Kisah ini diawali dengan memudarnya kebahagian yang dirasakan oleh sebut saja Imam karena setelah 10 tahun membina rumah tangga dengan Suci belum juga dikaruniai anak. Segala cara sudah ditempuh tapi tampaknya Allah masih belum memberi kepercayaan pasangan ini untuk memiliki buah hati, meskipun keduanya dinyatakan sehat dan subur. Akhirnya di tengah keputus asaannya Imam memutuskan untuk menceraikan Suci. Imam berpikir bahwa itulah pilihan terbaik untuk mereka. Siapa tahu setelah bercerai dan masing-masing menikah kembali Allah berkenan menghadirkan buah hati dalam kehidupan rumah tangga mereka yang baru.
Singkat cerita Imam menyampaikan maksud tersebut kepada istri yang masih teramat dicintainya itu. Suci merasa keberatan dan tidak ingin diceraikan oleh Imam. Meskipun Suci sudah memohon agar Imam membatalkan niatnya tapi tampaknya keputusan Imam sudah bulat. Akhirnya mereka menyampaikan keputusan tersebut kepada orang tua mereka. Sama dengan Suci, mereka pun menolak rencana Imam untuk menceraikan Suci. Tetapi lagi-lagi Imam sudah tidak dapat diyakinkan untuk merubah keputusannya.
Setelah melalui perdebatan yang sengit dan panjang orang tua mereka menyetujui dengan satu syarat bahwa sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan agama Imam harus mengadakan pesta besar-besaran untuk menyambut perceraian mereka. Pesta yang sama megahnya dengan saat merea menikah dulu. Imam menyanggupi persyaratan tersebut.
Maka dilangsungkanlah pesta menyambut perceraian Imam dan Suci di sebuah gedung yang megah. Suasana pesta meskipun berlimpah makanan enak dan dekorasi yang menawan terlihat sangat muram. Semua tamu yang datang menunjukkan wajah yang sedih. Bahkan musik indah yang diputar tidak sanggup mengubah suasana pesta menjadi ceria. Hal itu pun dirasakan oleh Imam dan Suci. Kondisi pesta tersebut membuat Imam tertekan dan sangat stres. Pada saat ketegangannya memuncak Imam meraih mikrofon dan menyampaikan kepada Suci, istrinya " Suci, ambillah semua harta dan rezeki yang selama ini milikmu dan kau anggap paling berharga, bawalah bersamamu. Aku ikhlas melepaskan semuanya untukmu, semoga engkau berbahagia." Karena tak sanggup melawan kesedihannya, setelah menyampaikan hal tersebut Imam langsung pingsan tak sadarkan diri.
Setelah dia tersadar dia mendapati dirinya di tempat yang asing dengan orang-orang yang tidak dikenalnya. Hanya satu wajah yang dikenalnya dengan baik yang tak berhenti memandangnya dengan pandangan khawatir adalah Suci, istrinya. Imam bertanya "Dimana aku berada?". Suci menjawab bahwa Imam berada di rumahnya di kampung dan semua yang memandang itu adalah tetangga dan kerabat Suci. Karena Imam melihat Suci dengan pandangan tak mengerti, Suci berkata bahwa Imam dengan disaksikan banyak orang menyuruh Suci untuk membawa semua rezeki dan harta yang paling berharga yang dimiliki Suci selama menikah dengan Imam. Menurut Suci Imamlah harta dan rezeki paling berharga yang dimilikinya, yang telah diberikan Allah padanya. Karena itu ia membawa serta Imam bersamanya, tidak perduli dengan semua harta dan perhiasan yang ditinggalkannya. Imam jadi terharu dan memeluk istri yang masih sangat dicintainya. Akhirnya mereka sepakat untuk meneruskan perkawinan, mengarungi suka duka kehidupan bersama sampai ajal memisahkan.
Singkat cerita Imam menyampaikan maksud tersebut kepada istri yang masih teramat dicintainya itu. Suci merasa keberatan dan tidak ingin diceraikan oleh Imam. Meskipun Suci sudah memohon agar Imam membatalkan niatnya tapi tampaknya keputusan Imam sudah bulat. Akhirnya mereka menyampaikan keputusan tersebut kepada orang tua mereka. Sama dengan Suci, mereka pun menolak rencana Imam untuk menceraikan Suci. Tetapi lagi-lagi Imam sudah tidak dapat diyakinkan untuk merubah keputusannya.
Setelah melalui perdebatan yang sengit dan panjang orang tua mereka menyetujui dengan satu syarat bahwa sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan agama Imam harus mengadakan pesta besar-besaran untuk menyambut perceraian mereka. Pesta yang sama megahnya dengan saat merea menikah dulu. Imam menyanggupi persyaratan tersebut.
Maka dilangsungkanlah pesta menyambut perceraian Imam dan Suci di sebuah gedung yang megah. Suasana pesta meskipun berlimpah makanan enak dan dekorasi yang menawan terlihat sangat muram. Semua tamu yang datang menunjukkan wajah yang sedih. Bahkan musik indah yang diputar tidak sanggup mengubah suasana pesta menjadi ceria. Hal itu pun dirasakan oleh Imam dan Suci. Kondisi pesta tersebut membuat Imam tertekan dan sangat stres. Pada saat ketegangannya memuncak Imam meraih mikrofon dan menyampaikan kepada Suci, istrinya " Suci, ambillah semua harta dan rezeki yang selama ini milikmu dan kau anggap paling berharga, bawalah bersamamu. Aku ikhlas melepaskan semuanya untukmu, semoga engkau berbahagia." Karena tak sanggup melawan kesedihannya, setelah menyampaikan hal tersebut Imam langsung pingsan tak sadarkan diri.
Setelah dia tersadar dia mendapati dirinya di tempat yang asing dengan orang-orang yang tidak dikenalnya. Hanya satu wajah yang dikenalnya dengan baik yang tak berhenti memandangnya dengan pandangan khawatir adalah Suci, istrinya. Imam bertanya "Dimana aku berada?". Suci menjawab bahwa Imam berada di rumahnya di kampung dan semua yang memandang itu adalah tetangga dan kerabat Suci. Karena Imam melihat Suci dengan pandangan tak mengerti, Suci berkata bahwa Imam dengan disaksikan banyak orang menyuruh Suci untuk membawa semua rezeki dan harta yang paling berharga yang dimiliki Suci selama menikah dengan Imam. Menurut Suci Imamlah harta dan rezeki paling berharga yang dimilikinya, yang telah diberikan Allah padanya. Karena itu ia membawa serta Imam bersamanya, tidak perduli dengan semua harta dan perhiasan yang ditinggalkannya. Imam jadi terharu dan memeluk istri yang masih sangat dicintainya. Akhirnya mereka sepakat untuk meneruskan perkawinan, mengarungi suka duka kehidupan bersama sampai ajal memisahkan.
Pesan dari Kisah ini
Suami istri adalah partner abadi yang telah diberikan Allah. Rezeki pernikahan yang bahagia harus disyukuri. Pernikahan tanpa buah hati masih tetap bisa bahagia sepanjang komitmen antara suami istri bisa terus terjaga. Komitmen untuk menjaga rezeki Allah, rezeki rasa cinta di hati masing-masing, rezeki untuk saling menjaga satu sama lain, rezeki untuk mengabdikan hidup pada Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Jika kemudian Allah memberi buah hati anggap saja itu bonus dari semua rezeki yang telah dilimpahkan Allah pada kita. Termasuk rezeki kesabaran menanti buah hati. Kasih sayang diantara suami istri adalah salah satu rezeki yang tak ternilai harganya. Hadir atau tidaknya anak bukan penentu kebahagiaan perkawinan, tapi komitmen untuk berbahagia dan membahagiakan satu sama lain yang lebih penting. Perkawinan yang bahagia itulah rezeki yang patut disyukuri semua pasangan suami istri.
Wallahu alam
0 Komentar untuk "Suamiku, Kamulah Rezeki dan Hartaku yang Paling Berharga"