Asuhan Persalinan Normal (Makalah Kebidanan)

Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang higienis dan kondusif selama persalinan dan sehabis bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes, 2004).

Persalinan dan kelahiran normal yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir impulsif dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2000).




Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu menjaga kelangsungan hidup dan menawarkan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui banyak sekali upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin biar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan sanggup terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus memiliki alasan dan bukti ilmiah yang berpengaruh ihwal manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.
Keterampilan yang diajarkan dalam pembinaan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi sanggup terjadi di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau seorang jago obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan sanggup diubahsuaikan dengan kondisi dan kawasan persalinan sepanjang sanggup memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi gres lahir (APN, 2007).

Berikut langkah langkah Asuhan Persalinan Normal
1)    Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, investigasi tanda-tanda :
a.    Ibu memiliki harapan untuk meneran
b.    Ibu mencicipi tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.
c.     Perineum menonjol
d.    Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2)    Memastikan perlengkapan peralatan, materi dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi gres lahir. Untuk resusitasi kawasan datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain higienis dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a.    Menggelar kain diatas perut ibu. Dan kawasan resusitasi serta ganjal pundak bayi.
b.    Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3)    Pakai celemek plastik yang bersih.
4)    Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air higienis yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
5)    Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk investigasi dalam.
6)    Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang menggunakan sarung tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril
7)    Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a.    Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkotori tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b.    Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c.     Ganti sarung tangan jikalau terkotori (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % langkah 9.
8)    Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9)    Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan sehabis sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin sehabis kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12) Meminta sumbangan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada dikala adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran dikala ibu memiliki dorongan yang berpengaruh untuk meneran.
14) Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jikalau ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk higienis diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16) Meletakan kain yang higienis di lipat 1/3 bab di bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan dikala kepala lahir.
20) Memeriksa lilitan tali sentra dan mengambil tindakan yang sesuai jikalau terjadi lilitan tali pusat.
a.    Jika tali sentra melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bab atas kepala bayi.
b.    Jika tali sentra melilit leher secara kuat, klem tali sentra didua kawasan dan potong diantara kedua klem tersebut.
21) menunggu hingga kepala bayi melaksanakan putaran peksi luar secara spontan. Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melaksanakan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran dikala kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga pundak anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan pundak posterior. Lahirnya tubuh dan tungkai
23) Setelah kedua pundak di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bab bawah ke arah perineum, membiarkan pundak dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi dikala melewati perineum, gunakan tangan bab bawah dikala menyangga tubuh bayi dikala dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior dikala bayi keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga dikala punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali sentra terlalu pendek, meletakan bayi di kawasan yang memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bab tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk berair dengan handuk/ kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin biar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit sehabis bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (intra muskuler) 1/3 paha atas bab distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali sentra dengan klem kira-kira 3 cm dari sentra bayi. Melakukan urutan pada tali sentra mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a.    Dengan satu tangan, pegang tali sentra yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali sentra diantara dua klem tersebut.
b.    Ikat tali sentra dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c.    Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
32) Letakkan bayi biar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu.
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali sentra sekitar 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, sempurna diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melaksanakan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali sentra dan klem dengan tangan yang lain.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali sentra ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir sehabis 30-40 detik, hentikan penegangan tali sentra dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi mekanisme diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melaksanakan stimulasi puting susu.
37) Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali sentra dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a.     Jika tali sentra bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b.     Jika plasenta tidak lepas sehabis 15 menit menegangkan tali pusat:
a)    Beri takaran ulangan oksitosin 10 unit IM
b)    Lakukan kateterisasi (aseptik) jikalau kandung kemih penuh.
c)    Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d)    Ulangi penegangna tali sentra 15 menit berikutnya.
e)    Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sehabis bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melaksanakan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bab selaput yang tertinggal.
39) Segera sehabis plasenta dan selaput ketuban lahir, melaksanakan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melaksanakan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (Fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua sisi placenta baik bab ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau kawasan khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43) Biarkan bayi tetap melaksanakan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a.     Sebagian besar bayi akan berhasil melaksanakan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 – 15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b.     Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44) Setelah 1 jam, lakukan investigasi fisik bayi gres lahir, beri antibiotika salep mata
45) Setelah 1 jam pemberian vit. K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu biar sewaktu-waktu sanggup disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan hingga bayi berhasil menyusu.
46) Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a)    2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b)    Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
c)    Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua paska persalinan
d)    Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
47) Ajarkan ibu/keluarga cara melaksanakan masase uterus dan menilai kontraksi.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
a)    Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
b)    Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
a)    Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
b)    Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
51) Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas peralatan sehabis didekontaminasi.
52) Buang materi – materi yang terkotori ke dalam kawasan sampah yang sesuai.
53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk menggunakan pakaian yang higienis dan kering.
54) Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu menawarkan ASI, menganjurkan keluarga untuk menawarkan ibu minuman dan masakan yang diinginkan.
55) Dekontaminasi kawasan bersalin dengan klorin 0,5% .
56) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bab sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV). ( APN 2008)





= Baca Juga =



Related : Asuhan Persalinan Normal (Makalah Kebidanan)

0 Komentar untuk "Asuhan Persalinan Normal (Makalah Kebidanan)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)