SUAMILAH PENCARI REZEKI KELUARGA
- Suami mendapat kedudukan terhormat dalam keluarga sebagai pencari rezeki / nafkah. Suami memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga, menafkahi anak dan isterinya. Dia harus bekerja keras agar asap dapurnya tetap mengebul.
- Bagi suami / ayah yang saleh hal ini bukanlah beban tapi justru menjadi kesempatan emas untuk meraih pahala besar di sisi Allah SWT. Mengenai kedudukan suami sebagai pencari nafkah dapat di baca di sini. Dan bagi isteri yang bekerja itu bukanlah kewajiban utama baginya, tapi jika dia memberi sebagian rezekinya kepada suaminya itu diganjar dengan pahala sedekah (baca : sedekah isteri pada suaminya)
HADITS RASULULLAH
"Satu dinar yang kau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang kau infakkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang kau sedekahkan untuk orang miskin dan satu dinar yang kau keluarkan untuk menafkahi keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah yang kau keluarkan untuk menafkahi keluargamu." (H.R.Muslim)
REZEKI YANG DIBELANJAKAN UNTUK KELUARGA
- Rezeki yang kita berikan pada isteri ataupun keluarga kita memiliki nilai pahala yang lebih besar di sisi Allah dibandingkan sedekah kita pada orang lain. Jadi rezeki yang kita peroleh utamakanlah terlebih dahulu untuk keluarga kita baru ke orang lain.
- Bukan berarti kita tak boleh dan tidak perlu bersedekah kepada orang miskin atau membantu dan mengembangkan dakwah. Tapi substansi dari hadits di atas adalah jika kita telah menunaikan kewajiban menafkahi anak isteri dan keluarga kita, kemudian sisanya dipakai untuk sedekah, infak, sumbangan, donasi rumah ibadah, maka yang paling besar pahalanya adalah uang belanja / rezeki yang di makan oleh anak dan isteri kita.
KESIMPULAN
- Silakan bersedekah, membelanjakan uang di jalan Allah, setelah kewajiban utamamu untuk memenuhi rezeki / nafkah anak isterimu selesai.
- Hendaknya para ayah / suami yang saleh semakin semangat dalam mencari rezeki yang halal. Jangan sampai tuntutan kehidupan membuatnya menyimpang ke jalur yang salah, mencari rezeki haram. Sebanyak-banyaknya rezeki haram tidak akan membawa kebahagiaan. Hanya kesengsaraan jualah yang diberinya. Bukan hanya pada kita, tapi pada anak isteri yang turut merasakan rezeki haram itu. (baca : konsekuensi rezeki haram)
- Bergembiralah ketika melihat anak isteri kita menikmati suapan demi suapan makanan hasil jerih payah kita. Berbahagialah saat melihat anak isteri menutup aurat dari pakaian yang dibeli dari uang hasil keringat kita. Bersuka ria lah saat melihat anak isteri tertidur pulas di rumah sederhana yang bisa kita sediakan sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab.
- Mudah-mudahan Allah menjadikannya sebagai pemberat amal kebaikan kita. Amiin...
- Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Pahala Pencari Rezeki"