Sahabat Edukasi yang berbahagia…
Salah satu alasan pemerintah mengusung sabak elektronik (e-Sabak) sebagai alternatif pengganti buku pelajaran yakni efisiensi distribusi buku ke sekolah.
Diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, biaya pengiriman buku baik di wilayah Jawa maupun luar Jawa sangat besar. “(dengan e-Sabak) kita sanggup mengefisienkan (biaya pengiriman) ini,” katanya pada telewicara dengan radio Elshinta, Jumat (9/01/2020).
Salah satu alasan pemerintah mengusung sabak elektronik (e-Sabak) sebagai alternatif pengganti buku pelajaran yakni efisiensi distribusi buku ke sekolah.
Diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, biaya pengiriman buku baik di wilayah Jawa maupun luar Jawa sangat besar. “(dengan e-Sabak) kita sanggup mengefisienkan (biaya pengiriman) ini,” katanya pada telewicara dengan radio Elshinta, Jumat (9/01/2020).
Menteri Anies mengatakan, setiap anak akan menerima satu buah e-Sabak. Di dalamnya terdapat semua bahan yang akan dipelajari.
Namun demikian, kata dia, penggunaan e-Sabak yang berbentuk peranti tablet, akan dilakukan secara bertahap. Pertama, tablet ini gres akan menjadi buku elektronik saja. “Sehingga tablet itu pemanfaatannya masih sebatas sebagai buku atau e-book,” katanya.
Namun demikian, kata dia, penggunaan e-Sabak yang berbentuk peranti tablet, akan dilakukan secara bertahap. Pertama, tablet ini gres akan menjadi buku elektronik saja. “Sehingga tablet itu pemanfaatannya masih sebatas sebagai buku atau e-book,” katanya.
Mendikbud mengatakan, setiap unit sabak yang diterima siswa tidaklah mereka beli. Ada jasa yang memperlihatkan mereka tunjangan penggunaan. "Jadi jikalau ada duduk kasus pun pemberi povider itu yang akan menuntaskan masalahnya," katanya.
Mendikbud mengatakan, dalam fase pertama ini e-Sabak belum tersambung dengan akomodasi internet. Materi yang ada di tablet itu yakni bahan yang dikirimkan atau ditransfer, biasanya kepada sekolah, melalui susukan pribadi kemudian difungsikan di tablet tersebut. “Intinya yakni (e-Sabak) ini menciptakan familiar kita kepada penggunaan teknologi, dan secara sedikit demi sedikit menciptakan kita sanggup berguru memakai teknik-teknik yang lebih interaktif,” katanya.
Mendikbud menyadari hal ini bukan tanpa tantangan. Ia menambahkan, dalam memakai buku elektonik tersebut tidak hanya siswa yang harus belajar. Guru pun harus dilatih. Bahkan di tempat terdepan, terluar dan tertinggal (3T), akomodasi listrik yakni salah satu tantangan utama.
Untuk mendukung langkah ini, Mendikbud mengatakan, pemerintah sedang bekerja keras membangun fasilitas, baik infrastruktur ICT, maupun infrastruktur transportasi di daerah-daerah yang tidak terjangkau. “Meskipun kini listriknya belum memadai, kita masih banyak cara untuk generating electricity itu. Kita percaya ke depan niscaya akan punya akomodasi elektronik yang baik,” katanya. (Aline Rogeleonick)
Sumber artikel : Penggunaan Sabak Elektronik Bentuk Efisiensi Distribusi Buku – http://kemdikbud.go.id
0 Komentar untuk "Penggunaan Sabak Elektronik (E-Sabak) Bentuk Efisiensi Distribusi Buku Pelajaran Sekolah"