ARTIKEL KE 704
Dakwah lewat perbuatan
Seringkali kita terjebak dengan dakwah yang dipenuhi dengan dalil dan jargon-jargon. Perintah dan larangan pakemnya udah jelas. Hitam putih itu tegas gak ada abu-abu. Tapi dakwah yang terbaik sesungguhnya bukan hanya dengan dalil dan jargon saja tapi dakwah lewat perbuatan. Orang lain gak akan tahu gimana mualianya Islam kalo pemeluknya bertingkah laku gak islami. Hal ini yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Beliau bukan hanya menebar dakwah lewat dalil saja tapi beliaupun menebar dakwah lewat perbuatan (akhlak).
Berikut ini cerita seorang imam masjid di London yang mempraktekkan dakwah lewat perbuatan. Imam masjid di London ini biasa naik bus untuk berpergian. Karena transportasi di kota ini sangat nyaman dan lancar.
Kadang-kadang ia membayar ongkosnya langsung pada sopir bus (bukan kondektur).
Suatu kali ia membayar ongkos bus, lalu segera duduk setelah menerima kembalian dari sopir.
Setelah dihitung-hitung, ternyata uang kembalian dari sopir ada kelebihan 20 sen. Ada niatan sang imam untuk mengembalikan sisa kembaliannya itu karena memang bukan haknya dan itu tidak jujur.
Namun terlintas pula dalam benaknya untuk tidak usah mengembalikannya, karena toh hanya uang receh yang tak begitu bernilai dan terasa tidak perlu karena uang sekecil itu malah membuat dirinya tampak bodoh .
Umumnya orang juga tak ambil pusing hal begini.
Lagi pula, berapa sen pula yang didapat sang sopir karena sisa pembayaran penumpang yang tidak dikembalikan oleh kebanyakan sopir karena hanya recehan, artinya sopir tidak rugi kalau ia tidak mengembalikan kelebihan 20 sen itu.
(baca juga : keunggulan Denmark sehingga bisa maju)
(baca juga : keunggulan Denmark sehingga bisa maju)
Bus berhenti di halte pemberhentian sang imam.
Tiba-tiba sang imam berhenti sejenak sebelum keluar dari bus, sembari menyerahkan uang 20 sen kepada sopir dan berkata, “Ini uang Anda, kembalian Anda ada kelebihan 20 sen yang bukan hak saya.”
Sang sopir mengambilnya dengan tersenyum dan berkata,
“Bukankah Anda imam baru di kota ini ?"
“Bukankah Anda imam baru di kota ini ?"
"Saya sudah lama berpikir untuk mendatangi masjid Anda"
"Demi mengenal lebih jauh tentang Islam, maka sengaja saya menguji Anda dengan kelebihan uang kembalian tersebut. Saya ingin tahu sikap Anda.”
Saat sang imam turun dari bus, kedua lututnya terasa lemas dan hampir jatuh ke tanah, hingga ia berpegangan pada tiang yang dekat dengannya dan bersandar.
Pandangannya menatap ke langit dan berkata, “Ya Allah, hampir saja saya menjual Islam hanya dengan 20 sen saja.”
Maka berdakwah tak hanya dengan dalil, tapi juga dengan akhlak.Jangan sampai orang-orang tak menghargai Islam karena perilaku kita yang justru tak sejalan dengan apa yang Islam gariskan. Orang yang tadinya tertarik dengan Islam menjadi menjauh karena tindakan kita yang sembarangan. Setiap kita adalah *Sohibul Islam* (pengemban nama baik Islam).
Jangan dikira ketika kita berbuat buruk hanya nama kita yang buruk tapi juga nama Islam yang terasosiasikan dengan kita.
Orang suka menilai dan penilaian itu sangat subjektif.
Islamopobia terjadi karena tingkah laku pemeluknya dan juga blow up dari media. Mari berdakwah dengan perbuatan dan saling mendukung dalam kebaikan, mulai hari ini, besok dan seterusnya di mana pun kita berada.
Wallahu alam..
Orang suka menilai dan penilaian itu sangat subjektif.
Islamopobia terjadi karena tingkah laku pemeluknya dan juga blow up dari media. Mari berdakwah dengan perbuatan dan saling mendukung dalam kebaikan, mulai hari ini, besok dan seterusnya di mana pun kita berada.
Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Berdakwah Tak Hanya Dengan Dalil"