SAAT MUSIBAH DATANG...
- Beberapa hari terakhir ini kita dikejutkan dengan musibah jatuhnya pesawat Aviastar rute Masamba - Makassar yang jatuh di pegunungan Latimojong, Luwu yang menewaskan 7 orang penumpangnya plus 3 orang awak pesawat. Setelah melalui pencarian di medan yang berat selama 4 hari, akhirnya pesawat naas itu ditemukan meskipun telah menjadi serpihan dan meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga penumpang dan awak pesawat.
- Saya pribadi sangat concern dengan berita ini karena selain terjadi di Sulawesi Selatan, daerah di mana saya tinggal, juga kebetulan saya mengenal secara pribadi orang tua dari salah satu korban pesawat dan turut berduka dengan kehilangan yang dirasakannya. Bukan hal yang mudah bagi kolega saya tersebut untuk menerima kenyataan anak kesayangan plus 2 orang cucu terkasih direnggut darinya justru saat mereka berniat untuk mengunjunginya di Makassar.
- Duka tak harus membuat kita jadi lumpuh. Musibah adalah anugerah, adalah pengingat dari Yang Maha Kasih. Anak dan cucu itu rezeki yang dititipkan Allah pada kita. Mereka milik Allah, dan saat Pemiliknya memintanya kembali kita harus ikhlas.
Rezeki itu titipan
- Mungkin anda dan juga saya kadang bertanya, mengapa milik saya yang notabene telah menjadi rezeki saya diambil kembali oleh Allah? Keluarga tercinta yang direnggut dari kita oleh kematian, membuat kita hancur karena rasa kehilangan. Rumah yang ditempati sebagai tempat bernaung dan dibangun dengan tetesan keringat tiba-tiba habis terbakar, menyisakan puing-puing kedukaan bagi kita. Uang yang kita simpan baik-baik untuk memenuhi kebutuhan tak terduga ternyata hilang digondol maling atau ditipu orang.
- Rezeki yang telah diberi Allah tidak mutlak akan bersama kita selamanya. Karena bukan kita pemilik sejatinya. Kita hanya dititipi. Apakah itu keluarga, harta benda, uang, kesehatan, bahkan nyawa kita sendiri pun di luar kuasa kita. Lalu kalau semua itu bukan milik kita, lalu mengapa kita tidak ridha dan susah mengikhlaskannya saat lepas dari genggaman?
- Seperti kejadian yang dialami jamaah haji tahun 2015 baru-baru ini, dimana ribuan nyawa melayang saat melakukan ibadah haji justru di tanah haram, tempat rumah Allah bermukim. Karena nyawa itu titipan, dan bisa diambil di mana saja dan kapan saja oleh Pemiliknya.
Berkaca dari sebuah musibah
- Musibah yang dialami, kehilangan orang tercinta dan harta benda bagaimana menyikapinya? Apa yang bisa dipetik dari semua itu?
(1) Tidak semua milik kita akan terus tinggal bersama kita
- Begitu juga rezeki. Tidak semua rezeki yang diberi Allah dan sudah kita klaim sebagai milik kita akan terus menemani kita. Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki darimana kita belajar IKHLAS?
(2) Tidak semua impian dan keinginan kita harus terwujud
- Kita memimpikan peningkatan hidup, kebahagiaan yang terus menerus dengan limpahan rezeki dari Allah SWT terus terwujud. Kenyataannya tidak demikian. Karena hari-hari kelam dan kegagalan pun bisa mengisi kehidupan kita. Jika semua yang kita impikan terus terwujud darimana kita belajar SABAR?
(3) Tidak semua doa kita dikabulkan
- Kita menginginkan rezeki terus bertambah dan terus mengupayakan doa di setiap sujud, tapi kenyataannya doa itu tak selalu dikabulkan bukan? Jika setiap doa kita dikabulkan Allah bagaimana kita bisa belajar IKHTIAR?
(4) Tidak semua orang yang kita sayangi membalas perasaan kita
- Kita menginginkan orang terkasih terus menjadi rezeki penawar rindu dan pemberi kebahagiaan bagi kita. Tapi kenyataannya hati itu dibolak-balik dan dia berubah perasaannya pada kita, membuat kita meras sedih dan tidak diinginkan. Jika semua orang yang kita sayangi membalas perasaan kita bagaimana kita belajar MENERIMA KENYATAAN?
(5) Tidak semua tindakan kita itu benar
- Kita menginginkan semua tindakan kita benar, tapi kenyataannya tindakan kitapun banyak yang salah. Dan kesalahan itu berakibat pada hilangnya rezeki, harta benda, pertemanan dan sebagainya, membuat kita seolah terpuruk. Jika semua tindakan kita benar darimana kita belajar tentang KESALAHAN?
(6) Tidak selalu kita diperlibatkan dengan hal yang benar dan orang yang benar
- Kenyataannya seringkali kita terlibat dengan hal-hal yang salah, mengambil keputusan yang salah dan bergaul dengan orang-orang yang salah yang merugikan kita. Jika kita tidak pernah merasakan terlibat dengan hal-hal yang salah, membuat keputusan yang salah, bergaul dengan orang yang salah darimana kita belajar MENGHADAPI saat kita diperhadapkan dengan situasi yang berat dan MENGHARGAI saat semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja?
- Saat rezeki kita diambil kita bisa BERSYUKUR dan menghargai saat kita diberi rezeki banyak.
(7) Tidak selalu kita berurusan dengan orang yang jujur
- Saat kebohongan sudah menjadi hal yang lumrah, kita menjadi begitu sulit mepercayai siapapun. Jika kita terus diperhadapkan dengan orang yang jujur bagaimana kita bisa belajar WASPADA pada para pembohong dan mulai MEMPERCAYAI diri sendiri ketimbang kata-kata orang lain?
KESIMPULAN
- Ada hikmah di balik semua kejadian, bahkan dibalik musibah yang terus mendera dan membuat kita menderita. Inilah Universitas Kehidupan, tempat kita belajar dan bertahan hidup dari segala masalah dan keluar sebagai pemenang.
- Hanya pemenang yang bisa mengalahkan masalah dan menerima semua ketentuan yang diberi Allah padanya. Masalah tidak melemahkannya, malah membuatnya makin kuat dan makin dekat pada Allah.
- Apakah kita sudah termasuk orang yang demikian? Mari terus berupaya memperbaiki diri.
- Wallahu alam
0 Komentar untuk "Mengapa Rezeki Saya Pergi, Hilang atau Diambil Kembali?"