09/10/2020
Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga
Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga merupakan semboyan yang nantinya akan dipahat di Tepas Salapan Lawang. Tepas Salapan Lawang, menjadi salah satu gerbang pintu masuk ke Kota Bogor yang sarat dengan nilai dan makna. Tepas lawang Salapan, yang akan diresmikan pada awal Desember 2020 ini, menjadi penguat identitas budaya Kota Bogor menjadi embel-embel Gerbang Akulturasi Lawang Suryakancana
Demikian dijelaskan Wali Kota Bogor Bima Arya dikala menjadi nara sumber dalam program Talk Show dan Napak Tilas "Museum Zoologi Bogoriense (MZB), Sebagai Warisan Budaya dan Ilmu Pengetahuan Hayati". di Gedung Konservasi PKT Kebun Raya LIPI, Jl.Ir.H. Juanda No.3 Kota Bogor, Selasa (8/11/2020). Turut hadir sebagai pembicara Kang Eman Sulaeman dan S.Somadikarta.
Dihadapan penerima talk show Bima meceritakan pengalaman dan perubahan yang dialami Kota Bogor. Bima mengatakan, semboyan yang kini tengah dipahat di Tepas Salapan Lawang itu mempunyai makna yang luar biasa. Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga.
“Apa yang kita nikmati dikala ini merupakan jerih payah para pendahulu dan apa yang kita kerjakan hari ini akan dinikmati anak cucu kita kelak. Kaprikornus ada yang mengalir dari masa ke masa, dari waktu ke waktu yang menciptakan kota ini menjadi lebih nyaman. Dan bila hal itu terputus akan bahaya,” terang Bima.
Menurut Bima selama ini pemkot Bogor senantiasa berikhtiar semoga Kota Bogor tetap on the track. Sejarah itu tidak terputus, pujian itu tidak berhenti dan memori itu coba dihadirkan kembali dalam bentuk kekinian. Menanggapi reaksi warga wacana Kota Bogor mau dibawa kemana, Bima menjelaskan prinsip pemkot Bogor yakni Preserving The Heritage, Serving The People, Facing The Future.
”Menjaga nilai masa lalu, mengantisipasi dan menjemput masa depan untuk melayani warga. Dinamisme waktu harus diimbangi dengan perubahan kearah yang lebih baik. Dalam istilah sederhana Bogor itu Heritage City (Kota Pusaka), Green City (Kota Hijau) dan Smart City (Kota Cerdas). Ini yang membedakan Kota Bogor,” beber Bima.
Dalam kesempatan itu, Bima mengakui permasalahan sistem transportasi dan ketersediaan lahan parkir menjadi PR dikala ini. Bima menuturkan, ketegasan dan disiplin dalam melakukan tata ruang merupakan hal utama menuju Kota Bogor sebagai Heritage City dan Green City.
Selain Bima hadir pula sebagai nara sumber Budayawan Eman Soelaeman yang menceritakan sejarah Bogor secara umum dan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Kepala Museum Zoologi Bogor (MZB) periode 1962-1965 dan 1968-1970 S.Somadikarta memberikan MZB memang bukan museum tertua yang mempunyai koleksi hayati tetapi yang terbaik di daerah Asia Tenggara. ”Museum itu mempunyai fungsi sebagai penyaji kebenaran, pemupuk kejujuran, membuatkan keadilan dan penyumbang peradaban manusia,” pungkas Somadikarta yang juga menjabat sebagai Guru Besar Emertus UI.(rabas/indra/ismet-eto)
0 Komentar untuk "(Bogor) Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga"