Integrasi Pedagogik Dengan Tik




BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah besar lengan berkuasa terhadap banyak sekali aspek kehidupan manusia. Hal ini mendorong era gres peradaban insan dari era industri ke era informasi. Masyarakat era informasi lebih memusatkan pada aset pengetahuan dibandingkan dengan aset fisik. Sebagai konsekuensinya, cara masyarakat informasi hidup, bekerja dan berguru pun mengalami perubahan. Pergeseran paradigma ini menuntut perubahan yang mendasar dalam sistem pendidikan masa 21 ini. Pendidikan remaja ini bertujuan untuk membangun masyarakat berpengetahuan yang tidak hanya menguasai literasi TIK, tapi juga melalui penguasaan TIK masyarakat tersebut sanggup memperdalam, membuat dan mendesiminasikan pengetahuan ke masyarakat luas.

Di tingkat global, kiprah TIK dianggap penting untuk mendorong tercapainya gerakan Education For All(EFA) alasannya ialah TIK dalam pendidikan mempunyai potensi besar untuk menyebarluaskan pengetahuan dan pembelajaran yang efektif serta peningkatan penyediaan layanan pendidikan yang lebih efisien. Secara lebih luas, TIK bisa mendorong tumbuhnya knowledge-driven economy.Pemanfaatan bermacam-macam TIK, termasuk penggabungan antara teknologi terkini dengan yang lebih tradisional, perlu diterapkan di negara-negara yang sedang berkembang. Konsekuensi dari perkenalan TIK ini ialah perlunya training guru sehingga TIK sanggup dipakai secara lebih efektif untuk pendidikan. Dalam Dakar Framework of Actions, dijelaskan bahwa kiprah pemerintah sangat menentukan dalam memutuskan kebijakan yang lebih terang serta dalam melaksanakan asesmen kritis atas ketersediaan TIK dan opsi-opsi yang ada.
Di Indonesia, Teknologi Informasi dan Komunikasi telah menjadi bab dalam dua seni manajemen utama MP3EI (Master Plan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), yaitu Konektivitas dan Penguatan SDM dan IPTEK Nasional, untuk mencapaivisi Indonesia 2025 mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur (Bappenas, 2011). Transformasi sistem ekonomi berbasis inovasi,yang dipermudah dan dipercepat oleh pemanfaatan TIK, diyakini sanggup dicapai melalui perkuatan sistem pendidikan (human capital) dan kesiapan teknologi.
Di dalam sektor pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menempatkan TIK sebagai salah satu pendukung utama tersedianya layanan pendidikan.Penyediaan tenaga pendidik kompeten yang merata di seluruh Indonesia telah dinyatakan sebagai salah satu tujuan strategis dalam Rencana Strategis Pendidikan Nasional 2010 – 2020. Penyediaan pendidik yang menguasai kompetensi TIK merupakan kebutuhan mendesak demi tercapainya tujuan strategis dalam Renstra 2010 – 2020 tersebut.Guru yang kompeten dalam pemanfaatan TIK menjadi dimensi pengaya pengembangan kompetensi personal, pedagogis, sosial, dan profesional guru sesuai dengan Permendiknas No 16 Tahun 2007 perihal Kompetensi Guru.Kompetensi TIK guru dibutuhkan lintas kompetensi dasar yang sudah dimiliki guru, bahkan, penguasaan kompetensi TIK yang memadai akan bisa mentransformasi guru menjadi pendidik global yang mempunyai kekayaan sumber berguru lintas batas, konektivitas dengan bermacam-macam sumber ilmu pengetahuan di banyak sekali belahan dunia, serta kemampuan untuk membuatkan ilmu dan kreativitas ke banyak sekali audiens di manapun mereka berada.
Guru-guru yang berkompetensi TIK merupakan guru yang dibutuhkan untuk membangun dan mendidik generasi emas Indonesia.Saat ini dipersepsikan sebagai periode bangkitnya generasi emas Indonesia – generasi yang akan menjadi generasi penerus dan akan mencapai 2045 pada ketika 100 tahun Indonesia merdeka. Generasiemas Indonesia 2045 merupakansiswa yang cerdas dan kompetitif yang akanmenjadi human capital dalam pembangunan sosial dan ekonomi bangsa Indonesia ke depan.

B.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan kasus yang dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
·         Filosofi Dan Prinsip Integrasi Pedagogik Dengan TIK
·         Startegi Pengembangan Guru dalam Mengintegrasikan Pedagogik dengan TIK
·         Model Pengembangan Pedagogik dengan TIK
·         Kerangka Pengembangan Kurikulum Terintegrasi Pedagogik TIK

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk:
·         mengetahui filosofi dan prinsip integrasi pedagogik dengan TIK
·         mengetahui startegi pengembangan guru dalam mengintegrasikan pedagogik dengan TIK
·         mengetahui model pengembangan pedagogik dengan TIK
·         mengetahui kerangka pengembangan kurikulum terintegrasi pedagogik TIK
2.    Menambah wawasan penulis perihal integrasi TIK dan Pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN

A.   Filosofi Dan Prinsip Integrasi Pedagogik Dengan TIK
1.    Filosofi Dan Prinsip Integrasi Pedagogik Dengan TIK
Integrasi TIK dalam Paedagodik atau pendidikan sesunguhnya merupakan penerapan  empat  pilar  pendidikan  yakni a) Learning to know (belajar untuk mengetahui), b) Learning to do (belajar melaksanakan atau mengerjakan), c) Learning to live together (belajar untuk  hidup  bersama),  d)  Learning  to  be  (belajar  untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri).
a) Learning to know 
Learning  to  know,  yaitu  proses  belajar  untuk  mengetahui,  memahami, dan  menghayati  cara-cara  pemerolehan  pengetahuan  dan  pendidikan  yang  memberikan  kepada  peserta  didik  bekal-bekal  ilmu  pengetahuan.  Proses pembelajaran ini memungkinkan akseptor didik bisa mengetahui, memahami, dan  menerapkan,  serta  mencari  informasi  dan/atau  menemukan  ilmu pengetahuan.  Pada  diri  peserta  didik  akan  tertanam  sikap  ilmiah,  yaitu  sikap ingin  tahu  dan  mendorong  untuk  selalu  mencari  jawaban  atas  masalah  yang dihadapi  secara  ilmiah  yang  mampu  mendukung  perkembangan  ilmu pengetahuan  dan  teknologi  sebagai  bagian  dari  kehidupannya.  Peserta  didik berguru dengan cerdas memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b) Learning to do 
Learning  to  do,  yaitu  proses  belajar  melakukan  atau  mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan melaksanakan (learning by doing) sesuatu secara aktif  ini  bermakna  pendidikan  seharusnya  memberikan  bekal-bekal  kemampuan atau  keterampilan.  Peserta  didik  dalam  proses  pembelajarannya  bisa menggunakan  berbagai  konsep,  prinsip,  atau  hukum  untuk  memecahkan masalah  yang  konkrit.  Peserta  didik  mampu  menghadapi  masalah  dan memecahkannya  dengan  menggunakan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  yang didasarkan pada pengetahuan berbasis teknologi.

c) Learning to live together 
Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan  untuk  dapat  hidup  bersama  dalam  masyarakat  yang  beragam sehingga  tercipta  kedamaian  hidup dan  sikap  toleransi  antar  sesama  manusia. Kemajuan dunia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah dunia tidak menghapus konflik antara insan di dunia. Tentu saja yang salah bukan ilmu  pengetahuan  dan  teknologinya,  namun  manusianya  yang memanfaatkannya.  Oleh  karena  itu  dengan  belajar  diharapkan  mampu  untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi karena  sesama  manusia  terjadi  saling  ketergantungan  satu  sama  lain dalam  hal  ini kiprah pengajar ialah menanamkan sikap kebersamaan, alasannya ialah intinya manusia  itu  sama sebagai makhluk  Tuhan dan hanya  berbeda  dalam  suku, bangsa, adat istiadat, atau budayanya.

d) Learning to be 
Learning  to  be,  yaitu  pendidikan  seharusnya  memberikan  bekal kemampuan  untuk  mengembangkan  diri.  Proses  belajar  memungkinkan terciptanya  peserta  didik  yang  mandiri,  memiliki  rasa  percaya  diri,  bisa mengenal  dirinya,  pemahaman diri,  aktualisasi  diri  atau  pengarahan  diri,  mempunyai kemampuan emosional dan intelektual yang konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri.
 Dalam  menerapkan  empat  pilar  belajar  itu  perlu  dirancang  dan dikembangkan  suatu  sistem  kurikulum  yang  tepat.  Kurikulum  yang  tepat  itu antara lain diubahsuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama  dewasa  ini  sedang  berkembang  teknologi  informasi  dan  komunikasi (TIK).  Tujuan,  strategi/metode,  dan  materi  atau  isi/bahan  kurikulum direncanakan  dan  dikembangkan  agar  selalu  mutakhir  atau  tidak  ketinggalan jaman.  Implikasinya  pengajar  sebagai  perancang,  pengembang  dan  pelaksana kurikulum  dituntut  memiliki  kemampuan  yang  tinggi  untuk  selalu melaksanakan  proses pembelajaran  sesuai  dengan  perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu pengajar memerlukan pinjaman produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK),  mirip komputer, jaringan internet, multimedia  dengan  berbagai  jenis    programnya  dan  peralatan pendukung lainnya.
Perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  khususnya  teknologi informasi  dan  komunikasi  (TIK)  memberikan  pengaruh  yang  sangat  besar terhadap efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.  Pembelajaran, termasuk  di  dalamnya  pembelajaran  berbasis  TIK, pada dasarnya  bukan  hanya  menyampaikan  informasi  atau  pengetahuan  saja, melainkan  mengkondisikan  peserta  didik  untuk  belajar,  karena  tujuan  utama pembelajaran ialah akseptor didik belajar. Keberhasilan pengajar mengajar dan efektifitas pembelajaran ditandai  dengan  adanya  proses  belajar  peserta  didik.
Keberhasilan  proses  pembelajaran  dipengaruhi  juga  oleh  lingkungan. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, terutama  karena  pengaruh  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  menjadikan masyarakat selalu dalam proses perkembangan. Sehingga tuntutannya pun dari waktu  ke  waktu  selalu  berubah.  Materi pembelajaran  yang  disusun  dalam perencanaan  pembelajaran  harus  sebanyak  mungkin  menyerupai  atau mempunyai  unsur  identik  dengan  situasi  kehidupan.  Dengan  demikian  hasil belajar  berguna  bagi  peserta  didik,  karena  dapat  ditransfer  dalam  situasi kehidupan.
Pembelajaran adalah  proses  pencarian  ilmu  pengetahuan  secara  aktif atau proses perumusan ilmu, bukan proses pengungkapan ilmu semata. Peserta didik membangun pengetahuannya sendiri melalui proses pembelajaran pribadi yang  dilaluinya.  Dalam  proses pembelajaran  pada  diri  peserta  didik  harus ditanamkan  rasa  percaya  diri  dan  rasa  mampu  (bisa  melakukan  sesuatu), berguna  (bisa  menyumbangkan  sesuatu),  memiliki  (menjadi  bagian  dari masyarakat  dan  memiliki  hubungan  dengan  orang  dewasa  yang  saling menyayangi) dan berdaya (memiliki kendali atas masa depannya sendiri).  
Pembelajaran bukan  hanya  di  satu  tempat  seperti  di  gedung  sekolah, namun  dapat  dilakukan  di  banyak  tempat  berbeda  (di  rumah,  di  sekolah,  di masyarakat). Pembelajaran bukan  hanya terdiri dari  satu  orang saja,  namun banyak  orang yang  terlibat  di  dalamnya (pengajar,  orangtua,  kakak,  adik, teman, atau anggota masyarakat). Setiap orang berguru pada waktu dan tempat yang berbeda. Pembelajaran dapat  dilakukan  pada  waktu  yang  berbeda.  Para pengajar  perlu  mengenali  bahwa pembelajaran  dilakukan  pada  waktu  yang berbeda. Cara berguru dijalankan melalui jaringan internet dimana akseptor didik di suatu  tempat  misalnya  rumah  dan  sekolah  di  suatu  lokasi. Pembelajaran dilakukan  melalui  jaringan  data  yang  dihubungkan  dengan  komputer  yang membuat  mereka  seolah-olah  berada  di  sekolah.  Kondisi  seperti  ini  bisa membuat keadaan yang disebut dengan sekolah maya (virtual school).

2.    Prinsip Integrasi Pedagogik Dengan TIK
Teknologi mulai diterapkan dalam pendidikan alasannya ialah adanya pandangan, bahwa science diyakini sanggup meningkatkan kualitas hidup manusia. Berbagai macam produk teknologi yang sanggup dimanfaatkan dalam pembelajaran memperlihatkan bahwa kehadiran produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan suatu keniscayaan dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran di masa kini dan masa mendatang.
Meningkatnya kecenderungan banyak orang terhadap TIK terkait pribadi dengan meningkatnya tahap literasi komputer, literasi informasi, dan juga meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Faktor-faktor tersebut satu sama lainnya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Masyarakat yang tinggal di negara maju memperlihatkan kecenderungan minat literasi masyarakat yang lebih tinggi dibanding masyarakat di negara membangun dan miskin. Integrasi TIK dalam pendidikan berkembang melalui tiga tahap, yaitu:

1. Penggunaan Audio Visual Aid (AVA)
Penggunaan Audio Visual Aid yaitu alat bantu berbentuk audio (memanfaatkan pendengaran) dan Visual (memnafaatklan penglihatan) di kelas untuk memberikan materi pembelajaran. Selain itu juga supaya akseptor didik mengambakan kemampuan berpikirnya.

2. Penggunaan materi-materi berprogram.
Materi pembelajaran merupakan materi pembelajaran yang diambil dari subject matter. Materi pembelajaran ini dipecah ke dalam unit kecil, selanjutnya diprogram sesuai dengan perangkat yang digunakan.

3. Penggunaan komputer dalam pendidikan
Peningkatan produktivitas sanggup dicapai melalui penggunaan teknologi. Perkembangan teknologi telah mengubah masyarakat dari industri menjadi informasi, ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya masyarakat berpendidikaa yang berbasis teknologi informasi atau komputer baik dari segi software (perangkat lunak) maupun hardware (perangkat keras).
Pengembangan TIK untuk pendidikan, selanjutnya dibutuhkan seni manajemen komprehensif. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengolahan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke perangkat lainnya. Dengan demikian teknologi informasi dan komunikasi mengandung pengertian yang tidak sanggup dipisahkan dan ruang lingkupnya luas meliputi segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer atau pemindahan informasi antar media.
Pada era TIK kini ini paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis perkembangan teknologi. Pembelajaran tidak hanya memakai papan tulis saja dan pengajar tidak hanya berceramah di depan kelas sambil menulis di papan tulis, sementara akseptor didik duduk, mendengar, dan mencatatnya. Berbagai media hasil teknologi termasuk di dalamnya televisi, VCD, DVD, dan komputermenjadi suatu kebutuhan penting dalam pembelajaran alasannya ialah kemampuannya. Penggunaan TIK merupakan kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh akseptor didik sama pentingnya dengan kamampuan membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, dan bekerja dalam kelompok. Peserta didik yang tidak mempunyai kecakapan TIK diperkirakan akan mengalami kesulitan yang lebih besar untuk menghadapi kehidupannya pada masa kini dan masa yang akan datang.
Fokus perhatian pada perkembangan TIK yang biasanya hanya pada pembelian perangkat lunak/keras yang lebih canggih mengikuti demam isu dan menghabiskan dana mahal bergeser pada optimalisasi kemampuan sumber daya insan (brainware) pengguna TIK, mirip penguasaan komputer (computer literate) dan memahami informasinya (information literate). Peserta didik bisa memakai komputer secara optimal dan memahami bagaimana dan di mana sanggup diperoleh, bagaimana cara mengemas atau mengolah informasi dan bagaimana cara mengkomunikasikannya.
B.   Startegi Pengembangan Guru dalam Mengintegrasikan Pedagogik dengan TIK
Menurut Butcher (2011), beberapa prinsip yang direkomendasikan untuk mengarahkan pengembangan profesional guru dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan adalah:
1)    Tujuan pendidikan harus menjadi tujuan utama. Fokus tidak pada pemberian keterampilan TIK saja, namun bagaimana memakai TIK untuk mencapai hasil pembelajaran;
2)    Program pengembangan profesional guru harus memberikan pengalaman berguru yang berada dalam konteksnya. Program harus relevan dengan mata pelajaran yang diampu atau bidang pembelajaran tertentu;
3)    Program pengembangan profesional guru harus didorong oleh kebutuhan. Program harus merespon persyaratan mata pelajaran mirip IT, Geografi, Akuntansi, Matematika, IPA, IPS, dll;
4)    Dukungan berkelanjutan harus tersedia secara konsisten. Hal ini meliputi pinjaman pedagogis (khususnya dari Pemandu Mata Pelajaran), pinjaman teknis, dan membuat komunitas praktik;
5)    Pengembangan profesional guru harus berkelanjutan alasannya ialah sifat dari TIK itu sendiri yang terus berubah dan berkembang. Program-program yang ditawarkan harus merefleksikan teknologi dan aplikasi yang mutakhir;
6)    Tidak ada praktik terbaik tunggal yang sanggup dipilih atau resep umum untuk keberhasilan. Program pengembangan profesional guru harus fleksibel dalam arti akses, cara penyampaian, dan kontennya;
7)    Praktik mengajar, termasuk pengelolaan kelas akan ikut berubah apabila TIK diintegrasikan secara efektif dalam pembelajaran;
8)    Program pengembangan profesional guru harus dikelola;
9)    Program tidak harus selalu dalam bentuk training yang diberikan sebelumnya, namun sanggup fokus pada pemberian training yang penting sesuai kebutuhan yang muncul;
10) Program pengembangan tidak harus selalu dalam bentuk training yang memaksa guru untuk mengikutinya ketika jam mengajar, sehingga dibutuhkan cara penyampaian yang lebih fleksibel;
11) Perkembangan TIK untuk pembelajaran tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi juga harus memberi dampak pada pengelolaan, manajemen dari satuan pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi);
12) Kebutuhan dan minat guru harus menjadi pendorong untuk perkembangan professional mereka.
Saat ini banyak sekali inisiatif untuk meningkatkan keterampilan TIK guru telah dilakukan oleh banyak sekali pihak (World Bank, 2012). Pengembangan profesi guru untuk meningkatkan ketrampilan dalam pemanfaatan ICT digalakkan semenjak tahun 2008 oleh Ditjen PMPTK.Sampai ketika ini, sebagian besar program-program pengembangan profesi guru masih lebih banyak difokuskan pada literasi TIK dan pemanfaatan TIK untuk produktivitas (pemrosesan dokumen, spreadsheet, atau presentasi).Sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota, bahkan beberapa pihak swasta, memberikan training literasi TIK segera sehabis distribusi piranti keras dilakukan.
Pustekkom, Kemdikbud, memberikan beberapa rangkaian training bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk pemanfaatan TV-E, Radio Edukasi, dan Jardiknas. Pelatihan ini diberikan dalam pendekatan berlapis (cascade) dengan membuat Master Trainer yang akan melatih guru-guru lain di wilayahnya masing-masing. Sampai ketika ini Pustekkom telah melatih lebih dari 11,000 Master Trainer untuk 33 provinsi (Pustekkom, 2008). Secara parallel, Badan SDM & PMP melalui LPMP juga melaksanakan pelatihan-pelatihan literasi TIK untuk guru-guru di MGMP dan KKG
Ringkasan inisiatif pengembangan profesional guru untuk pemanfaatan TIK serta pendekatannya sanggup diringkas dalam tabelberikut ini (World Bank, 2011).

Pendekatan
Nama Program
Organisasi
Pelatihan Bertingkat
Pelatihan TV-E & Radio Edukasi (berlanjut)
Kemdikbud
Literasi TIK untuk Guru (berlanjut)
Kemdikbud
Dinas Pendidikan
Pelatihan TIK – memanfaatkan TIK sebagai alat produktivitas
Kemdikbud
Dinas Pendidikan
Sektor swasta
E-Learning
Kemdikbud
DALI (Developing Active Learning with ICT) (2007 – 2011)
Lembaga Internasional
Pelatihan 1 x
  Perkenalan perangkat komputer
  Open Education Resources
Sektor Publik (LSM)
Asosiasi profesi TIK
Pelatihan diikuti oleh coaching/mentoring dan berguru mandiri
OCCA (One Computer Classroom Activities) (2009 – 2011)
Lembaga Internasional
ICT innovation for youth (2005 – 2011)
Lembaga Internasional
Kursus Peningkatan Keterampilan Pedagogis untuk Guru (berlanjut)
Sektor swasta
PJJ dan e-Pembelajaran
PJJ berbasis TIK untuk pendidikan guru pra-jabatan dan dalam masa jabatan (berlanjut)
LPTK, Sektor Swasta

Kerangka Kerja Kompetensi TIK untuk guru ditujukan secara khusus bagi seluruh guru dan pendidik di tingkat persekolahan, kecuali guru yang mengampu mata pelajaran TIKkarena kompetensi dasar guru TIK telah diatur secara terpisah dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007.
Langkah lain untuk meningkatkan kompetensi Guru di bidang TIK ialah dengan diadakannya  standarisasi Kompetensi Dasar untuk guru.  Standarisasi Kompetensi Dasar TIK untuk guru sangat penting untuk menjawab tantangan-tantangan pengembangan professional yang ada. Saat ini guru perlu mengembangkan keterampilan dan peran-peran gres dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi. Secara sistematis  Standarisasi Kompetensi Dasar TIK untuk guru ini akan memberikan contoh untuk mengembangkan keterampilan guru secara sedikit demi sedikit berdasarkan ranah-ranah yang strategis bagi guru.

C.    Model Pengembangan Pedagogik dengan TIK
Model pengembangan pedagogik dengan TIK antara masing-masing kawasan tidak sama, sangat berbeda dalam hal demografis dan indikator pendidikannya, yang pada gilirannya menjadikan perbedaan dalam mengambil kebijakan dan implementasi TIK dalam pendidikan. Pada satu sisi ada sekolah di kawasan terpencil, alasannya ialah keterbatasan sumber daya keuangan, tidak ada pasokan listrik, atau kurangnya infrastruktur dasar lainnya, belum sanggup mulai memperkenalkan TIK di sekolah-sekolah. Di tempat lainnya, ada sekolah yang telah sepenuhnya mengintegrasikan TIK dalam kurikulum di semua mata pelajaran sedemikian rupa sehingga proses berguru mengajar, ruang kelas dan manajemen sekolah, dan seluruh etos organisasi berubah memakai TIK. Panduan tersebut diperuntukkan bagi sekolah dan tidak hanya meliputi sekolah dasar dan menengah tetapi juga bagi sekolah pendidikan guru di perguruan tinggi dan universitas; bagi guru untuk mengacu pada guru di sekolah dan juga dosen dalam kegiatan pendidikan untuk calon guru. Untuk mengukur tahap integrasi TIK yang dicapai oleh negara, kabupaten, sekolah, atau bahkan kelas dalam sebuah sekolah, UNESCO memberikan model tahapan integrasi. Model ini berfungsi sebagai representasi dari integrasi TIK dalam pedagogik atau pendidikan, jenis atau framework.
Model integrasi TIK mirip pada gambar di bawah ini mempunyai dua dimensi: teknologi dan pedagogi. Teknologi merujuk untuk semua teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan pedagogi ialah seni dan ilmu mengajar. Dimensi teknologi ialah sebuah kontinum yang mewakili jumlah dari penggunaan TIK yang semakin meningkat/beragam. Dimensi pedagogi juga sebuah kontinum dan mewakili perubahan praktek mengajar yang dihasilkan dari penerapan TIK. Dalam dua dimensi ini terdapat empat tahapan model integrasi TIK pada sistem pendidikan dan sekolah. Keempat tahapan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh UNESCO diistilahkan dengan Emerging, Applying, Infusing dan Transforming.
Model Kontinum Tahapan Integrasi TIK di Pendidikan dan Sekolah (UNESCO)
1.    Tahap Emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada tahap permulaan. Pada tahapan ini, sekolah gres memulai membeli atau membiayai infrastruktur TIK, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. Kemampuan TIK guru-guru dan staf manajemen sekolah masih berada pada tahap memulai eksplorasi penggunaan TIK untuk tujuan manajemen dan menambahkan TIK pada kurikulum. Pada tahap ini sekolah masih menerapkan sistem pembelajaran konvensional, akan tetapi sudah ada kepedulian perihal bagaimana pentingnya penggunaan TIK tersebut dalam konteks pendidikan. Pada tahap ini, fokus di kelas sering berguru keterampilan TIK dasar dan mengidentifikasi komponen TIK. Guru pada tahap ini sering memakai peralatan yang tersedia untuk tujuan profesional mereka sendiri, mirip pengolah kata untuk mempersiapkan lembar kerja, spreadsheet untuk mengelola daftar kelas dan, jikalau internet juga tersedia, untuk mencari informasi atau berkomunikasi melalui e-mail. Dengan cara ini, guru mengembangkan keterampilan literasi TIK mereka dan berguru bagaimana menerapkan TIK untuk banyak sekali kiprah profesional dan pribadi. Penekanannya ialah pada berguru memakai banyak sekali tools dan aplikasi, dan menjadi sadar akan potensi TIK dalam pengajaran kedepannya . Pada tahap Emerging, praktek kelas masih sangat banyak berpusat pada guru.
2.    Tahap Applying dicirikan dengan sudah adanya pemahaman perihal bantuan dan upaya menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran. Dan biasanya di negara-negara tersebut sudah ada kebijakan nasional TIK. Para tenaga pendidik dan kependidikan telah memakai TIK untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan manajemen sekolah dan tugas-tugas berdasarkan kurikulum. Sekolah juga sudah mencoba mengadaptasi kurikulum supaya sanggup lebih banyak memakai TIK dalam banyak sekali mata pelajaran dengan piranti lunak yang tertentu.
3.    Tahap Infusing menuntut adanya upaya untuk mengintegrasikan dan memasukkan TIK ke dalam kurikulum. Pada pendekatan ini, sekolah telah menerapkan teknologi berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bab administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode gres di mana TIK mengubah produktivitas dan pekerjaan profesional mereka untuk meningkatkan berguru siswa dan pengelolaan pembelajaran. Kurikulum mulai menggabungkan subjek pembelajaran yang mencerminkan aplikasi dunia nyata.
4.    Tahap Transforming dicirikan dengan adanya upaya sekolah untuk merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih kreatif. TIK menjadi bab integral dengan kegiatan pribadi dan kegiatan profesional sehari-hari di sekolah. TIK sebagai alat yang dipakai secara rutin untuk membantu berguru sedemikian rupa sehingga sepenuhnya terintegrasi di semua pembelajaran di kelas. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered (berpusat pada akseptor didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan dunia nyata. TIK diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan level profesional dan diubahsuaikan dengan bidang-bidang pekerjaan sekaligus sebagai ilmu untuk mendukung model pembelajaran berbasis TIK dan membuat karya TIK. Sekolah sudah menjadi sentra pembelajaran untuk para komunitasnya. Untuk menyimpulkan, ketika tahap transformasi tercapai, seluruh etos lembaga tersebut berubah: guru dan staf pendukung lainnya menganggap TIK sebagai bab alami dari kehidupan sehari-hari lembaga mereka, yang telah menjadi sentra pembelajaran bagi masyarakat.
Dalam konteks berguru mengajar dan kaitannya dengan keempat tahap yang disebutkan sebelumnya, terdapat pula 4 tahap yang berkaitan dengan bagaimana guru dan akseptor didik mempelajari dan menemukan rasa percaya diri mereka dalam memakai TIK. Keempat tahap tersebut ialah menyadari (becoming aware of ICT), berguru bagaimana (learning how to use ICT), mengerti bagaimana dan kapan (understanding how and when to use ICT), dan menjadi jago (specializing in the use of ICT) dalam penggunaan TIK. Berikut ini ialah ilustrasi keempat tahap tersebut:
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi  INTEGRASI PEDAGOGIK DENGAN TIK
Model Tahapan Pembelajaran dengan TIK (UNESCO)
Pada tahap pertama, guru dan siswa gres mencoba mengenali fungsi dan kegunaan perangkat TIK. Tahap ini berkaitan dengan tahap emerging, yang menekankan pada kemelekan TIK (ICT literacy) dan keterampilan dasar. Tahap selanjutnya, berguru bagaimana memakai perangkat TIK, menekankan pada bagaimana memanfaatkan perangkat-perangkat TIK tersebut dalam banyak sekali disiplin. Tahap ini meliputi penggunaan aplikasi umum dan khusus TIK, dan berkaitan dengan tahap applying. Tahap ketiga mengacu pada pemahaman bagaimana dan kapan memakai perangkat TIK untuk mencapai tujuan tertentu, mirip menuntaskan tugas-tugas tertentu. Ini menekankan pada kemampuan membaca situasi kapan TIK sanggup membantu, menentukan perangkat yang sesuai untuk kiprah tertentu, dan memakai perangkat ini untuk memecahkan kasus yang sebenarnya. Tahap ini berkaitan dengan tahap infusing dan transforming dalam hal pengembangan TIK. Tahap keempat mengacu pada bagaimana menjadi jago dalam penggunaan perangkat TIK. Pada tahap ini, siswa mempelajari TIK sebagai mata pelajaran yang membawa mereka untuk menjadi ahli. Hal ini lebih mengarah kepada pendidikan kejuruan atau profesional dan berbeda dengan tahap sebelumnya.
Yang seharusnya terjadi ialah sambil berguru perihal TIK (learning about ICT), siswa juga berguru dengan memakai atau melalui TIK (learning with and or through ICT) dan guru mengajar dengan memakai atau melalui TIK (teaching with and through ICT). Ingat, yang dimaksud dengan TIK tidak hanya komputer dan internet tapi segala jenis media informasi dan komunikasi lainnya.
Model integrasi TIK dengan Pedagogik yang lain yang lebih spesipik ialah model integrasi yang dirancang oleh Smaldino, dkk (2008) yang digambarkan melalui kependekan ASSURE (Analyze leaner characteristics, State objective, Select, modify or design, materials, Utilize materials, Require leaner response, Evaluate), memperlihatkan enam langkah; (1) menganalisis pebelajar, (2) menyatakan tujuan (umum dan khusus), (3) menyeleksi metode, media, dan materi, (4) memanfaatkan media dan materi, (5) meminta partisipasi pemelajar, dan (6) mengevaluasi dan merevisi.
1.    Analisis Pelajar (Analysis Learner)
Model ASSURE merupakan salah satu pendekatan sistematis untuk menganalisis karakteristik siswa, yang nantinya akan besar lengan berkuasa terhadap kemampuan berguru siswa. Analisis siswa ini perlu dilakukan untuk mendapatkan banyak sekali informasi yang kita butuhkan dalam merancang seni manajemen pembelajaran yang sanggup memenuhi kebutuhan spesifik siswa. Ada tiga faktor kunci yang diperhatikan dalam analisis pelajar, yaitu :
a.    Karakteristik Umum
Untuk memenuhi kebutuhan siswa guru perlu memahami karakteristik umum yang menghipnotis berguru siswa. Adapun banyak sekali jenis karakteristik umum ini ialah gender, suku, sikap dan ketertarikan. Dalam merencanakan pembelajaran guru hendaknya sanggup memperhatikan perbedaan usia anak didiknya, alasannya ialah ini akan berkaitan dengan pola sikap dan kemampuan siswa dalam belajar. Begitu juga dengan gender, ini perlu dipertimbangkan guru ketika ingin mengadakan pembelajaran berkelompok pada tingkat SMP, penyatuan siswa dengan perbedaan gender mungkin akan menghipnotis perhatian dan keaktifan siswa. Hal yang sama pada latar belakang suku, hendaknya materi yang disampaikan siswa dilengkapi dengan contoh yang bersahabat dengan latar belakang suku dan budaya siswa.
Sedangkan untuk analisis sikap dan ketertarikkan sanggup dilihat dengan melaksanakan perbincangan dan mengamati sikap siswa. Ketertatikan siswa terhadap mata pelajaran memang berbeda-beda, risikonya dibutuhkan penggunaan media yang tepat, begitu juga halnya dengan pengalaman mereka.
b.   Kecakapan dasar spesifik
Sebagaimana yang diungkapkan Dick &Carey,(2001) dalam Smaldino (2012) penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya perihal suatu objek tertentu menghipnotis bagaimana dan apa yang mereka bisa pelajari lebih banyak daripada yang dilakukan sifat psikologi apa pun. Karena itulah penting bagi guru untuk menganalisis kecakapan dasar spesifik melalui sarana formal dan informal. Misalnya melalui pelaksanan ujian masuk, untuk melihat kemmapuan prayarat siswa, yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran. Dengan mengidentifikasi kompetensi dasar spesifik siswa guru bisa menyesuaikan dnegan jenis tujuan, sehingga guru bisa memberikan perbaikan sebelum masuk mata pelajaran.

c.    Gaya belajar
Gaya berguru merupakan serangkaian sifat psikologis yang menetukan bagaimana siswa merasa, berinteraksi, dan merespons secara emosional lingkungan belajarnya. Menurut Gardner (Smaldino, 2008) Setiap anak mempunyai kecerdasan dan cara berguru yang berbeda beda, risikonya guru haruslah mempertimbangkan gaya berguru siswa. Dengan memahami:
1)    Kekuatan dan preferensi konseptual, dimana setiap siswa punya gerbang sensorik (visual, audiotori, jasmani dan kinestetik yang berbeda yang menghipnotis keterlibatan belajarnya.
2)    Kebiasaan memproses informasi /gaya pikiran, berdasarkan Butler (Smaldino, 2008) ada 4 cara pemprosesan informasi, yaitu pelajar berurutan konkret, pelajar acak konkret, pelajar berutan abstrak, pelajar acak abstrak.
3)    Motivasi, Menurut Keller (1987)(dalam Smaldino 2008) ada 4 aspek motivasi yaitu model ARCS yang perlu diperhatikan guru, yaitu bperhatian (attention), Relevansi (Relevance), Percaya diri (Confidence), dan kepuasan (satisfaction).
4)    Faktor fisiologis , terkait dengan perbedaan gender, kesehatan dan kondisi lingkungan yang menghipnotis pembelajaran.
5)    Penilaian gaya belajar, berdasarkan Dunn dan (dalam Smaldino 2008) mengembangkan sekumpulan instrumen standar untuk menilai gaya berguru dan preferensi lingkungan para pelajar.
Semua ini perlu dipertimbangkan oleh guru, supaya guru bisa menyesuaikan pembelajarannya dengan lebih baik, sesuai dengan gaya berguru siswa dan memenuhi kebutuhan individual siswa.

2.    Menyatakan Standar dan Tujuan (State Objectives and Standar)
Dalam merancang suatu pembelajaran, sehabis melaksanakan analisis siswa, kita perlu memutuskan standar dan tujuan yang akan dicapai, yakni mengenai apa yang menjadi hasil berguru siswa.  Merumuskan tujuan ini berdasarkan pada standar kurikulum yang dipakai di sekolah.
a.    Pentingnya standar dan tujuan
Menetapkan standar dan tujuan sangatlah penting, alasannya ialah standar dan tujuan ini ialah dasar bagi kita untuk menentukan strategi, teknologi dan media yang akan dipakai dalam pembelajaran.  Dasar untuk melaksanakan penilaian hasil belajar, dasar untuk ekspektasi berguru siswa.
b.   Merumuskan ABCD tujuan berguru dengna baik
Untuk menentukan tujuan berguru kita perlu memutuskan ABCD, Yakni:
1)    Audience, yakni target tujuan, guru perlu menentukan dengan terang target dari tujuan pembelajaran itu sendiri, contohnya siswa kelas VIII SMP.
2)    Behaviour (perilaku), inti dari tujuan ialah kata kerja yang menjelaskan kemampuan gres yang didapatkan siswa sehabis mengikuti pembelajaran, artinya tujuan berguru itu berkenaan dengan perubahan sikap siswa, sehabis mengalami pembelajaran.
3)    Condition (Kondisi), yakni suatu kondisi dimana siswa akan bekerja dan belajar, yang kemudian dinilai oleh guru, contohnya buku, lembar kerja, dll.
4)    Degree (tingkat), yakni tujuan mengindikasikan standar /kriteria penilaian satu pembelajaran.
c.    Tujuan berguru dan perbedaan individual
Tujuan berguru hendaknya diubahsuaikan dengan kemampuan berguru siswa secara individual. Tujuan berguru dimaksudkan untuk menyediakan tingkat minimum pencapaian yang diharapkan. Dengan karakteristik yang berbeda siswa bisa berguru insidental dengan tujuan yang spesifik dan mendukung perbedaan individual.

3.  Memilih strategi, Teknologi, Media dan Material (Select Strategy, Media and Technology)
a.    Memilih strategi
Guru perlu menentukan seni manajemen pengajaran yang tepat, baik itu seni manajemen yang berpusat pada guru, ataupun yang berpusat kepada siswa. Guru hendaklah menentukan seni manajemen yang bisa mendorong siswanya mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan, mempertimbangkan gaya dan motivasi berguru siswa supaya sanggup memenuhi kebutuhan siswa. Disesuaikan dengan model ARCS, Strategi kita hendaknya sanggup menarik perhatian siswa (Attention), relevan(Relevance) dengan kebutuhan siswa, sanggup membangun rasa percaya diri (Confidence) siswa, dan memberikan kepuasan(Satisfaction) bagi siswa atas apa yang telah mereka pelajari.
b.   Memilih teknologi dan media,
Memilih teknologi dan media, memang bukanlah hal yang mudah. Seperti yang diungkapkan Mc Alpine&Weston, 1994 (dalam Smaldino2008) para sarjana setuju bahwa menentukan teknologi dan media yang sesuai bisa menjadi kiprah yang rumit- mempertimbangkan kumpulan sumber daya yang tersedia, keberagaman para pelajar dan tujuan spesifik yang harus dicapai.
c.    Membuat Rubrik seleksi.
Rubrik seleksi dilengkapi  prosedur yang sistematis untuk menilai kualitas teknologi dan media yang spesifik. Setiap rubrik terdiri dari sekumpulan kriteria seleksi yang konsisten, dan kriteria untuk teknologi dan media yang dirancang.untuk mencapai tujuan berguru yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa kriteria rubrik seleksi (Smaldino, 2012)yaitu :
a)    Selaras dengan standar, hasil dan tujuan
b)   Informasi yang terbaru dan akurat
c)    Bahasa yang sesuai usia
d)   Tingkat ketertarikan dan keterlibatan
e)    Kualitas teknik
f)    Mudah dipakai (baik oleh guru dan siswa)
g)   Bebas bias
h)   Panduan pengguna dan arahan.

c.    Memilih, mengubah atau merancang materi
Setelah menentukan seni manajemen dan media, selanjutnya kita menentukan materi, yakni :
1)    Memilih materi yang tersedia
Guru biasanya memakai materi yang tersedia, namun kita perlu mempertimbangkan dan menentukan materi yang sempurna dari materi yang tersedia tersebut, yang bisa dilakukan dengan cara ; melibatkan seorang jago teknologi /media, atau melibatkan guru lain yang lebih berpengalaman, melaksanakan survei panduan tumpuan sumber dan media (komprehensif, selektif dan evaluatif).
2)    Mengubah materi yang ada
Mengingat kebutuhan siswa yang berbeda-beda, kadang kala nya guru bisa mengubah materi dari materi yang tersdia supaya sanggup lebih mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, namun hal ini harus mmeperhatikan hak cipta.
3)    Merancang materi baru
Pada ketika materi yang tersedia tidak mendukung, dan sulit untuk mengubah materi yang ada, maka guru juga dapt menrancang materi gres sesuai dengan mata pelajaran dan tujuan pembelajaran. kuncinya ialah kita harus memperhatikan kebutuhan dan tujuan berguru siswa kita.

4.  Menggunakan Teknologi , Media dan Materi (Use Tecnhnology, Media and Materials)
Untuk merencanakan penggunaan teknologi, media dan materi, kita sanggup melaksanakan proses “5P” yaitu:
a.   Pratinjau teknologi, media dan materi, ini perlu dilakukan alasannya ialah tujuannnya ialah untuk menentukan bab yang pribadi selaras dengan mata pelajaran yang kita ajarkan, yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Meninjau materi secara menyeluruh tidak hanya membuat kita memakai sumber daya secara maksimal, tetapi juga membatasi siswa untuk tidak mengkases materi/konten yang tidak pantas, dari banyak sekali media dan sumber berguru lainnya.
b.   Menyiapkan teknologi , media dan materi, langkah pertama ialah mengumpulkan semua perlengkapan yang dibutuhkan, menentukan urutan penggunaannya, dan menentukan tindakan yang akan dilakukan pada tiap materi, menyimpan daftar materi yang digunakan, dan garis besar urutan penyajian pelajaran.
c.   Menyiapkan lingkungan, kita perlu mengatur kemudahan yang dibutuhkan untuk penggunaan teknologi, media dan materi yang efektif dan efisien, menyiapkan lingkungan berguru yang baik untuk siswa, mirip pengaturan tempat duduknya, dll.
d.   Menyiapkan pelajar, untuk melaksanakan pembelajaran dengan efektif, guru perlu menyiapkan pelajarnya untuk mendapatkan pelajaran, untuk itu guru perlu melaksanakan appersepsi  yang baik, mirip pengantar yang menggambarkan tinjauan luas mengenai konten mata pelajaran, keterkkaitan mata pelajaran  dengan topik yang dipelajari, memotivasi siswa, dan isyarat yang mengarahkan perhatian pada aspek spesifik mata pelajaran.

e.   Menyediakan pengalaman belajar, yang diubahsuaikan dnegan pengalaman berguru yang dipilih, pengalaman berguru yang berpusat pada guru, maka akan melibatkan presentasi, demonstrasi, latihan dan praktek dan tutorial.

5.  Mengharuskan Partisipasi Pelajar (Require Learner Participations)
Pembelajaran di masa depan menghendaki pelajar tidak hanya sebatas memahami informasi, melainkan mempunyai pengalaman dan praktek menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Hal ini sesuai dengan gagasan konstruktivis, dimana berguru dibangun dengan penglaman autentik yang relevan, dan siswa mendapatkan umpan balik, sehingga mereka mengetahui pencapaian tujuan belajarnya dan berusaha meningkatkan kinerjanya.
a.    Latihan, untuk mencapai tujuan belajarnya siswa haruslah berpartisipasi aktif melalui praktek pribadi dengan teknologi dan kemampuan baru, untuk produktivitas, komunikasi, penelitian, dan penyelesaian masalah/pengambilan keputusan.
1)    Teknologi sebagai perkakas teknologi, untuk memakai teknologi dan media sebagai sarana yang membutuhkan partisipasi siswa ialah dengan penggunaan perangkat produktivitas. Karena ini dapat  memacu dan mendorong kreativitas (ISTE, 2000) (Dalam Smaldino, 2008)
2)   Teknologi sebagai perangkat komunikasi, dengan memakai teknologi siswa bisa berkomunikasi dengan banyak sekali orang dari banyak sekali tempat lainnya, contohnya melalui email , chatt, dan lain-lain.
3)   Teknologi sebagai perangkat penelitian, dengan teknologi kita sanggup menempatkan, mengevaluasi, dan mengumpulkan banyak sekali informasi dari banyak sekali sumber , contohnya dari internet, buku, koran maupun media lainnya.
4)   Teknologi sebagai perangkat penyelesaian kasus dan pengambilan keputusan,dengan menggunan teknologi siswa sanggup berguru dan mnggunakannnya untuk menuntaskan membuatkan persoalan, contohnya melalui mikroskop, lembar kerja, peralatan audio  dan video digital, dll.
5)   Menggunakan perangkat lunak pendidikan, berbagai kegiatan aplikasi pendidikan memungkinkan siswa terlibat aktif dalam banyak sekali kegiatan yang menantang, dan memungkinkan siswa untuk berkembang sesuai dengan penilaian dan menyediakan umpan balik dan perbaikan.
6)   Menggunakan media lainnya untuk latihan, melibatkan siswa secara aktif dalam melaksanakan diskusi, kuis, latihan penerapan sanggup dilakukan latihan dan pemberian umpan balik.
b.   Umpan balik, umpan balik, bisa dari guru, ataupun para siswa dalam kelompoknya, dari komputer ataupun diri mereka sendiri, umpan balik penting bagi siswa untuk melaksanakan perbaikan.

6.    Mengevaluasi dan Merevisi (Evaluate and Revise)
Langkah terakhir yang kita lakukan ialah melaksanakan penilaian dan perbaikan, yang dilakukan dengan tujuan :
a.   Menilai prestasi pelajar , dilakukan untuk menilai apa yang dipelajari siswa dan menampilkan perubahan sikap sesuai dengan tujuan. Penilaian dilakukan berdasarkan pada tujuan belajar, pembelajaran dengan tujuan kemampuan kognitif, sanggup memakai tes tertulis, namun untuk tujuan pemprosesan informasi dan penampilan sikap, maka dipakai penilaian autentik dan komprehensif. Penilaian autentik yaitu dimana siswa memakai proses sesuai dengan konten dan kemampuan yang sedang dipelajari dan sesuai  kegunaan konten di dunia nyata. Penilaian ini dipakai untuk penilaian kinerja, produk tunggal, unit, atau portofolio. Sedangkan untuk penilaian komprehensif sanggup memakai rubrik yakni sekumpulan kriteria penilaian yang dipakai untuk mengukur/menilai produk/kinerja siswa(Smaldino, 2012). Rubrik terdiri dari tiga komponen ; kriteria kinerja, skala penilaian, dan tingkat dari deskriptor kinerja.
b.   Penilaian portofolio, untuk menilai kemampuan siswa untuk membuat produk nyata yang menggambarkan pencapaian mereka terkait dengan analisis, sintesis dan evaluasi.(Smalldino, 2012). Kuncinya ialah siswa harus merefleksi sendiri pembelajarannnya sesuai dengan produk protofolio. Portofolio ini ada yang tradisional dan elekronik.
c.   Mengevaluasi dan merevisi Strategi, Teknologi dan Media.
Ini perlu dilakukan untuk melihat keefektifan seni manajemen , teknologi, dan media yang digunakan, melihat pencapaian tujuan pembelajaran, sesuai dengan minat siswa, memenuhi kebutuhan siswa, dan lainnya. Untuk menilainya, bisa dengan meminta pendapat siswa, melalui diskusi dan wawancara.
1)    Evaluasi guru, ini sangat penting supaya memberikan umpan balik yang bermanfaat bagi guru. Ada 4 penilaian guru, yakni melalui diri sendiri, siswa, rekan ataupun administator.
2)    Revisi strategi, teknologi dan media, Ini merupakan tahapan terakhir, kita perlu melihat hasil penilaian/evaluasi, melihat ketercapaian tujuan, prestasi siswa, ketepatan strategi, teknologi dan media. Kita perlu mencatat dan melaksanakan revisi supaya sanggup meningkatkan kualitas pembelajaran .
Teori ASSURE ini dipakai dalam  mengembangkan dan mengadopsi teknologi yang sudah tersedia untuk kepentingan pedagogik. Walaupun teori ASSURE telah diperkenalkan dalam upaya untuk melaksanakan integrasi teknologi ke dalam pembelajaran, namun bukan berarti segala yang terkait dengan peng-gunaan teknologi informasi dalam pembelajaran, dengan sendirinya sanggup teratasi. Terdapat beberapa hambatan mendasar yang sanggup menghambat lajunya kegiatan integrasi teknologi  informasi ke dalam pembelajaran. Kendala tersebut terkait dengan; (1) kurangnya materi pembelajaran yang berbahasa Indonesia, (2) kurangnya kemampuan bahasa Inggris, (3) jalan masuk Internet belum merata, (4) belum siap nya guru, dosen, dan staf pengajar, (5) membutuhkan waktu yang panjang untuk berguru mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam pembelajaran, (6) masih didapat kesulitan perijinan (jika membangun sekolah atau universitas yang serba digital dan cyber).

D.   Kerangka Pengembangan Kurikulum Terintegrasi Pedagogik TIK
Untuk  menjaga  agar  pengembangan  TIK  sanggup memberikan  kontribusi  signifikan terhadap  (1)  pengembangan  peserta  didik  menjadi manusia  berkarakter  dan berkecerdasan  intelektual  dan  (2)  pemberdayaan  pendidik  dan  tenaga  kependidikan terkait, Kerangka Pengembangan Kurikulum Terintegrasi Pedagogik TIK hendaknya diterapkan prinsip-prinsip berikut:
1. Pengembangan  TIK  dalam  pendidikan  hendaknya  mempertimbangkan karaktersitik  peserta  didik,  pendidik,  dan  tenaga  kependidikan  dalam keseluruhan pembuatan keputusan TIK.
2.    Pengembangan  TIK  hendaknya  dirancang  untuk  memperkuat  minat  dan motivasi  pengguna  untuk  menggunakannya  semata  guna  meningkatkan dirinya, baik dari segi intelektual, spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi.
3. Pengembangan TIK hendaknyamenumbuhkan kesadaran dan keyakinan akan pentingnya  kegiatan  berinteraksi pribadi dengan  manusia(tatap  muka),dengan lingkungan  sosial-budaya  (pertemua,  museum,  tempat-tempat bersejarah),  dan  lingkungan alam (penjelajahan)  agar  tetap bisa memeliharanilai-nilai  sosial  dan  humaniora  (seni  dan  budaya),  dan kecintaan terhadap alam sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
4.    Pengembangan TIK hendaknya menjaga bahwa kelompok target tetap sanggup mengapresiasi  teknologi  komunikasi  yang  sederhana  dan  kegiatan-kegiatan pembelajaran  tanpa  TIK  karena  tuntutan  penguasaan  kompetensi  terkait dalam rangka mengembangkan seluruh potensi siswa secara seimbang.
5.    Pengembangan  TIK  hendaknya  mendorong  pengguna  untuk  menjadi  lebih kreatif dan inovatif sehingga tidak hanya puas menjadi konsumen informasi berbasis TIK.
Kerangka pengembangan kurikulum terintegrasi pedagogik TIK sanggup mengacu kepada UNESCO ICT-CFT (UNESCO ICT Competency Framework for Teachers) Menurut UNESCO, perubahan pendidikan melalui TIK melampaui tiga pendekatan: literasi teknologi, pendalaman pengetahuan, dan kreasi pengetahuan. Ketiga pendekatan ini mempunyai implikasi yang berbeda secara pedagogis, praktik pengajaran oleh guru, pengembangan profesional, kurikulum dan asesmen, serta pengelolaan dan manajemen sekolah. Sehubungan dengan pedagogi, penggunaan TIK mengharuskan guru untuk mengembangkan cara-cara inovatif dalam pemanfaatan teknologi untuk memperbaiki pembelajaran dan mendorong a) literasi teknologi; b) pendalaman pengetahuan; dan c) kreasi pengetahuan.

a)  Tahap Literasi Teknologi
Dalam tahapan ini, literasi teknologi merupakan tahapan mendasar yang akan mendorong dan memfasilitasi siswa memakai teknologi gres serta tahapan yang membutuhkan perubahan kebijakan yang paling mendasar. Tahapan ini fokus pada pengembangan literasi teknologi guru untuk mengintegrasikan peralatan TIK ke dalam kurikulum.Literasi teknologi ini mempersyaratkan fokus pada distribusi yang merata untuk memungkinkan ekspansi jalan masuk yang mengurangi kesenjangan digital (digital divide) serta lebih menjamin keberhasilan ketiga tahapan dalam pengembangan pendidikan.Hasil final tahap literasi ini adalah guru kompeten dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran untuk memberdayakan siswa supaya bisa menguasai teknologi gres sebagai bekal bagi diri siswa dalam mengembangkan dirinya sebagai pemelajar sepanjang hayat (UNESCO, 2008).

b)  Tahap Pendalaman Pengetahuan
Tahap ini ialah tahap yang lebih mendalam dan lebih mempunyai dampak terhadap pembelajaran.Pendalaman pengetahuan membutuhkan siswa sebagai pelaku untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam rangka peningkatan keterampilan pemecahan kasus yang kompleks di lingkungan kerja. Hal ini akan menambah nilai terhadap pembangunan nasional, contohnya melalui penemuan yang memperlihatkan solusi terhadap tantangan nasional. Untuk mencapai pendekatan ini, pengembangan profesional guru harus fokus pada penyediaan pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan metodologi dan teknologi yang lebih kompleks.Perubahan dalam kurikulum harus menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan masalah-masalah di dunia nyata, yang mungkin membutuhkan keterampilan kolaboratif siswa di tingkat local maupun global.Guru di sini merupakan pengelola atau fasilitator lingkungan pembelajaran. Kompetensi tahap pendalaman pengetahuan bertujuan supaya guru bisa memanfaatkan TIK dalam pembelajaran untuk memberdayakan siswa sehingga bisa menerapkan pengatahuan dari mata pelajaran yang diterimanya untuk memecahkan permasalahan kompleks yang dihadapinya dalam lingkungan kerja dan masyarakat (UNESCO, 2008)


c)  Tahap Kreasi Pengetahuan
Tahap ini ialah tahap yang paling kompleks alasannya ialah melibatkan pelaku pendidikan yang terlibat dan sanggup memperoleh manfaat dari proses kreasi pengetahuan, inovasi, dan partisipasi dalam pembelajaran seumur hidup. Perubahan kurikulum diharapkan sanggup meningkatkan keterampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kreatif, inovasi, dan berpikir kritis. Guru sanggup mencontohkan keterampilan ini kepada siswa-siswa mereka melalui pengembangan profesional yang mereka alami sendiri. Di sini guru sanggup mengembangkan keterampilan yang lebih rumit dalam penggunaan teknologi dan keterampilan kerja sama dengan rekan kerja untuk merancang pembelajaran berbasis proyek yang menantang bagi siswa.
UNESCO mengusulkan sebuah matriks yang mengkombinasikan literasi teknologi, pendalaman pengetahuan, dan kreasi pengetahuan dengan 6 komponen dari kebijakan, kurikulum, asesmen, pedagogi, penggunaan teknologi, pengelolaan sekolah dan administrasi, serta pengembangan profesional guru. Setiap sel dari matriks ini terdiri atas satu modul dalam Kerangka Kerja ICT-CFT.
Dalam konteks Indonesia, berdasarkan keadaan geografis dan kondisi pemanfaatan TIK pada ketika ini, maka tahapan kompetensi TIK untuk guru ditambah dengan satu tahap lanjut, yaitu “berbagi pengetahuan” (knowledge dissemination). Tahap ini merupakan tahap yang paling lanjut dalam pemanfaatan TIK oleh guru alasannya ialah melibatkan pendidik sebagai distributor pembaharu melalui banyak sekali kegiatan membuatkan dan bertukar pengetahuan, baik dengan sesama guru maupun dengan masyarakat umum, melalui banyak sekali cara, strategi, bentuk, dan modus, untuk membuat komunitas belajar. Kegiatan ini melibatkan guru untuk melaksanakan publikasi online di ranah publik maupun ranah komunitas tertentu, lembaga diskusi sinkronus maupun asinkronus, kerja sama kegiatan akademik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran juga pengembangan profesionalisme, serta pembentukan komunitas berguru yang melibatkan guru, siswa, dan masyarakat umum lintas ruang dan waktu.
Dengan demikian, kerangka yang diadopsi dan dipakai untuk pengembangan kurikulum terintegrasi pedagogik TIK di Indonesia meliputi (1) Literasi TIK (Penguasaan dasar TIK), (2) Pendalaman Pengetahuan (Akuisisi dan rekayasa pengetahuan), (3) Kreasi Pengetahuan (Menghasilkan karya yang mengandung nilai kebaharuan), (4) Berbagi Pengetahuan (Mengembangkan komunitas berguru dan berbagi).

BAB III SIMPULAN
1.    Integrasi TIK dalam Paedagodik atau pendidikan sesunguhnya merupakan penerapan  empat  pilar  pendidikan  yakni a) Learning to know (belajar untuk mengetahui), b) Learning to do (belajar melaksanakan atau mengerjakan), c) Learning to live together (belajar untuk  hidup  bersama),  d)  Learning  to  be  (belajar  untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri)
2.    Pengembangan profesi guru untuk meningkatkan ketrampilan dalam pemanfaatan ICT sanggup dilakukan dengan memberikan training literasi TIK dan pemanfaatan TIK untuk produktivitas (pemrosesan dokumen, spreadsheet, atau presentasi). Selain itu perlu ada standarisasi kompetensi dasar TIK untuk guru.  Standarisasi Kompetensi Dasar TIK untuk guru ini akan memberikan contoh untuk mengembangkan keterampilan guru secara sedikit demi sedikit berdasarkan ranah-ranah yang strategis bagi guru.
3.    Salah satu model integrasi TIK dengan Pedagogik ialah penerapan  ASSURE (Analyze leaner characteristics, State objective, Select, modify or design, materials, Utilize materials, Require leaner response, Evaluate), memperlihatkan enam langkah; (1) menganalisis pebelajar, (2) menyatakan tujuan (umum dan khusus), (3) menyeleksi metode, media, dan materi, (4) memanfaatkan media dan materi, (5) meminta partisipasi pemelajar, dan (6) mengevaluasi dan merevisi.
4.    Kerangka pengembangan kurikulum terintegrasi pedagogik TIK sanggup mengacu kepada UNESCO ICT-CFT (UNESCO ICT Competency Framework for Teachers) Menurut UNESCO, dengan menerapkan  tiga pendekatan, yakni literasi teknologi, pendalaman pengetahuan, dan kreasi pengetahuan.



DAFTAR PUSTAKA

Butcher, N. (2011) Teacher Professional Development. Jakarta: World Bank Office Jakarta
ICT Transforming Education: A Regional Guide. http://www.unesco.org/new/en/communication-and-information/resources/publications-and-communication-materials/publications/full-list/ict-transforming-education-a-regional-guide/
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2010).Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 – 2025. Diunduh dari http://www.ristek.go.id/file/upload/ebook_web/mp3e1/MP3EI_versi%20Ind.pdf
Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Rencana Strategis Pendidikan Nasional 2010 - 2020. Jakarta: Kemdiknas
Smaldino, Sharon, E. dkk. 2008. Intriuctional Technology and Media for Learning. Ninth  Edition. New Jersey, USA: Pearson/Prentice Hall
UNESCO (2000).The Dakar Framework for Action. Education For All: Meeting our Collective Commitments. Diunduh dari http://unesdoc.unesco.org/images/0012/001202/120240e.pdf
UNESCO (2011) UNESCO ICT Competency Framework for Teachers. Diunduh dari http://unesdoc.unesco.org/images/0021/002134/213475e.pdf
UNESCO (2008).ICT Competency Standards for Teachers: Policy Framework. p. 9.
UNESCO Office in Bangkok: ICT in Education. http://www.unescobkk.org/education/ict/
Warsita, Bambang. 2008, Teknologi pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
World Bank (2012) ICT in Education White Paper. Jakarta: World Bank Office Jakarta




= Baca Juga =



Related : Integrasi Pedagogik Dengan Tik

0 Komentar untuk "Integrasi Pedagogik Dengan Tik"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close