Model Pencapaian Konsep

Model pembelajaran Pencapaian Konsep
A. Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Model pembelajaran Pencapaian Konsep ini berangkat dari studi mengenai proses berfikir yang dilakukan Bruner, Goodnow, dan Austin (dalam Suherman dan Winataputra, 1992) yang menyatakan bahwa model ini dirancang untuk membantu mempelajari konsep-konsep yang sanggup digunakan untuk mengorganisasikan informasi sehingga sanggup memberi akomodasi bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan cara efektif, menganalisis, serta berbagi konsep.


Model Pencapaian Konsep ini juga merupakan model yang efisien untuk menyajikan informasi yang terorganisasikan dalam banyak sekali bidang studi, salah satu keunggulan dari model pencapaian konsep ini yakni meningkatkan kemampuan untuk mencar ilmu dengan cara yang lebih gampang dan lebih efektif.

Eggen dan Kauchak (2012: 218) menyatakan model pencapaian konsep yakni model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua usia berbagi dan menguatkan pemahaman mereka wacana konsep dan mempraktikkan kemampuan berpikir kritis. Pada model pembelajaran ini, siswa tidak disediakan rumusan suatu kosep, tetapi mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang mempunyai penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu. Pada pembelajaran peraihan konsep ini, guru memperlihatkan pola dan noncontoh dari suatu konsep yang dibayangkan. Sementara siswa menciptakan hipotesis wacana apa kemungkinan konsepnya, menganalisis hipotesis-hipotesis mereka dengan melihat pola dan noncontoh, yang pada alhasil hingga pada konsep yang dimaksud.

Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang memakai model pembelajaran pencapaian konsep yaitu 1) menentukan tingkat pencapaian konsep, dan 2) analisis konsep.

1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang mencar ilmu konsep pada tingkat faktual rendah atau tingkat identitas, ada pula siswa yang bisa mencapai konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat formal.

2. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu mekanisme yang dikembangkan untuk membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian konsep. Untuk melaksanakan analisis konsep guru hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain:
(1) nama konsep,
(2) attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari konsep,
(3) definisi konsep,
(4) contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
(5) korelasi konsep dengan konsep-konsep lain.

Model pembelajaran Pencapaian Konsep dengan Example non Example


B. Sintaks atau Langkah-langkah Penerapan Model Pencapaian Konsep

1) Tahap-tahap pelaksanaan (Syntax)

Fase Kesatu: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Pada tahap ini guru memperlihatkan contoh-contoh dalam bentuk penerapan konsep. Hal ini dilakukan memunculkan duduk kasus dan pemecahaannnya. Dalam kegiatan ini siswa harus dilibatkan secara aktif kalau memungkinkan dalam derma contoh, dari konsep yang diajarkan. Ini diharapkan semoga para siswa sanggup menjelaskan pola dari konsep yang sedang mereka pelajari.

Setelah pola duduk kasus dan pemecahannya dirasa sudah cukup, para siswa disuruh kembali mengamati contoh-contoh itu untuk membandingkan, serta menentukan ciri-ciri dan diminta menentukan atau menurunkan definisi konsep.

Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain
1. Guru mempresentasikan contoh-contoh yang sudah diberi nama (berlabel),
2. Guru meminta tafsiran siswa
3. Guru meminta siswa untuk mendefinisikan

Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain
1. Siswa membandingkan contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif,
2. Siswa mengajukan hasil tafsirannya,
3. Siswa membangkitkan dan menguji hipothesis,
4. Siswa menyatakan suatu definisi berdasarkan atribut essensinya


Fase Kedua: Pengujian Pencapaian konsep
Pada tahap ini siswa disuruh mencari pola yang berupa duduk kasus lain yang bisa diselesaikan dengan konsep, berdasarkan yang sudah diidentifikasi. Contoh-contoh yang dikemukakan oleh para siswa selanjutnya diinformasikan dengan definisi yang telah diidentifikasi pada tahap satu.

Apabila pada tahap ini siswa belum bisa memperlihatkan pola yang tepat, maka guru perlu mengarahkan siswa untuk sanggup mencari atau menentukan pola yang tepat. Pedornan utama bagi siswa dalam mengidentifikasi pola ini ciri-ciri atau definisi yang sudah mereka rumuskan.

Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain
1. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh suplemen yang tidak bernama,
2. Guru menkonfirmasikan hipothesis, nama-nama konsep, dan menyatakan kembali definisi berdasarkan atribut essensinya,
3. Guru meminta contoh-contoh lain

Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain
1. Siswa memberi contoh-contoh,
2. Siswa memberi nama konsep,
3. Siswa mencari pola lainnya


Fase ketiga: Analisis Strategi Berfikir

Pada tahap ini guru memperlihatkan duduk kasus gres dan menyuruh siswa menyelesaikannya dengan menerapkan konsep. Disini guru mencoba melepas para siswa bekerja sendiri, untuk menerapkan pengetahuan wacana konsep.

Pada simpulan ini siswa diwajibkan mengemukakan hasil yang dikerjakan. Disini guru bantu-membantu siswa menganalisis seni administrasi berfikir yang telah digunakan para siswa dalam menerapkan konsep untuk memecahkan masalah.

Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain
1. Guru bertanya mengapa dan bagaimana
2. Guru membimbing diskusi

Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain
1. Siswa menguraikan pemikirannya,
2. Siswa mendiskusikan kiprah hipothesis dan atributnya,
3. Siswa mendiskusikan banyak sekali pemikirannya


C. Dampak Pembelajaran Pencapaian Konsep
Hakekat penggunaan suatu model pembelajaran yakni untuk menunjang pencapaian hasil pembelajaran secara optimal, baik hasil pembelajaran yang berupa tujuan utama pembelajaran maupun hasil pembelajaran yang berupa tujuan pengiring. Joice & Weils (2000) menamakan tujuan utama pebelajaran sebagai dampak instruksional (instructional effect) model dan tujuan pendamping sebagai dampak pengiring (nurturant effect) model.

Penggunaan model Pembelajaran Pencapaian Konsep juga diharapkan akan mengoptimalkan dampak instruksional dan dampak pengiring. Adapun dampak-dampak instruksional dan dampak-dampak pengiring Model PMKM yakni sebagai berikut.

a. Dampak Instruksional
1) Penguasaan Bahan Ajar
Ciri khas yang membedakan model pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan metakognitif dengan model pembelajaran yang sering dipergunakan oleh guru selama ini yakni adanya pengajaran dan training seni administrasi kognitif (strategi belajar), baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah. Penggunaan strategi-strategi mencar ilmu yang sempurna dalam mencar ilmu sanggup menjadikan proses mencar ilmu menjadi lebih bermakna, sehingga pencapaian hasil mencar ilmu (penguasaan materi ajar) menjadi optimal.

2) Kemampuan Metakognitif dalam Memahami Materi
Kemampuan metakognitif memahami materi digolongkan sebagai dampak instruksional dalam model pembelajaran ini, sebab siswa diarahkan secara pribadi pada tujuan peningkatan kemampuan metakognitifnya selain penguasaan materi didik yang dituju. Kemampuan metakognitif memahami materi yang dimaksudkan dalam Model PMKM yakni kemampuan memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi-strategi mencar ilmu dalam memahami materi, yang meliputi: seni administrasi menggaris bawahi ide/rumus penting, seni administrasi menciptakan catatan pinggir, seni administrasi menciptakan rangkuman, dan seni administrasi menciptakan peta konsep. Pada model pembelajaran konvensional, guru sering menuntut siswa untuk sanggup menguasai materi dengan baik, tetapi tidak pernah mengajarkan dan melatihkan siswanya wacana seni administrasi mencar ilmu dalam memahami materi dengan baik. Sebaliknya pada model pembelajaran ini siswa diajar dan dilatih untuk memilih, menggunakan, dan mengontrol seni administrasi kognitif dalam memahami materi.

3) Kemampuan Metakognitif dalam Pemecahan Masalah
Kemampuan metakognitif pemecahan duduk kasus digolongkan sebagai dampak instruksional dalam model pembelajaran ini, sebab siswa diarahkan secara pribadi pada tujuan peningkatan kemampuan metakognitif pemecahan duduk kasus selain penguasaan materi didik matematika. Kemampuan metakognitif pemecahan duduk kasus yang dimaksudkan dalam Model PMKM yakni kemampuan memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi-strategi mencar ilmu dalam pemecahan duduk kasus pelajaran, yang meliputi: penggunaan heuristik, mekanisme berpikir maju, mekanisme berpikir mundur, mekanisme berpikir induktif, dan mekanisme berpikir deduktif. Pada model pembelajaran konvensional, guru sering menuntut siswa untuk sanggup memecahkan duduk kasus dengan baik, tetapi tidak pernah mengajarkan dan melatihkan siswanya wacana seni administrasi pemecahan duduk kasus yang baik. Sebaliknya pada model pembelajaran ini siswa diajar dan dilatih untuk memilih, menggunakan, dan mengontrol seni administrasi kognitif dalam memecahkan masalah.

b. Dampak Pengiring
1) Kemandirian dalam Belajar
Dengan berbekal pengetahuan deklaratif, pengetahuan proseduran, dan pengetahuan kondisional, serta keterampilan meggunakan dan mengontrol banyak sekali seni administrasi kognitif, siswa sanggup menjadi lebih sanggup berdiri diatas kaki sendiri dalam belajar. Melalui latihan yang kontinu siswa sanggup menentukan sendiri seni administrasi kognitif yang sesuai dengan gaya dan tipe mencar ilmu dia, serta sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari dan karakteristik duduk kasus yang akan dipecahkan.

2) Keaktifan Belajar
Sebagian fase-fase dari sintaks memperlihatkan lebih banyak ruang dan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada fase-fase tersebut, keterlibatan siswa sanga dominan dalam menerapkan secara pribadi banyak sekali seni administrasi kognitif, baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah.

3) Sikap Positif
Dampak lanjutan dari keampuan siswa memilih, menggunakan, dan mengontrol penggunaan banyak sekali seni administrasi kognitif serta keterlibatan siswa yang sangat mayoritas dalam proses mencar ilmu yakni terciptanya suasana mencar ilmu yang menyenangkan. Siswa tidak lagi diselimuti oleh anggapan-anggapan bahwa mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran ini juga sanggup menumbuhkan perilaku positif siswa terhadap mata pelajaran.

D. Modifikasi Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Melalui Pembelajaran Saintifik.

Apakah model pembelajaran pencapaian konsep sanggup diterapkan dalam Pembelajaran Saintifik? Berikut modifikasi penulis wacana langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Melalui Pembelajaran Saintifik.

Fase Kesatu: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep

·          Mengamati (observing).
Mengamati berkaitan dengan acara panca indera insan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek mencar ilmu secara bermakna (meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek mencar ilmu yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek mencar ilmu yang relevan dengan tema belajar. Obyek itu tidak harus glamor atau mahal, sederhana asalkan gampang digunakan dan menarik.

Dalam pembelajaran berbasis pencapaian konsep guru sanggup menyediakan gambar atau obyek pengamatan lainnya yang bekerjasama dengan konsep-konsep yang harus dipahami oleh siswa sesuai KI dan KD yang sedang diajarkan. Gambar atau obyek dimaksud sanggup diberi keterangan suplemen tergantung penafsiran guru terhadap kemampuan akseptor didik. Jika suatu gambar atau obyek diperkirakan akan menjadikan kesulitan untuk ditafsirkan oleh siswa mungkin bisa diberikan klarifikasi singkat pada gambar atau obyek tersebut.


Siswa Mengamati Gambar yang disiapkan Guru


Pada tahapan ini penerapan pembelajaran pencapaian konsep dilakukan dengan mengamati gambar atau obyek pengamatan. Contoh penerapan pembelajaran berbasis pencapaian konsep dalam PPKn yakni wacana norma. Guru sanggup menyediakan gambar-gambar sebagai pola penerapan norma, baik gambar yang sesuai dengan kaidah norma atau gambar yang tidak sesuai dengan kaidah norma. Siswa secara perorangan atau kelompok dibimbing untuk mengamati gambar atau obyek pengamatan tersebut.

·          Menanya (Questioning).
Kemampuan bertanya salah satunya bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu, melatih akseptor didik berargumentasi sesuai dengan kapasitasnya, mencar ilmu mendapatkan perbedaan pendapat, merangsang akseptor didik untuk berpikir ulang, dan sekaligus mencar ilmu bagaimana budbahasa dalam bertanya atau merespon pertanyaan dengan baik.

Dalam pembelajaran berbasis konsep, guru meminta siswa bertanya atau menciptakan pertanyaan terkait dengan gambar tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan siswa sekalipun mungkin masih bersifat umum diberi tanggapan baik oleh siswa yang lain maupun oleh guru sebagai penguatan atas tanggapan siswa.


Fase Kedua: Pengujian Pencapaian konsep

·          Mencoba (Experimenting) dan Menalar (associating)
Mencoba merupakan kegiatan pembelajaran yang memmberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, atau mengalami. Perbuatan mencoba itu sanggup diwujudkan dalam bentuk kegiatan eksperimen ataupun pengalaman nyata.  Sedangkan menalar merupakan kemampuan mengelompokkan bermacam-macam ilham dan mengasosiasikan bermacam-macam insiden yang kemudian mamasukkannya menjadi penggalan memori (Kemendikbud, 2013: 215). Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak itu berelasi atau berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses inilah yang dikenal sebagai asosiasi atau menalar.


Siswa Belajar dalam Kelompok Kecil Di Perpustakaan

Dalam penerapan pembelajaran berbasis konsep langkah ini sanggup dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok kecil, kemudian setiap kelompok menerima kiprah studi perpustakaan untuk mencari definsi atau pengertian dari konsep-konsep dimaksud. Setelah kegiatan ini selesai kemudian siswa dilatih mencoba menghubungkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan nyata. Setiap kelompok siswa diminta menciptakan gambar atau kisah yang bekerjasama dengan konsep-konsep dimaksud.

Siswa Berlatih menghubungkan Konsep dengan Kehidupan Nyata


Dalam eksperimen saya, pada tataran kemampuan siswa yang dianggap belum bisa menciptakan gambar atau kisah yang bekerjasama dengan konsep-konsep, langkah melatih menghubungkan konsep  dalam kehidupan nyata juga sanggup dilakukan melalui permainan gambar. Dalam tahap ini guru harus mempersiapkan gambar terkait konsep kemudian siswa menentukan atau memasang gambar, serta menuntut siswa memperlihatkan alasan atas pilihan tersebut.

·          Mengkomunikasikan (Communicating)
Dalam bentuk sederhana, mengkomunikasikan berarti mempresentasikan atau memperlihatkan hasil pekerjaannya kepada publik, secara verbal atau tulisan, atau bentuk karya lain sehingga menerima respon yang lebih luas. Dalam ruang terbatas, akseptor didik cukup menyajikan kesimpulan hasil pekerjaannya di hadapan teman-temannya di dalam kelas.

Dalam penerapan pembelajaran berbasis konsep langkah ini sanggup dilakukan dengan meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok yang sudah dilakukan pada tahap mencoba (Experimenting) dan menalar (associating). Presentasi bisa dalam bentuk diskusi, kunjungan tamu, ekspo hasil dan lainnya tergantung langkah-langkah yang dipersiapkan guru.

Fase ketiga: Analisis Strategi Berfikir
Penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dalam tahap ini sanggup dilakukan dengan memperlihatkan tindak lanjut berupa penugasan individu atau kelompok dengan memperlihatkan duduk kasus gres dan menyuruh siswa menyelesaikannya dengan menerapkan konsep.

Referensi:

Eggen, Paul dan Kauchak donald P. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Diterjemahkan Oleh: Satrio Wahono. Jakarta: Indeks.

Joyce, Bruce; Weil, Marsha; & Showers, B. 1992. Models of Teaching. Fourth Edition. Boston: Allyn & Bacon.

Joyce, B. R., & Weil, M. (2000). Models of Teaching and Learning; Where Do They Come From and How Are They Used? In Models of Teaching (6th ed., pp. 13-28). Allyn and Bacon.

Suherman, E dan Saripuddin, U, Winataputra. (1991) Strategi Belajar Mengajar IPS Ekonomi, Modul 1-9 . Jakarta: Universitas terbuka, Depdikbud.

================================================









= Baca Juga =



Related : Model Pencapaian Konsep

0 Komentar untuk "Model Pencapaian Konsep"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)