MISKIN KOK DIBILANG REZEKI?
Mungkin begitu jawab anda karena protes dengan judul tulisan ini. Tapi kalo kita kembali lagi pada pengertian rezeki sebagai segala sesuatu yang kita rasakan manfaatnya maka hakikatnya kemiskinan itu rezeki jika itu bermanfaat bagi kita.
Coba perhatikan cerita menarik di bawah ini.
Ada seseorang yang selalu merasa minder karena seberapa keras dia bekerja dan berikhtiar pun hidupnya gak berubah. Tetap saja miskin. Kadang dia merasa putus asa karenanya. Dia sering mengadu pada Allah di sela-sela shalat malamnya, diantara Dhuha yang rutin dikerjakannya, diantara zikir-zikir yang terus digumamkannya, soal kondisi hidup yang dialaminya.
Tapi semuanya seolah sia-sia belaka. Hidupnya tetap saja melarat. Saking melaratnya terkadang ia harus puasa jika tak mampu membeli makanan.
Akhirnya dia melapor pada seorang uztaz dan dia berharap dapat jawabannya dari kegelisahannya.
Katanya Allah menyuruh kita ikhtiar, dan dia sudah melakukannya tapi tetap saja dia miskin. Apakah memang dia ditakdirkan miskin?
(baca : rezeki antara takdir dan ikhtiar).
Katanya Allah menyuruh kita tahajud agar melancarkan rezeki?
Menyuruh kita dhuha untuk mempermudah rezeki?
Ikhtiar dan doa telah dilakukannya tapi semua tak membuahkan hasil.
Apa jawab Sang Uztaz?
Apabila kita telah melakukan ikhtiar sesuai kemampuan, sudah memperbaiki ibadah, bahkan bukan hanya yang fardhu kita melengkapinya dengan yang sunnah tapi kok masih belum bisa lepas dari kemiskinan. Ya, gak perlu minder apalagi protes pada Allah. Terima itu sebagai ketentuanNya.
Hidup ini laksana mall. Kita datang dan memilih barang-barang yang kita perlukan ataupun kita sukai, membayar kemudian bawa pulang. Jika kita memilih selembar kain kita harus membayar seharga selembar kain. Begitu juga yang membawa 5 lembar kain harus membayar seharga 5 lembar kain. Kalau kita miskin tak mungkin bisa bawa apa-apa karena tak punya uang untuk membelinya.
Saat lewat dari pintu pembayaran (kasir) tak perlu diperiksa, dibiarkan berlalu begitu saja. Begitu juga kelak di Hari Perhitungan. Orang kaya harus antri untuk menjalani pemeriksaan, dimintai pertanggung jawaban atas harta kekayaan yang dimilikinya dan harus menjawab pertanyaan darimana sumber hartanya, kemana dibelanjakan? Kita yang miskin tak perlu melewati pos pemeriksaan harta dan bisa berlalu.
Bukankah itu rezeki bagi kita?
Jika masih juga belum bisa menerima ketentuanNya cobalah bersabar sejenak karena setelah mati maka kemiskinan pun ikut sirna. Tak ada orang mati membawa harta bersamanya, hanya selembar kain putih tak berjahit yang akan menemaninya melewati hari-hari sepi menunggu hari kebangkitan kembali. Hanya amal yang akan menyelamatkan dari siksa kubur dan vonis neraka nantinya.
Harta banyak rezeki berlimpah pun bukan jaminan kebahagiaan.
Masih belum bisa menerima juga?
Mengapa kok usaha udah,ibadah gak pernah telat tapi rezeki masih juga acakadut. Udah bosan miskin tapi kekayaan makin jauh panggang dari api. Cobalah berpikir positif. Mungkin jika kita kaya belum tentu bisa bertakwa, belum menjamin ibadah bagus. Bisa jadi kekayaan itu menjerumuskan kita ke jurang kesombongan dan kemaksiatan. Yang tadinya amalnya banyak jadi minus karena harus menebus dosa-dosa yang terus diperbuat. Uang itu bukan tujuan, uang itu hanya alat untuk mencapai tujuan. Karena alat maka bisa dimanfaatkan dan bisa disalahgunakan.
(baca : beda uang dan kekayaan).
Masih protes juga?
Coba baca tulisan ini penyebab hidup kita gak berubah.
Masih belum bisa mengerti juga?
Kembangkan pikiran positif itu, barangkali justru kemiskinanlah yang mengantarkan kita menuju surgaNya. Tak banyak harta yang menyibukkan kita, membuat kita lupa atau telat ibadah karena mengurusnya. Tak banyak yang jadi rebutan anak istri saat meninggalkan karena kita tak meninggalkan harta untuk diperebutkan. Kaya bukan ukuran mulia dan miskin belum tentu hina. Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita.
Bisa jadi rezeki yang susah itu justru karena Allah menyayangimu.
Bukankah itu rezeki bagi kita?
Jika masih juga belum bisa menerima ketentuanNya cobalah bersabar sejenak karena setelah mati maka kemiskinan pun ikut sirna. Tak ada orang mati membawa harta bersamanya, hanya selembar kain putih tak berjahit yang akan menemaninya melewati hari-hari sepi menunggu hari kebangkitan kembali. Hanya amal yang akan menyelamatkan dari siksa kubur dan vonis neraka nantinya.
Harta banyak rezeki berlimpah pun bukan jaminan kebahagiaan.
Masih belum bisa menerima juga?
Mengapa kok usaha udah,ibadah gak pernah telat tapi rezeki masih juga acakadut. Udah bosan miskin tapi kekayaan makin jauh panggang dari api. Cobalah berpikir positif. Mungkin jika kita kaya belum tentu bisa bertakwa, belum menjamin ibadah bagus. Bisa jadi kekayaan itu menjerumuskan kita ke jurang kesombongan dan kemaksiatan. Yang tadinya amalnya banyak jadi minus karena harus menebus dosa-dosa yang terus diperbuat. Uang itu bukan tujuan, uang itu hanya alat untuk mencapai tujuan. Karena alat maka bisa dimanfaatkan dan bisa disalahgunakan.
(baca : beda uang dan kekayaan).
Masih protes juga?
Coba baca tulisan ini penyebab hidup kita gak berubah.
Masih belum bisa mengerti juga?
Kembangkan pikiran positif itu, barangkali justru kemiskinanlah yang mengantarkan kita menuju surgaNya. Tak banyak harta yang menyibukkan kita, membuat kita lupa atau telat ibadah karena mengurusnya. Tak banyak yang jadi rebutan anak istri saat meninggalkan karena kita tak meninggalkan harta untuk diperebutkan. Kaya bukan ukuran mulia dan miskin belum tentu hina. Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita.
Bisa jadi rezeki yang susah itu justru karena Allah menyayangimu.
Miskin tak perlu bikin minder karena kaya itu hanya gelaran bagi mereka pinjaman harta. Sejatinya harta benda yang diklaim sebagai miliknya bukankah hanya titipan dari yang Maha Kaya? Allah lah pemilik sebenarnya. Jadi mengapa mesti minder, wong kita sama-sama gak punya apa-apa?
Tetaplah berprasangka baik pada ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala. Allah itu sesuai persangkaan hambaNya.
Singkirkan rasa iri , cemburu dan buanglah tanda tanya tentang kehendak Sang Pembagi Nikmat. Barangkali jatah yang buat kita masih tersimpan di SURGA..
menunggu kita siap menerimanya....
Ingatlah apa sabda Rasulullah.. Bahwa "Sesungguhnya kekayaan itu bukan terletak pada banyaknya harta benda, tapi pada hati dan ketenangan jiwa yang selalu bersyukur"
Teruslah berikhtiar dan tingkatkan ibadah kepada Sang Pembagi Rezeki dan percayalah Dia akan memberi yang terbaik bagi kita pada waktu yang ditetapkanNya dan sesuai dengan caraNya. Yakinlah bahwa Allah tidak memberi kususahan pada seorang hamba, tanpa ada alasannya.
Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Miskin Itu Rezeki"