ARTIKEL KE 711
Sebenarnya sih saya gak suka bicara politik tapi sekarang di Indonesia lagi musim pilkada ya dan tulisan ini menggelitik banget buat dishare. Dibikin dengan cerita menggunakan tokoh komik Jepang Dragon Ball.So biar pembaca yang menilai lah...
Konon, di negara Antah Berantah ada organisasi mafia kejam bernama Kakarot. Bisnisnya gak jauh-jauh dari narkoba, tuak, prostitusi, judi, night club, film bokep, dan usaha haram lainnya. Pokoknya bisnis apa aja yang urusannya ngasilin "duit panas" pasti diborong. Kokorot punya Big bos namanya Piccolo.
Di Dunia Gangster ini Piccolo dan para pengikutnya punya musuh-musuh abadi yang doyan ngeganggu dan bikin bisnis mereka kocar kacir. Musuh mereka adalah orang orang yang saleh dan taat beragama, terutama para ustadz, kyai, santri, bos yang soleh, dan siapa aja yang anti maksiat. Mereka ini selalu memprovokasi orang-orang agar menjauhi zina, khamr, judi, dan perbuatan maksiat lainnya yang menjadi inti bisnis dari Kakarot. Piccolo gak diam aja, dia harus punya strategi gimana ngadepin para musuh yang punya massa jauh lebih banyak yaitu masyarakat. Oleh karena itu, strategi awalnya dia nyebarin mata-mata buat ngawasi gerak-gerik musuh-musuhnya yang berbahaya itu.
Suatu hari, Big Boss Piccolo ngumpulin mata-matanya untuk mendengar langsung laporan hasil pengawasan mereka.
Piccolo: "Raditz! Lo dapat apa minggu ini?"
Raditz: "Gawat boz! Ustadz Son Goku kemaren pengajian di wilayah kita! Pengajiannya gede dan dihadiri banyak massa"
Piccolo: "Trus?"
Raditz: "Dia ngajak orang orang menjauhi miras!"
Piccolo: "Trus apanya yang gawat?"
Raditz: "Ya gitu boz. Kalo dia nyuruh orang jauhin miras, ntar pabrik tuak kita kan jadi nggak laku dong?"
Piccolo: "Santai aja. Ustadz macam Son Goku itu nggak bahaya kok."
Raditz: "Tapi... dia kan ngajak orang jauhin miras?”
Piccolo: "Eh, coba gw tanya. Orang-orang yang dengerin pengajian dia tuh konsumen kita bukan?"
Raditz: "Bukan lah boz. Masak tukang minum tuak ke pengajian, khilaf kali'?"
Piccolo: "Ya udah, biarin aja. Yang ikut pengajian kan orang yang emang ngga suka mabok, bukan konsumen kita. Tuh ustadz mau ceramah sampe berbusa juga ngga terlalu ngefek buat bisnis kita."
Raditz: "Eh iya juga ya?"
Piccolo: "Raditz! Lo dapat apa minggu ini?"
Raditz: "Gawat boz! Ustadz Son Goku kemaren pengajian di wilayah kita! Pengajiannya gede dan dihadiri banyak massa"
Piccolo: "Trus?"
Raditz: "Dia ngajak orang orang menjauhi miras!"
Piccolo: "Trus apanya yang gawat?"
Raditz: "Ya gitu boz. Kalo dia nyuruh orang jauhin miras, ntar pabrik tuak kita kan jadi nggak laku dong?"
Piccolo: "Santai aja. Ustadz macam Son Goku itu nggak bahaya kok."
Raditz: "Tapi... dia kan ngajak orang jauhin miras?”
Piccolo: "Eh, coba gw tanya. Orang-orang yang dengerin pengajian dia tuh konsumen kita bukan?"
Raditz: "Bukan lah boz. Masak tukang minum tuak ke pengajian, khilaf kali'?"
Piccolo: "Ya udah, biarin aja. Yang ikut pengajian kan orang yang emang ngga suka mabok, bukan konsumen kita. Tuh ustadz mau ceramah sampe berbusa juga ngga terlalu ngefek buat bisnis kita."
Raditz: "Eh iya juga ya?"
Piccolo: "Berikutnya, Kid Buu, hasil lo gimana?"
Kid Buu: "Mampus boz! Bahaya nih! Ustadz Gohan kutbah jumat di masjid agung tadi ngajak jauhin zina!"
Piccolo: "Apanya yang bahaya?"
Kid Buu: "Loh, kalo orang pada nurut sama dia, ntar tempat prostitusi kita jadi ngga laku?"
Piccolo: "Emang para pelanggan tempat kita tadi pada ikutan shalat jumat trus dengerin khotbah dia?"
Kid Buu: "Nggak lah boz! Tuh orang-orangnya dari tadi lagi pada maen, gak ninggalin tempat."
Piccolo: "Yaudah, biarin aja. Ustadz-ustadz macam mereka itu ngga terlalu bahaya. Lanjut!"
Kid Buu: "Mampus boz! Bahaya nih! Ustadz Gohan kutbah jumat di masjid agung tadi ngajak jauhin zina!"
Piccolo: "Apanya yang bahaya?"
Kid Buu: "Loh, kalo orang pada nurut sama dia, ntar tempat prostitusi kita jadi ngga laku?"
Piccolo: "Emang para pelanggan tempat kita tadi pada ikutan shalat jumat trus dengerin khotbah dia?"
Kid Buu: "Nggak lah boz! Tuh orang-orangnya dari tadi lagi pada maen, gak ninggalin tempat."
Piccolo: "Yaudah, biarin aja. Ustadz-ustadz macam mereka itu ngga terlalu bahaya. Lanjut!"
Vegeta: "Wilayah intaian aman boz! Ngga ada ustadz yang bahaya. Cuman kemaren ada Ustadz Goten tabligh akbar tapi cuman ngomong politik doang."
Piccolo: "Politik? Ngomong apa dia?"
Vegeta: "Katanya pilkada besok, harus pilih pemimpin yang beriman, taat pada Allah, berakhlak, dan peduli rakyat kecil.
Piccolo: "Eh yang bener lu?"
Vegeta: "Bener lah boz. Emang kenapa?"
Piccolo: "Ini baru bahaya!"
Vegeta: "Bahaya pegimana boz?"
Piccolo: "Kalo orang-orang nurut sama tuh ustadz, trus pas pilkada nanti yang kepilih pemimpin yang beriman, bisa hancur bisnis kita!"
Kid Buu: "Masa sih boz?"
Piccolo: "Eh lu pade tolol ya? Otak pada ditaro di dengkul. Tau ngga sih, siapa musuh kita?”
Raditz: “Ustadz-ustadz sama kyai-kyai yang halangin bisnis kita kan boz?”
Piccolo: “Bener. Mereka emang selalu berusaha gangguin bisnis kita. Tapi sebenernya ada yang lebih bahaya.”
Vegeta: “Siape boz?”
Piccolo: “Pejabat yang taat agama.”
Kid Buu: “Lah, kok berubah?”
Piccolo: "Politik? Ngomong apa dia?"
Vegeta: "Katanya pilkada besok, harus pilih pemimpin yang beriman, taat pada Allah, berakhlak, dan peduli rakyat kecil.
Piccolo: "Eh yang bener lu?"
Vegeta: "Bener lah boz. Emang kenapa?"
Piccolo: "Ini baru bahaya!"
Vegeta: "Bahaya pegimana boz?"
Piccolo: "Kalo orang-orang nurut sama tuh ustadz, trus pas pilkada nanti yang kepilih pemimpin yang beriman, bisa hancur bisnis kita!"
Kid Buu: "Masa sih boz?"
Piccolo: "Eh lu pade tolol ya? Otak pada ditaro di dengkul. Tau ngga sih, siapa musuh kita?”
Raditz: “Ustadz-ustadz sama kyai-kyai yang halangin bisnis kita kan boz?”
Piccolo: “Bener. Mereka emang selalu berusaha gangguin bisnis kita. Tapi sebenernya ada yang lebih bahaya.”
Vegeta: “Siape boz?”
Piccolo: “Pejabat yang taat agama.”
Kid Buu: “Lah, kok berubah?”
Piccolo: “Goblok !!! Ustadz ustadz, kyai-kyai itu bisanya omdo. Jauhi zina lah, jauhi miras lah, blablabla ngoceh sampe gigi kering ngga ngaruh buat kita karena mereka ngga punya kekuatan. Mereka ngga bisa nutup paksa ato ngacurin tempat kita. Pernah dulu Ustadz Son Goku mengerahkan santri-santrinya nyerang tempat judi dan bakar tempat prostitusi kita, tapi kita lapor polisi, kita tuduh mereka anarki, habis itu mereka ngga berani macem-macem lagi. Nah, lu tau nggak, apa jadinya kalo besok pilkada yang kepilih jadi pemimpin orang yang taat agama?”
Vegeta: ”Libur lebaran ditambah?”
Piccolo: “Bukan tolol. Kalo orang taat agama jadi pemimpin, kepala daerah, anggota DPR, bisnis kita ancur!”
Kid Buu: “Lah, kok bisa toh boz?”
Piccolo: “Orang yang taat agama ngga tinggal diem liat bisnis kita. Kalo Kyai dan ustadz cuma omdo, tapi pejabat beda. Mereka gampang banget nutup usaha kita cuma modal tanda tangan, ato cukup tunjuk sambil bilang, hancurkan!”
Vegeta: “Kan tinggal kita kasih duit bagi hasil boz? Kaya biasanya itu. ”
Piccolo: “Orang macam mereka ngga mempan disogok, tolol!”
Kid Buu: “Waduh, bahaya donk boz?”
Raditz: “Trus gimana nih boz?”
Vegeta: ”Libur lebaran ditambah?”
Piccolo: “Bukan tolol. Kalo orang taat agama jadi pemimpin, kepala daerah, anggota DPR, bisnis kita ancur!”
Kid Buu: “Lah, kok bisa toh boz?”
Piccolo: “Orang yang taat agama ngga tinggal diem liat bisnis kita. Kalo Kyai dan ustadz cuma omdo, tapi pejabat beda. Mereka gampang banget nutup usaha kita cuma modal tanda tangan, ato cukup tunjuk sambil bilang, hancurkan!”
Vegeta: “Kan tinggal kita kasih duit bagi hasil boz? Kaya biasanya itu. ”
Piccolo: “Orang macam mereka ngga mempan disogok, tolol!”
Kid Buu: “Waduh, bahaya donk boz?”
Raditz: “Trus gimana nih boz?”
Piccolo: “Pegimanapun caranya, jangan sampai pilkada besok yang menang orang yang taat agama!”
Vegeta: “Trus kita mesti ngapain, boz?”
Piccolo: “Yang jadi masalah tuh Goten. Dia ngomporin orang biar milih calon yang beriman pas pilkada nanti. Makanya kita harus bungkam dia dulu.”
Kid Buu: “Caranya gimana boz?”
Vegeta: “Gimana kalo Kid Buu pura-pura gila, trus bunuh tuh Uztad?”
Kid Buu: “Eh kampret, lu aja. Nggak usah pura-pura juga udah keliatan gila.”
Piccolo: “Jangan! Kalo ada ustadz dibunuh, jutaan umat bisa ngamuk. Ntar kita juga yang jadi sasarannya. Kita jangan bunuh orangnya, tapi bunuh karakternya!”
Raditz: “Hah pegimana caranya karakter dibunuh to boz?”
Piccolo: “Kita rusak imagenya di mata orang. Kita buat Si Goten itu jadi nggak dipercaya, nggak dipatuhi, hilang wibawanya, dan dibenci orang.”
Vegeta: “Caranya?”
Piccolo: “Kita bikin isu, kita tuduh dia radikal, intoleran, provokator, politisasi agama, mengancam ideologi negara, merusak kebhinekaan, atau... apalah yang begituan pokokya. Bilang ke Babidi suruh dia kerahkan pasukan cyber buat serang tuh ustadz provokator!”
Kid Buu: “Lah? Itu kan cara basi? Kaya PKI aja. Emang sekarang masih mempan pake cara gitu?”
Piccolo: “Tenang. Orang-orang masih banyak yang doyan hoax kok. Langsung main share lagi, gak dipikir.”
Vegeta: “Trus tugas kita apaan boz?”
Piccolo: “Lu awasin terus Goten, dateng ke pengajiannya, rekam ceramahnya, cari kesalahannya, kalo ga ketemu, potong videonya biar penjelasannya keliatan aneh ato bikin salah paham, habis itu sebarkan! Kasih judul yang bisa bikin dia keliatan jelek.”
Vegeta: “OK boz!”
Raditz: Gw boz?”
Piccolo: “Lu selidiki dia, cari tau riwayat hidupnya, pernah ngapain aja, kalo nemu yang jelek-jelek, sebarkan ke publik!”
Raditz: “Sap!”
Kid Buu: “Gw ngapain boz?”
Piccolo: “Tugas lu, pertentangkan Goten dengan ustadz lain. Buat seolah Goten itu menyimpang, sesat, radikal, pokoknya bikin dia keliatan jelek.”
Kid Buu: “Maksudnya?”
Piccolo: “Cari perbedaan pendapat tetang sesuatu antara Goten dengan ustadz lain. Buat seolah Goten salah. Misalnya lu nemu video Goten bilang maulid nabi itu boleh, trus lu nemu video Ustadz Son Goku bilang maulid itu ngga ada dasarnya, lu gabungin dua video itu, kasih judul, Ustadz son Goku Meluruskan Penyimpangan Ustadz Goten.”
Kid Buu: “Oh, gitu.”
Piccolo: "Ada pertanyaan?"
Raditz: "Ga boz!"
Piccolo: “Oke, laksanakan!”
Vegeta, Kid Buu and Raditz: “Siap!”
Vegeta: “Trus kita mesti ngapain, boz?”
Piccolo: “Yang jadi masalah tuh Goten. Dia ngomporin orang biar milih calon yang beriman pas pilkada nanti. Makanya kita harus bungkam dia dulu.”
Kid Buu: “Caranya gimana boz?”
Vegeta: “Gimana kalo Kid Buu pura-pura gila, trus bunuh tuh Uztad?”
Kid Buu: “Eh kampret, lu aja. Nggak usah pura-pura juga udah keliatan gila.”
Piccolo: “Jangan! Kalo ada ustadz dibunuh, jutaan umat bisa ngamuk. Ntar kita juga yang jadi sasarannya. Kita jangan bunuh orangnya, tapi bunuh karakternya!”
Raditz: “Hah pegimana caranya karakter dibunuh to boz?”
Piccolo: “Kita rusak imagenya di mata orang. Kita buat Si Goten itu jadi nggak dipercaya, nggak dipatuhi, hilang wibawanya, dan dibenci orang.”
Vegeta: “Caranya?”
Piccolo: “Kita bikin isu, kita tuduh dia radikal, intoleran, provokator, politisasi agama, mengancam ideologi negara, merusak kebhinekaan, atau... apalah yang begituan pokokya. Bilang ke Babidi suruh dia kerahkan pasukan cyber buat serang tuh ustadz provokator!”
Kid Buu: “Lah? Itu kan cara basi? Kaya PKI aja. Emang sekarang masih mempan pake cara gitu?”
Piccolo: “Tenang. Orang-orang masih banyak yang doyan hoax kok. Langsung main share lagi, gak dipikir.”
Vegeta: “Trus tugas kita apaan boz?”
Piccolo: “Lu awasin terus Goten, dateng ke pengajiannya, rekam ceramahnya, cari kesalahannya, kalo ga ketemu, potong videonya biar penjelasannya keliatan aneh ato bikin salah paham, habis itu sebarkan! Kasih judul yang bisa bikin dia keliatan jelek.”
Vegeta: “OK boz!”
Raditz: Gw boz?”
Piccolo: “Lu selidiki dia, cari tau riwayat hidupnya, pernah ngapain aja, kalo nemu yang jelek-jelek, sebarkan ke publik!”
Raditz: “Sap!”
Kid Buu: “Gw ngapain boz?”
Piccolo: “Tugas lu, pertentangkan Goten dengan ustadz lain. Buat seolah Goten itu menyimpang, sesat, radikal, pokoknya bikin dia keliatan jelek.”
Kid Buu: “Maksudnya?”
Piccolo: “Cari perbedaan pendapat tetang sesuatu antara Goten dengan ustadz lain. Buat seolah Goten salah. Misalnya lu nemu video Goten bilang maulid nabi itu boleh, trus lu nemu video Ustadz Son Goku bilang maulid itu ngga ada dasarnya, lu gabungin dua video itu, kasih judul, Ustadz son Goku Meluruskan Penyimpangan Ustadz Goten.”
Kid Buu: “Oh, gitu.”
Piccolo: "Ada pertanyaan?"
Raditz: "Ga boz!"
Piccolo: “Oke, laksanakan!”
Vegeta, Kid Buu and Raditz: “Siap!”
FAMILIAR DENGAN CERITA DI ATAS???
“Islam ibadah akan dibiarin. Islam ekonomi akan diawasin. Islam politik akan dicabut sampai akar-akarnya!”
Begitulah kata Muhammad Natsir, seorang ulama, pejuang kemerdekaan dan seorang politisi muslim.
Maksudnya?
1. Islam ibadah bakal dibiarin
Kalo orang Islam kerjanya cuma shalat, shalawat, ngaji, haji, puasa, atau ibadah lainnya, ngga ada orang yang ribut. Dulu penjajah Belanda juga gak pernah ngelarang orang Islam shalat dan ibadah. Mengapa? Karena ibadah gak membahayakan penjajah.
Kalo orang Islam kerjanya cuma shalat, shalawat, ngaji, haji, puasa, atau ibadah lainnya, ngga ada orang yang ribut. Dulu penjajah Belanda juga gak pernah ngelarang orang Islam shalat dan ibadah. Mengapa? Karena ibadah gak membahayakan penjajah.
2. Islam ekonomi akan diawasi
Ketika umat Islam berusaha membangkitkan ekonomi yang sesuai syariat maka orang-orang mulai cemas. Terutama para rentenir, para pemilik bank atau koperasi yang ngumpulin rezeki/duit dari riba, spekulan yaitu para pengusaha rakus yang menimbun barang dan mempermainkan harga, para mafia yang mau nguasain dan memonopoli kekayaan alam, dan siapa aja yang nyari harta dengan cara yang gak syari, juga gak ketinggalan, mereka yang pengen manfaatin kemiskinan orang lain demi mencapai tujuan, misalnya calon pejabat yang doyan money politik, pengen membeli suara pas pilkada, atau orang kafir yang pengen memurtadkan orang Islam dengan sekardus indomie dan seliter bimoli.
Ketika umat Islam berusaha membangkitkan ekonomi yang sesuai syariat maka orang-orang mulai cemas. Terutama para rentenir, para pemilik bank atau koperasi yang ngumpulin rezeki/duit dari riba, spekulan yaitu para pengusaha rakus yang menimbun barang dan mempermainkan harga, para mafia yang mau nguasain dan memonopoli kekayaan alam, dan siapa aja yang nyari harta dengan cara yang gak syari, juga gak ketinggalan, mereka yang pengen manfaatin kemiskinan orang lain demi mencapai tujuan, misalnya calon pejabat yang doyan money politik, pengen membeli suara pas pilkada, atau orang kafir yang pengen memurtadkan orang Islam dengan sekardus indomie dan seliter bimoli.
3. Islam politik akan dicabut sampai akar-akarnya.
Jika umat Islam yang soleh berusaha memimpin suatu wilayah dan bikin aturan Islam berlaku di sana, apa yang terjadi? Tentu saja banyak orang panik. Siapa mereka? Para koruptor dan maling yang takut kehilangan tangannya, produsen miras, pengedar narkoba, pemilik tempat judi dan tempat mesum yang terancam ditutup usahanya, juga mereka yang disebutkan di nomer 2, dan masih banyak lagi.
Jika umat Islam yang soleh berusaha memimpin suatu wilayah dan bikin aturan Islam berlaku di sana, apa yang terjadi? Tentu saja banyak orang panik. Siapa mereka? Para koruptor dan maling yang takut kehilangan tangannya, produsen miras, pengedar narkoba, pemilik tempat judi dan tempat mesum yang terancam ditutup usahanya, juga mereka yang disebutkan di nomer 2, dan masih banyak lagi.
Nah sekarang tahu kan kenapa selalu ada yang kebakaran jenggot ketika ada ustadz yang menyerukan untuk memilih pemimpin beriman?
Tahu kan kenapa ustadz yang menyerukan untuk memilih pemimpin beriman pasti diserang, dibully, difitnah, dan dituduh macam-macam?
Tahu kan kenapa ustadz yang menyerukan untuk memilih pemimpin beriman pasti diserang, dibully, difitnah, dan dituduh macam-macam?
Mari pilih pemimpin yang beriman di pilkada nanti....!!!
(baca juga : ketika agama jadi berhala)
Wallahu alam...
(baca juga : ketika agama jadi berhala)
Wallahu alam...
0 Komentar untuk "Skenario Genius Menciptakan Kekacauan"