ARTIKEL KE 728
La ilaah illallah bukan sekedar ucapan.
Semua muslim mungkin paham bahwa ucapan laa ilaaha illallah berarti pengakuan dirinya bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah SWT. Kita seringkali mengucapkan kalimat ini sehabis shalat, zikir harian, tapi apakah kita betul-betul menerapkannya dalam hidup sehari-hari? Menjadikan Allah sebagai Ilah/Tuhan/Rabb bukannya menuhankan duit, jabatan, posisi, keturunan, boss/atasan? Jika orang betul-betul memahami maknanya maka tak ada lagi post power syndrom gejala orang stres karena sudah tak laku tanda tangannya (tak lagi punya jabatan, punya power, punya duit, punya pengaruh). Post power syndrom terjadi karena kita bertuhan yang salah, menuhankan sesuatu yang bukan Allah sehingga kala "tuhan" yang fana itu menghilang kita jadi goyah.
Padahal kalo kita bertuhan Allah, Dia akan selalu ada dan Dia gak akan kemana-kemana..
Berbicara soal kalimat tauhid ini seorang Ustadz konon senang memelihara burung dan kucing. Uztadz ini sangat dekat dengan jamaahnya dan inti ceramahnya diambil dari kejadian sehari-hari.
Suatu hari seorang jamaahnya menghadiahkan seekor burung kakaktua padanya. Bulunya halus dan berwarna warni.
Makin hari sang Ustadz pun makin suka dengan burung itu.
Dan seringkali saat mengajar murid-muridnya/jamaah nya dilakukan di dekat taman di mana kakaktua yang diikat pada tangkai kayu itu berada.
Karena seringnya mendengar sang uztadz berceramah dan mengucapkan zikir laa ilaaha illallah, sehingga kakak tua itu pun jadi belajar mengucapkan kalimat tauhid tersebut.
Dan seringkali saat mengajar murid-muridnya/jamaah nya dilakukan di dekat taman di mana kakaktua yang diikat pada tangkai kayu itu berada.
Karena seringnya mendengar sang uztadz berceramah dan mengucapkan zikir laa ilaaha illallah, sehingga kakak tua itu pun jadi belajar mengucapkan kalimat tauhid tersebut.
Burung kakaktua itu pun mampu mengucakan laa ilaaha illallah dengan sempurna dan hampir setiap siang dan malam si burung terus berceloteh menirukan zikir tersebut, sehingga murid-murid dan jamaah sang Uztadz pun terkagum-kagum karenanya.
Suatu ketika para jamaah mendapati sang ustadz sedang termangu-mangu dan air matanya menetes membasahi pipinya.
Ketika ditanya beliau pun menjelaskan dengan terbata-bata, jika kucingnya telah menerkam si kakaktua dan membunuhnya.
Mereka pun bertanya dengan heran "karena inikah engkau menangis!!!
Kalau Uztadz mau, nanti kami berikan burung lain bahkan kalo perlu yang jauh lebih baik dari burung kakaktua milik uztadz sebelumnya.... (kata salah seorang jamaah menghibur sang ustadz yang nampak begitu bersedih kehilangan burung kesayangannya.
Sang Ustadz berkata : bukan karena itu aku menangis..
Kalau Uztadz mau, nanti kami berikan burung lain bahkan kalo perlu yang jauh lebih baik dari burung kakaktua milik uztadz sebelumnya.... (kata salah seorang jamaah menghibur sang ustadz yang nampak begitu bersedih kehilangan burung kesayangannya.
Sang Ustadz berkata : bukan karena itu aku menangis..
Tetapi...yang membuat aku menangis adalah : ketika diserang kucing burung itu hanya menjerit-jerit saja sampai akhirnya mati tak bergerak.
Padahal dia sering sekali mengucapkan kalimat "laa ilaaha illallah". Setiap hari tak pernah dia tak mengucapkan kalimat itu.
Tetapi ketika diterkam kucing dan menjelang ajalnya ia lupa kalimat tersebut ...
Tidak mengucapkan apapun kecuali hanya bisa menjerit dan meraung-raung saja !!!
Sang ustadz kemudian memandang wajah jamaahnya satu persatu dengan mimik serius. "Mengapa bisa terjadi demikian??" Tanya sang ustadz dengan suara yang menggelegar...
"Karena waktu hayatnya ia hanya mengucapkan "laa ilaaha illallah" dengan lisannya saja. Sementara hatinya tidak memahami dan tidak menghayati apa yang diucapkannya oleh lisannya.
Padahal dia sering sekali mengucapkan kalimat "laa ilaaha illallah". Setiap hari tak pernah dia tak mengucapkan kalimat itu.
Tetapi ketika diterkam kucing dan menjelang ajalnya ia lupa kalimat tersebut ...
Tidak mengucapkan apapun kecuali hanya bisa menjerit dan meraung-raung saja !!!
Sang ustadz kemudian memandang wajah jamaahnya satu persatu dengan mimik serius. "Mengapa bisa terjadi demikian??" Tanya sang ustadz dengan suara yang menggelegar...
"Karena waktu hayatnya ia hanya mengucapkan "laa ilaaha illallah" dengan lisannya saja. Sementara hatinya tidak memahami dan tidak menghayati apa yang diucapkannya oleh lisannya.
Aku kuatir kalau nanti kita seperti kakak tua itu, itu sebabnya aku menangis..
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Beberapa artikel dalam blog ini bercerita soal zikir-zikir pembangkit rezeki. Seringkali kita hanya tenggelam membacanya, mengulang-ulangnya, komat-kamit serius dengan tasbih di tangan tapi gak memahami maknanya apalah lagi mengamalkannya makna itu dalam keseharian kita. Kita mengakui kalo tak ada Tuhan selain Allah, kita terus mengulang zikir itu setiap hari sampai banyak kali, tapi nyatanya kita masih bertuhan selain Dia. Kita tak ubahnya kakaktua itu. Setiap hari lisannya basah dengan kalimat tauhid tapi saat sakaratul maut hanya bisa menjerit dan merintih. Naudzubillahi mindzalik.
Saat kita hidup mengulang-ulang kalimat *"laa ilaaha illallah" setiap saat.
Dengan lisan kita, tak pernah berhenti mengucapkannya tapi ketika maut datang kita pun lupa.
Tidak mampu mengingatnya, karena hati kita belum menghayatinya.
Beberapa artikel dalam blog ini bercerita soal zikir-zikir pembangkit rezeki. Seringkali kita hanya tenggelam membacanya, mengulang-ulangnya, komat-kamit serius dengan tasbih di tangan tapi gak memahami maknanya apalah lagi mengamalkannya makna itu dalam keseharian kita. Kita mengakui kalo tak ada Tuhan selain Allah, kita terus mengulang zikir itu setiap hari sampai banyak kali, tapi nyatanya kita masih bertuhan selain Dia. Kita tak ubahnya kakaktua itu. Setiap hari lisannya basah dengan kalimat tauhid tapi saat sakaratul maut hanya bisa menjerit dan merintih. Naudzubillahi mindzalik.
Saat kita hidup mengulang-ulang kalimat *"laa ilaaha illallah" setiap saat.
Dengan lisan kita, tak pernah berhenti mengucapkannya tapi ketika maut datang kita pun lupa.
Tidak mampu mengingatnya, karena hati kita belum menghayatinya.
Kemudian para jamaah pun menangis, khawatir dengan kondisi mereka masing-masing.
Dan kita sendiri... sudahkah kita menanamkan kalimat "laa ilaaha illallah" ini ke dalam hati sanubari kita?!
Tidak ada sesuatu pun yang naik ke langit yang lebih agung berbanding keikhlasan hati. Ucapkan, pahami dan amalkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang turun ke bumi yang lebih agung dari taufiq dan ridha Allah SWT. Taufiq dan ridha Allah SWT akan kita dapatkan sesuai kadar keikhlasan kita.
Silakan zikir setiap hari termasuk zikir keberlimpahan rezeki tapi jangan hanya berhenti di bibir saja, pahami apa yang kita ucapkan kemudian amalkan. Jika mengucapkan laa ilaaha illallah, yakini bahwa tiada Ilah/Tuhan melainkan Allah dan amalkan. Jangan biarkan waktu anda habis tanpa memperbaiki diri dan ibadah kepadaNya, karena itulah tujuan penciptaan kita...
Semoga di bulan Ramadhan ini hati kita dipenuh keikhlasan menjalankan ibadah padaNya sehingga semuanya naik ke langit dan berbuah pahala dan ridha Allah SWT. Waspadai jangan sampai hidup kita sia-sia adanya...
Selamat berbuka dan menjalankan ibadah shalat tarwih..
Wallahu alam...
Silakan zikir setiap hari termasuk zikir keberlimpahan rezeki tapi jangan hanya berhenti di bibir saja, pahami apa yang kita ucapkan kemudian amalkan. Jika mengucapkan laa ilaaha illallah, yakini bahwa tiada Ilah/Tuhan melainkan Allah dan amalkan. Jangan biarkan waktu anda habis tanpa memperbaiki diri dan ibadah kepadaNya, karena itulah tujuan penciptaan kita...
Semoga di bulan Ramadhan ini hati kita dipenuh keikhlasan menjalankan ibadah padaNya sehingga semuanya naik ke langit dan berbuah pahala dan ridha Allah SWT. Waspadai jangan sampai hidup kita sia-sia adanya...
Selamat berbuka dan menjalankan ibadah shalat tarwih..
Wallahu alam...
0 Komentar untuk "Tak Ada Sesuatu yang Naik ke Langit Kecuali Ini"