan Appersepsi yang Kontekstual
Kotentektual mempunyai makna, mengaitkan apa yang telah diketahui atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, lantaran kita mencoba ‘menarik’ mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang dianggap paling ‘akrab’ dengan pengguna. Disinilah diharapkan kalimat atau narasi penghubung dari ‘dua dunia’ yang mungkin berbeda. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka pengguna ‘merasa diajak’ berkomunikasi dengan media kita. Jika perlu gunakan, bahasa yang ‘menantang’ dan sedikit ‘memprovokasi’ dalam artian positif. Mari kita perhatikan contoh appersepsi berikut: “Selamat tiba dalam software pembelajaran fisika. Dalam software pembelajaran ini, kau akan mempelajari ihwal impuls, momentum dst…..”
(Catatan: contoh kalimat atau narasi menyerupai ini biasanya muncul sebagai kalimat pembuka)
Tentunya akan lebih baik kalau dibentuk lebih kontekstual dengan materi yang akan dibahas dalam multimedia tersebut. Perhatikan contoh yang satu ini:
”Anda tentu pernah bermain bola basket. Bagaimana bola basket sanggup memantul dengan sempurna? Begitu pula halnya dengan bola volley atau bola sepak. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Topik ini akan membahas tuntas pertanyaan tersebut. … dst.”
(Catatan: Appersepsi menyerupai ini bisa dalam bentuk teks atau divisualisasikan dalam bentuk narasi (audio), animasi plus narasi, atau bahkan video)
BAB IV SIMPULAN
a. Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses berguru mengajar yang sanggup menunjang efektivitas keberhasilan berguru siswa.
b. Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar proses berguru mengajar.
c. Macam-macam media pembelajaran sanggup dikelompokkan dalam 1) Media audio visual gerak; 2) Media audio visual diam; 3) Media audio semi gerak.; 4) Media visual gerak; 5) Media visual diam; 6) Media visual semi gerak; 7) Media audio; 8) Media cetak.
d. Media dalam pembelajaran mempunyai fungsi dan kiprah yang sangat penting, diantaranya media pembelajaran sanggup mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik; Media pembelajaran sanggup mengatasi perbedaan tersebut; Media pembelajaran sanggup melampaui batasan ruang kelas; Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi eksklusif antara peserta didik dengan lingkungannya; Media menghasilkan keseragaman pengamatan; Media sanggup menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis; Media membangkitkan cita-cita dan minat baru; Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; Media memperlihatkan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit hingga dengan ajaib
e. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain: 1) Tujuan intruksional yang akan dicapai; 2) Karakteristik siswa atau sasaran; 3) Jenis rangsangan berguru yang diinginkan; 4) Keadaan latar belakang atau lingkungan; 5) Kondisi tempat; 6) Luasnya jangkuan yang ingin dicapai.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran, antara lain: 1) Penataan unsur Visual; 2) Kesederhanaan; 3) Kesatuan; 4) Penekanan; 5) Keseimbangan; 6) Optimalkan Komponen Pemicu (Triger), 8) Sulap Judul menjadi Lebih Menarik dan Menantang; 9) Modifikasi Tujuan Pembelajaran; 10) Berikan Appersepsi yang Kontekstual
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Zakiah 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar 1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Adtya Bakti
Mudhofir, 1993 Teknologi Intruksional, Bandung: Remaja Rosda Karya
Podjiastuti, Sri. 2000. Media Pembelajaran. Surabaya: Unipress.
Rohani, Ahmad 1991 Pengelolaan Pelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Sadiman, Arif 1993. Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
0 Komentar untuk "Peranan Media Dalam Pembelajaran"