Rezeki Para Ayah

Suka Duka Menjadi Ayah

Seringkali kita mendengar cerita yang mengharu biru bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan, membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih. Banyak ibu-ibu hebat di luar sana yang menjadi pahlawan bagi keluarganya. Tapi pernahkah kita menanyakan bagaimana beratnya perjuangan seorang ayah? Sang superhero yang jarang diangkat?
Sepulang dari joging pagi tak sengaja telinga saya mendengar percakapan sepasang suami isteri. Nampak seorang isteri mengantarkan suaminya yang siap berangkat kerja sampai depan pagar dan berkata. "Ayah, stok beras kita sudah habis ...." Laporan ini terdengar darurat, karena kalo beras sudah habis trus sebentar makan apa?
Yang menerima laporan hanya tersenyum dan siap melangkah mencari rezeki untuk keluarganya, tiba-tiba terdengar suara melengking anaknya dari dalam rumah, "Ayah..., besok Iwan harus bayar uang buku".


"Iya...nanti ayah usahakan uangnya" jawab sang Ayah. Tertegun saya mendengarnya, apa kira-kira yang berkecamuk di kepala lelaki itu, bagaimana perasaannya? Pasti sudah seribu satu hal bersliweran di otaknya, bagaimana mendapatkan uang untuk membeli beras dan bayar uang buku anak.
Jadi ingat anak bungsu saya si Dede yang sangat suka makan dan setiap ayahnya keluar pasti nitip dibeliin sesuatu, "Jangan lupa belikan empek-empek ya, Ayah" dan ayahnya hanya menjawabnya dengan "Insya Allah". Dan ayahnya pasti mengusahakan agar pesanan si Dede bisa dipenuhinya, tak ingin mengecewakan anak yang sangat berharap sang ayah memperhatikan keinginannya. 


Pernah dulu di kantor, kolega saya menerima SMS nyasar, entah dari siapa?

"Say, jangan lupa, kalo pulang beliin susu adek ya".
Tentu saja SMS itu membuat kolega saya bingung dan sedikit berkelakar, "ini, anak siapa minta susunya ke siapa".

Lagi-lagi saya mikir, jika SMS itu benar-benar sampai ke nomor sang Ayah yang penghasilannya pas-pasan, tambah satu lagi kegundahannya. Kalau kebetulan punya uang, permintaan itu tidaklah masalah. Bagaimana jika sebaliknya? Banyak ayah yang setiap pagi membawa serta kegundahan mereka beserta setiap langkahnya menuju tempat kerja. Keluhan isteri tentang uang belanja yang menipis, uang sekolah anak yang mendesak segera dibayar, susu si kecil yang tersisa hanya bungkusnya, belum lagi semua tagihan yang tak bisa tidak harus dibayar, seperti listrik, air, PBB, bahkan hutang rokok di warung sebelah pun masih tertunggak. 
Ayah adalah pahlawan di mata anak isterinya. Berusaha nampak tangguh di depan mereka dan berujar dengan kalimat sakti, "Iya, nanti semua Ayah bereskan" meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar mencari jalan untuk  membereskan semua masalah yang ada. Cerita di koran dan media ada memberitakan para Ayah yang putus asa dan berakhir di tali gantungan karena tak kuat menahan beban ekonomi yang semakin menenggelamkan. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang dan rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi. Sama-sama menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan selesailah masalahnya selamanya.

Tak sedikit pula para Ayah yang membiarkan tangannya berlumuran darah sambil menggenggam sebilah pisau mengorbankan hak orang lain demi menuntaskan gundahnya. Walau akhirnya ia pun harus berakhir di dalam jeruji besi, berurusan dengan yang berwajib. Yang pasti, tangis bayi di rumahnya bisa terhenti, karena susu yang dijanjikan sang ayah akhirnya terbeli.
Tak jarang para Ayah terpaksa menggadaikan harga diri dan keimanannya, menipu rekan sekantor, mendustai atasan dengan memanipulasi angka-angka, atau berbuat curang di balik meja teman sekerja, demi tuntutan hidup. 
Isteri dan anak-anaknya mana pernah tahu dan juga tak pernah bertanya dari mana uang yang didapat sang Ayah. Halalkah? Haramkah? Karena yang penting terselesaikan sudah gundah hari itu. Isteri dan anak-anak selalu setia menunggu kepulangan ayahnya, hingga larut. Karena tau bahwa sang ayah tak mungkin mengecewakan mereka.
Bisa jadi sang ayah suatu ketika tak pernah kembali, karena di luar sana, dia  terbaring babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa, menahan sisa-sisa nafas terakhir setelah dihajar massa yang geram oleh aksi kriminal yang dilakukannya. Sekali lagi, dia rela menanggung resiko ini demi segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan.

Sungguh, diantara sekian banyak Ayah yang gundah itu ada sebagian ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam setiap sujud panjangnya di pertengahan malam pada Sang Pemberi Rezeki agar diberi keluarganya rezeki lewat rezeki para ayah. Terus berharap ada rezeki yang Allah berikan hari itu, agar tuntas satu persatu gundah yang ia genggam.
Ayah yang ini, masih percaya bahwa Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah usai. Allah pasti punya cara untuk menuntaskannya. Karena skenario Allah lah yang terbaik. Ayah ini terus meyakini bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba kecuali sebatas hamba tersebut mampu memikulnya. Ujian diterimanya dengan penuh kesabaran. Karena ia selalu berprasangka baik kepada Allah dengan meyakini bahwa tiada cobaan yang tidak ada solusinya. Hanya kepada Allah lah tempatnya bersandar. 
Para ayah ini berharap dalam setiap ikhtiarnya mencari rezeki, Allah akan menunjukkan cara menyelesaikan semua gundah itu tanpa harus menciptakan gundah baru bagi keluarganya. Tak ada ceritanya ia menuntaskan gundahnya dengan tali gantungan, atau dengan tangan berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji penjara yang sumpek. Dia juga takkan membiarkan keluarganya mendapat kabar buruk tentang dirinya yang hangus dibakar massa setelah tertangkap basah melakukan tindakan kriminal. 

Dan bagi para ayah di luar sana (termasuk ayah anak-anak saya), terimalah salut kami atas perjuangan kalian mencari rezeki bagi kami, terima kasih banyak karena tetap menggenggam gundah itu dengan senyum. Saya yakin, Allah suka terhadap orang-orang yang tersenyum dan ringan melangkah di balik semua keluh dan gundahnya dan meyakini bahwa tangan Allah akan membimbingnya menuju rezeki para ayah yang tersedia bagi dirinya dan keluarganya.

Wallahu alam..

Related : Rezeki Para Ayah

0 Komentar untuk "Rezeki Para Ayah"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)