Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Cerpen Beras Aking


Cerpen” Beras Aking” Karya: Ayu Pangestu

INI pilihanku ! Aku harus menjalankan perjuangan beras aking ini!” tekadku tegas dalam hati
Ya , saya tak mungkin menutup usahaku ini , yang sudah berjalan hampir satu tahun. Usaha yang tidak membawa laba banyak , tapi ada pujian di hati. Itu lantaran pengkonsumsi beras akingku ialah masyarakat miskin yang tidak bisa lagi membeli beras yang harganya sudah menggila , sementara cacing di perut terus menuntut atas kelaparannya. Dan usahaku ini ialah solusi untuk mereka dan cacing itu.Ya, makan nasi aking ialah sebuah pilihan rakyat miskin untuk tetap hidup.
Aku tahu abah tidak suka dengan usahaku ini. Permasalahannya lantaran laba yang saya peroleh kurang dari cukup. Untuk bisa membahagiakan bapak dan ibu saja tidak bisa. Padahal mereka ingin jikalau aku, kelak nanti bisa membiayai mereka pergi haji.
“Bapak menyekolahkan kau jauh-jauh, mahal, dengan perjuangan mati-matian, hingga ngutang, supaya kau bisa sanggup kerja yang mapan,” ujar bapak ketika saya gres saja lulus dan gres satu bulan menjalankan usahaku.
Aku membisu ketika itu. Jujur, saya galau bagaimana menjawabnya. Bapak yang hanya seorang petani garapan dan peternak, selama ini membiayaiku dengan upah hasil menggarap sawah orang dan menjual hasil ternak kambingnya yang jumlahnya mencapai tiga belasan. Kini di sangkar tinggal seekor sapi dan tiga kambing yang masih tersisa. Biayaku kuliah di Jakarta memang berat, walaupun saya kuliah dikampus negeri, tetap saja berat. Titelku yang sebagai sarjana komonikasi pun tidak ada gunanya ketika ini.
Demi mengisi hari-hariku di kampung, saya beranikan diri untuk membuka perjuangan beras aking, dari odal tabunganku semasa kuliah, hasil membantu Jhon sobat kuliahku yang membuka perjuangan warung “Pecel Lele.” Jhon ialah satu dari beberapa mahasiswa yang kuliah sambil berwiraswasta. saya kagum dengan dirinya. Dan sesungguhnya niatku membuka perjuangan beras akingku ini selain melihat kondisi rakyat miskin yang kelaparan, juga lantaran Jhon yang memotivasiku dalam berwiraswasta.
Aku mulai memburu nasi aking mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha. Mobil pick-up milik abah peninggalan dari kakek, saya gunakan untuk melancarkan usahaku. Targetku ialah pedagang masakan yang biasa mangkal di Pasar Rawu, Pasar Lama, Pasar Ciruas, beberapa kantin di kampus –kampus Serang, warung makan, dan ruma makan Padang. Aku bayar meraka tiga ratus rupiah untuk satu ember nasi aking yang saya dapatkan.
Senja saya pulang, dan segera merendam nasi aking itu dalam ember besar, emak sudah menyiapkan sebelum saya datang. Esok paginya, barunasi aking di pisahkan dari lauk-pauknya saperti sambal, sayuran, tempe-tahu, dan tulang-tulang. Setelah bersih, gres ditiriskan dan dijemur, digelar tipis-tipis dinyiru yang diletakkan di para-para bambu rendah.
Aroma busuk masi bau. Setelah nasi aking kering kerontang, dan berwarna kecoklatan, lalat gres beterbangan.
Usahaku berjalan cukup lancar, nasi aking didistribusikan ke kampung-kampung, atau beberapa pasar tradisiponal di Karawang, Banten, Solo, dan Jakarta. Kini, semenjak Jakarta dilanda banjir, orang Jakarta mulai memakan beras aking, hidup mereka berbenturan dengan harga sembako yang makin menggila. Untuk pendistribusian, saya ajak dua cowok masjid di kampung (Girun dan Sholeh) yang selama ini bekerja serabutan dan banyak menganggur. Ibu dan dua adik kembarku Asih dan Esih yang masih duduk dibangku kelas 2 SMU, ikut serta membantu usahaku.
Aku menjual harga beras akingku berbeda-beda. Untuk beras yang butirannya masih utuh saya jual Rp.1.500 per liter. Butiran yang masih terbelah lima puluh persen saya hargai Rp.1.100 perliter, dan untuk yang banyak belahannya saya hargai Rp. 800 perliter.
“Yu, bapak kasihan sama kamu. Hasil perjuangan kau nggak banyakkan?”
“Memang, Pak. Saya naroh di biro Rp.1.200, dijual Rp.1.500. Bayar nasi aking dua ratus lima puluh rupiah. Ongkos transport, tiga ratus lima puluh rupiah. Bayar asisten, tiga ratus rupiah, belum ongkos cuci, dan lain-lain dua ratus lima puluh rupiah. Ya.. untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya nolong, Pak.”
“Baik sih niat kamu, tapi ya mau hingga kapan terus-terusan perjuangan beras aking. Itu tidak mencukupi apa-apa. Kelak kau kan juga harus menabung untuk masa depanmuu.”
“Ya bersabarlah pak, mudah-mudahan ada jalan terangnya. Masalah rezeki, Wahyu tidak pernah takut, yang penting ikhtiar dan do’a sudah maksimal.”
Bapak lebih menentukan membisu untuk menanggapi ucapanku.
“Ya, nanti jikalau usahanya mentok, Wahyu coba ngelamar kerjalah, Pak.” Ucapku untuk menenangkan hati bapak sementara.
Pagi ini, untuk pertama kalinya kau mencicipi beras aking. Ibu yang memasaknya.
“Mudah kok Yu masaknya. Nasi cukup direndam hingga mekar. Ditiriskan, terus dikukus.”
Ya memang mudah, nasi itu lezat dimakan ketika masih hangat di tambah lagi dengan sambal dan ikan sain layur.
Setelah makan, saya pamit kepada ayah dan emak untuk ke Jakarta. Hari ini saya mau melaksanakan penagihan utangku kepada, Engko Chan yang selama ini menjual beras aking ku di toko sembakonya. Engko Chan ialah satu-satunya biro yang paling sering berhutang, sementara jikalau yang lain, biasanya pembayaran eksklusif dilakukan di muka ketika beras-beras aking ku diantar. Hari ini saya perintahkan Girun untuk memburu nasi aking.
Tapi, sesuatu terjadi diluar dugaanku. Belum sempat saya hingga ke toko Engko Chan, peristiwa alam menimpa ku. Mobil butut renta milik abahku raib ketika hampir sebentar saya ke toilet umum di sebuah pasar. Saat itu mobilku parkir. Mungkin lantaran ramainya pasar, dan orang tidak ada yang ngeh, jadi kendaraan beroda empat itu hilang dengan mudahnya.
Bingung menyergap. Entahlah abah akan senang lantaran kendaraan beroda empat bututnya hilang dan saya mencari kawasan kerja ditempat lain, atau abah murka lantaran mobilnya hilang? “Tapi jikalau bukan aku, bagaimana nasib orang miskin disana, siapa yang menjamin mereka besok bisa makan? Girun dan Soleh.” Gumam batinku gundah.

UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERPEN BERAS AKING


Pengertian Cerpen
Cerpen (cerita pendek) ialah salah satu jenis karya sastra yang dijelaskan dalam bentuk goresan pena dan berwujud kisah atau kisah secara singkat, ringkas dan jelas. Cerpen yang biasa disebut juga dengan prosa fiksi, mempunyai isi pengisahan yang hanya terfokus pada satu permasalahan atau konflik. Singkatnya, alur kisah pendek hanya berpusat pada satu konflik.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Unsur intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Berikut penjelasannya:

a. Tema
Tema ialah ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen itu sendiri. Tema inilah yang akan menentukan konflik dan menjadi ilham dasar pengembangan dari seluruh isi kisah pendek. Tema mempunyai sifat umum dan general. Seperti contoh; Pendidikan, romansa, persahabatan dan lain-lain.

b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan ialah dua hal yang berbeda dalam penulisan cerpen. Tokoh merupakan pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam kisah tersebut. Sedangkan penokohan ialah penentuan tabiat atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita.
Ada 3 jenis tokoh yang ditampilkan di dalam cerpen, diantaranya:
Antagonis: Tokoh yang biasanya berperan sebagai tokoh jahat. Tokoh ini akan terlibat konflik  dengan sang tokoh utama di dalam cerita. Tokoh antagonis mempunyai tabiat yang negatif seperti: sombong, angkuh, jahat dan lain-lain.
Protagonis: Tokoh ini ialah tokoh yang membintangi cerpen tersebut (tokoh utama) tokoh ini biasanya berprilaku baik.
Tritagonis: Tokoh ini merupakan tokoh pembantu protagonis dan yang nantinya akan menjadi penengah konflik antara antagonis dan protagonis. Tokoh ini biasanya mempunyai sifat penolong dan bijaksana.
Penokohan tabiat dari 3 tokoh diatas akan disampaikan oleh penulis dengan 2 cara diantaranya:
Analitik, yaitu proses penyampaian tabiat tokoh dengan cara disampaikan eksklusif oleh penulis.
Dramatik, yaitu penokohan yang tersirat. Biasanya disampaikan melalui tingkah laris si tokoh dalam cerita.

c. Alur (Plot)
Alur ialah urutan jalan kisah dalam cerpen yang di sampaikan oleh penulis. Dalam memberikan cerita, ada tahapan-tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis. Diataranya:
Tahap perkenalan.
Tahap penanjakan.
Tahap klimaks.
Anti klimaks
Tahap penyelesaian.
Tahap-tahap alur tersebut harus ada dalam sebuah cerita. Tujuannya ialah biar kisah itu tak membingungkan sang pembaca. Ada 2 jenis alur yang biasanya dipakai oleh para penulis, yaitu:
Alur maju: Alur ini menceritakan jalan kisah yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi kemudian memunculkan problem hingga puncak problem dan terakhir penyelesaian masalah. Kaprikornus intinya, pada alur maju ditemukan jalan kisah yang urut seseuai dengan tahapan-tahapannya.
Alur mundur: Di alur ini, penulis menceritakan jalan kisah secara tidak urut. Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, kemudian kemudian menengok kembali kejadian yang menjadi alasannya konflik itu terjadi.

d. Latar
Latar mengacu pada suasana, waktu dan kawasan terjadinya kisah tersebut. Latar akan memperlihatkan kesan nyata pada suatu kisah pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar waktu, kawasan dan suasana.

e. Sudut Pandang
Sudut pandang ialah taktik yang dipakai oleh pengarang cerpen untuk memberikan ceritanya. Entah itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan ada beberapa penulis yang memakai sudut pandang orang yang berada di luar cerita.

f. Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah ciri khas sang penulis dalam memberikan tulisanya kepada publik. Entah itu penggunaan diksinya, majas dan pemilihan kalimat yang sempurna di dalam cerpennya.

g. Amanat
Amanat (Moral value) ialah pesan moral yang bisa kita ambil dari kisah tersebut. Di dalam sebuah cerpen, moral biasanya tidak disebutkan secara tertulis melainkan tersirat dan akan bergantung pada pemahaman pembaca akan kisah tersebut.

Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik ialah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak eksklusif unsur ini menghipnotis proses pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain:
Latar belakang penciptaan: Latar belakang ini berkaitan dengan tujuan karya sastra cerpen itu dibuat.
Latar belakang sejarah pengarang: Unsur ini berkaitan dengan kondisi sosial sang penulis.
Kondisi masyarakat: Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi masyarakat ketika cerpen atau karya sastra itu dibuat.
Unsur psikologis: Unsur ini berkaitan dengan psikologis sang penulis.


Analisis Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Cerpen Beras Aking




Analisis Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Cerpen Beras Aking

A.     Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Beras Aking
1   Tema Cerpen Beras Aking
Tema yang dipakai dalam Cerpen Beras Aking ialah Sosial dan Pendidikan .

Kalimat yang membuktikan tema social :
“…..pengkonsumisi beras akingku ialah masyarakat miskin yang tidak bisa lagi membeli beras yang harganya sudah menggila,sementara cacing-cacing diperut terus menuntut atas kelaparannya.”

Kalimat yang menjukan tema pendidikan :
“Bapak yang hanya seorang petani garapan dan peternak , selama ini membiayaiku hanya dengan upahhasil menggarap sawah orang dan menjual ternak ternak kambingnya yang jumlahnya mencapai belasan.”
2   Alur (plot) Cerpen Beras Aking
Alur/ Plot yang terdapat pada cerita Beras aking menggunakan alur Maju, lantaran kisah ini memang menceritakan kehidupan yang terjadi.

Terdapat potongan kalimat yang memperlihatkan bahwa kisah ini memakai alur maju ialah kata “esok paginya “, yaitu terdapat pada kalimat:”Esok paginya,baru nasi-nasi aking dipisahkan dari lauk-pauknya…..”
Pada kalimat diatas terdapat kata “esok paginya “ , kata tersebut memperlihatkan waktu yang akan terjadi besok.

3   Penokohan (perwatakan, karakterisasi) Cerpen Beras Aking
Tokoh utama : Wahyu
Alasan : Karena tokoh “ Wahyu “ yang menceritakan/ menggambarkan kisah perihal kehidupan orang – orang desanya . Tokoh “ Wahyu “ juga sering muncul didalam kisah tersebut.

Penokohan :
1) Wahyu
·         Perdulli
·         Suka menolong
Terdapat pada kalimat :“Ya.. Untungnya dua ratus lah, itu dari perliternya. Tapi niat saya nolong pak.”
·         Tegas
Terdapat pada kalimat :“Ini pilihanku! Aku harus tetap menjalankan perjuangan beras aking ini!”
·         Pekerja keras
Terdapat pada kalimat: “Demi mengigi hari hariku di kampung saya beranikan diri untuk membuka perjuangan beras aking, dengan modal dari tabunganku semasa kuliah.”
·         Sabar dan Pesimis
Terdapat pada kalimat:”ya bersabarlah pak ,mudah-mudahan ada jalan terangnya.masalah rejeki wahyu tidak pernah takut ,yang penting kihtiar dan doa sudah maksimal.”

2) Abah
·         Pekerja keras
Terpadat pada kalimat :”Bapak menyekolahkan kau jauh-jauh , mahal , dengan perjuangan mati-matian,sampai ngutang-ngutang supaya kau bisa sanggup kerja yang mapan,”ujar bapak ketika saya gres lulus dan gres satu bulan menjalankan usahaku.
3)  Emak
·         Suka menolong
Terdapat pada kalimat :”……pertama kali saya mencicipi beras aking.Ibu yang memasaknya.”Mudah kaok yu masaknya. Nasi cukup direndam hingga mekar.Ditiriskan terus dikukus”

4) Engko Chan
·         Suka berhutang
Terdapat pada kalimat :”Engko Chan ialah satu-satunya biro yang sering berhutang.”

5) John
·         Suka membantu
Terdapat pada kalimat : “….modal tabunganku semasa kuliah,hasil membantu John, sobat kuliahku yang membuka perjuangan warung “pecel lele”.”

4 Latar (setting) Cerpen Beras Aking
a.  Latar cerita
Setting/ Latar kisah ialah kawasan atau waktu terjadinya cerita.
Setting/ Latar dibagi menjadi 3:
1.   Setting Waktu
·         Pagi
Tedapat pada kalimat :
”Aku mulai memburu nasi-nasi aking mulai pukul tujuh pagi selepas duha.”
“Pagi ini, untuk pertama kalinya saya mencicipi nasi aking.”
·         Senja
Terdapat pada kalimat :
“Senja saya pulang,dan segera merendam nasi-nasi aking itu dalam ember besar,emak sudah menyiapkannya sebelum saya datang.”
2.   Setting Tempat
·         Rumah Wahyu
Terdapat pada kalimat :
“Pagi ini, untuk pertama kalinya saya mencicipi nasi aking.Ibu yang memasaknya.”
·         Pasar
Terdapat pada kalimat :
“Mobil butut ,tua ,milik abahku raib ketika mampir sebentar ke toilet umum disebuah pasar.”

3.   Setting Suasana
·         Hening
Terdapat pada kalimat :
“Aku membisu ketika itu.Jujur saya galau bagaimana menjawabnya….”
·         Bingung
Terdapat pada kalimat:
“Bingung menyergap.Entahlah apakah abah akan senang lantaran kendaraan beroda empat butunya hilang dan saya mencari kerja di kawasan lain,atau abah murka lantaran mobilnya hilang.”

b.  Latar Suasana
Setting / latar sosial ialah lukisan status yang membuktikan hakikat seorang atau beberapa orang tokoh di dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya .
Terdapat pada kalimat :
“pengkonsumsi beras akingku ialah masyarakat miskin yang tidak bisa lagi membeli beras yang harganya sudah menggila , sementara cacing di perut terus menuntut atas kelaparannya. Dan usahaku ini ialah solusi untuk mereka dan cacing itu.Ya, makan nasi aking ialah sebuah pilihan rakyat miskin untuk tetap hidup.

5   Sudut pandang Cerpen Beras Aking
Cerpen ini mempunyai sudut pandang bahwa “orang pertama pelaku utama”

6    Amanat Cerpen Beras Aking
Amanat yang terkandung dalam cerpen Beras Aking adalah :
1) Keterbatasan ekonomi tidaklah menjadi penghambat seseorang untuk menjadi sarjana
2) Kita harus berpikir panjang sebelum mengambil keputusan biar tidak menyesal di kemudian hari.
3) Kita harus mendengarkan nasehat orang renta biar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan

7 Gaya Bahasa Cerpen Beras Aking
Penggunaan bahasa yang dipakai oleh pengarang dalam cerita Beras Aking menggunakan bahasa Komunikatif sehingga gampang dipahami oleh pembaca. Pembaca bisa menangkap isi dan maksud yang ditulis oleh pengarang lantaran bahasanya tidak sulit, sehingga pembaca tidak perlu mencari arti kalimat tersebut.

B     Analisis Unsur Ekstrinsik Cerpen Beras Aking
Cerpen beras aking ditulis oleh Ayu Pangestu. Dalam  cerpen ini terkandung nilai-nilai  yang disisipkan  oleh  pengarang.  Nilai-nilai itu antara lain :
a) Nilai Sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan norma –norma dalam kehidupan masyarakat( misalnya, saling memberi, menolong, dan empati )
Terdapat pada kalimat :
“Pengkonsumsi beras akingku ialah masyarakat miskin yang tidak bisa lagi membeli beras yang harganya sudah menggila”
“Usahaku ini ialah solusi untuk mereka dan cacing-cacing itu.Ya , makan nasi aking ialah sebuah pilihan rakyat-rakyat miskin untuk tetap hidup.”
“Ya… untungnya dua ratus lah,itu dari perliternya.Tapi niat saya nolong, Pak.”

b) Nilai Agama, yaitu nilai-nilai dalam kisah yang berkaitan dengan hukum atau fatwa yang bersumber dari agama tertentu.
Terdapat pada kalimat:
“…kelak nanti bisa membiayai mereka pergi haji”
“….mulai pukul tujuh pagi selepas Dhuha”
“…wahyu tidak pernah takut,yang penting ikhtiar dan doa sudah maksimal



= Baca Juga =



Related : Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Cerpen Beras Aking

0 Komentar untuk "Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Cerpen Beras Aking"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)