MEDIA PEMBELAJARAN |
A. Pengertian Media Pembelajaran
AECT (Association of Education and Communication Technology) pada tahun 1977 telah memberi batasan wacana media sebagai segala bentuk dan jalan masuk yang digunakan untuk memberikan pesan atau informasi. Sejalan dengan pendapat di atas, Arsyad (2011:4) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat untuk memberikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Menurut Brigss sebagaimana dikutip Nuryani (2005:114) media pembelajaran merupakan peralatan fisik untuk memberikan atau memberikan isi pembelajaran. Sedangkan berdasarkan Hamalik (1994:12), media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pendapat di atas, ada dua komponen yang terdapat dalam media pembelajaran, yakni 1) komponen isi atau pesan atau komponen materi pembelajaran, dan 2) komponen alat yang digunakan untuk mengantarkan isi atau pesan. Komponen pertama sering disebut dengan software atau perangkat lunak, sedangkan komponen kedua dinamakan hardware atau perangkat keras.
Sejalan dengan pendapat di atas Aqib (2010:58) menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “segala sesuatu yang sanggup digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga sanggup mendorong proses belajar”.
Menurut Arif Sadiman dkk (1993:7), media pembelajaran ialah segala sesuatu yang sanggup digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke peserta sehingga sanggup merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses berguru terjadi.
Sedangkan Oemar Hamalik (1994:12), media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Rustiyah NK yang dikutip oleh Zakiah Darajat (1992:80), bahwa media pembelajaran ialah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antar guru dan siswa dalam proses pengajaran di sekolah.
Sedangkan Mudhofir (1993: 81), bahwa media ialah sumber belajar, secara luas media sanggup diartikan dengan manusia, benda atau pun insiden yang membuat kondisi siswa untuk lebih memungkinkan memperoleh pengetahuan keterampilan atau pun sikap.
Beberapa pendapat di atas pada pada dasarnya menyatakan bahwa media pembelajaran ialah alat, metode dan teknik yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Hal ini berarti media pembelajaran merupakan sumber belajar. Sebagai sumber berguru media sanggup diartikan dengan manusia, benda atau pun insiden yang membuat kondisi siswa untuk lebih memungkinkan memperoleh pengetahuan keterampilan maupun sikap.
Memang pada mulanya, media hanya berupa alat bantu mengajar yang hanya digunakan di dalam kelas. Namun dalam perkembangannya, media tidak cukup hanya digunakan di dalam kelas saja, akan tetapi dimungkinkan juga penggunaannya di luar kelas, dan hal ini berkaitan dengan istilah media pembelajaran (intruksional). Kata intruksional mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru, murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran atau intruksional meliputi pula kegiatan berguru mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh sebab itu, dalam instruction yang ditekankan ialah proses belajar, maka usaha-usaha yang bersiklus dalam memanipulasi sumber-sumber berguru biar terjadi proses berguru dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.
Berdasarkan definisi-definisi wacana media pembelajaran menyerupai yang telah dikemukakan di atas, dapatlah ditarik pengertian pokok wacana media pembelajaran, yaitu:
a. Media pembelajaran identik dengan peragaan.
b. Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses berguru mengajar yang sanggup menunjang efektivitas keberhasilan berguru siswa.
c. Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar proses berguru mengajar.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka perkembangan media pembelajaran begitu cepat, di mana masing-masing media yang ada punya ciri-ciri dan kemampuan sendiri. Dari hal ini, kemudian timbul usaha-usaha penataannya yaitu pengelompokkan atau pembagian terstruktur mengenai berdasarkan kesamaan ciri-ciri atau karakteristiknya. Ciri-ciri umum dari media pembelajaran, adalah:
1. Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang sanggup diraba, dilihat dan didengar dan yang sanggup diamati melalui panca indera.
2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang sanggup dilihat dan didengar.
3. Media pembelajaran digunakan dalam rangka korelasi (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.
4. Media pembelajaran ialah semacam alat bantu berguru mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka belajar.
6. Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang dekat pertaliannya dengan metode belajar.
Berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa media pembelajaran ialah sarana, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka mengidentifikasikan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
B. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Pada mulanya media pembelajaran hanya berupa alat bantu mengajar yang hanya digunakan di dalam kelas. Namun dalam perkembangannya, media tidak cukup hanya digunakan di dalam kelas saja, akan tetapi dimungkinkan juga penggunaannya di luar kelas.
Pada tahun 1964, Edgar Dale berbagi “kerucut pengalaman”. Kerucut pengalaman itu dimulai dari pebelajar sebagai partisipan dalam pengalaman sesungguhnya, menuju pebelajar sebagai pengamat atas suatu insiden tak eksklusif (melalui beberapa medium), dan jadinya pebelajar itu mengamati simbul-simbul yang mewakili insiden itu (Nur, 2000). Dale menyatakan bahwa pebelajar sanggup mengambil manfaat dari kegiatan yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih abnormal tersebut. Gambar 4-4 memperlihatkan kerucut pengalaman Dale tersebut, disertai rumusan Bruner di sampingnya.
Kerucut pengalaman Dale dan keterkaitannya dengan inspirasi Bruner serta korelasi dengan Media Pembelajaran |
Kerucut pengalaman tersebut memberikan citra bahwa proses pembelajaran dengan cara melaksanakan sendiri dan melihat (fokus pada keterlibatan siswa) lebih besar pengaruhnya dari pada proses mendengarkan. Agar kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada proses keterlibatan siswa maka ketersediaaan media pembelajaran mutlak diperlukan. Berdasarkan kerucut pengalaman tersebut, media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat vital bagi keberhasilan proses pembelajaran.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka perkembangan media pembelajaran begitu cepat. Selain mempunyai ciri-ciri umum, masing-masing media pembelajaran mempunyai ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan tersendiri. Ciri-ciri umum dari media pembelajaran berdasarkan Hamalik (1994:12), adalah:
- Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang sanggup diraba, dilihat dan didengar dan yang sanggup diamati melalui panca indera.
- Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang sanggup dilihat dan didengar.
- Media pembelajaran digunakan dalam rangka korelasi (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.
- Media pembelajaran ialah semacam alat bantu berguru mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
- Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka belajar.
- Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang dekat pertaliannya dengan metode belajar.”
Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, sanggup ditarik pengertian pokok wacana media pembelajaran, yaitu:
- Media pembelajaran identik dengan alat peraga.
- Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses pembelajaran yang sanggup menunjang efektivitas keberhasilan berguru siswa.
- Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar kelas.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki setiap media, Rudi Bretz (Sadiman, 1993:20) membagi media dalam delapan klasifikasi, yakni:
- Media audio visual gerak.
- Media audio visual diam.
- Media audio semi gerak.
- Media visual gerak.
- Media visual diam.
- Media visual semi gerak.
- Media audio.
- Media cetak.
Media Pembelaran ini Bisa digunakan sebagai media Audio Visul membisu maupun Gerak |
Susilana (2009:209) yang mengelompokkan media berdasarkan bentuk penyajian dan cara penyajiannya membagi media dalam tujuh kelompok yaitu (a) media grafis, materi cetak, dan gambar diam; (b) media proyeksi diam; (c) media audio; (d) media audio visual; (e) media gambar hidup/film; (f) media televisi; (g) multi media.
Menurut Briggs (Sadiman, 1993:23), media pembelajaran terbagi dalam 13 macam, yaitu:
- Objek.
- Model.
- Suara langsung.
- Rekaman audio.
- Media cetak.
- Pembelajaran terprogram.
- Papan tulis.
- Media transparansi.
- Film rangkai.
- Film bingkai.
- Film.
- Televisi.
- Gambar.
Jenis media yang lebih lengkap dikemukakan Seels dan Glasgow (1990:181-183) yang membagi media pembelajaran dalam dua katagori luas yaitu media tradisional dan mutakhir. Yang termasuk media tradisional adalah:
- Visual membisu yang diproyeksi
- Visual yang tak diproyeksi
- Audio
- Penyajian multimedia
- Visual dinamis yang diproyeksikan
- Cetak
- Permainan
- Realia
Adapun yang termasuk media teknologi mutakhir ialah
- Media berbasis telekomunikasi
- Media berbasis microprosesor
- Computer assited instructional
- Permainan computer
- Interaktif
- Hypermedia
- Compact (video) disk
Perkembangan pendidikan yang sangat pesat, kuat pada perkembangan psikologi berguru dan sistem intruksional. Keadaan tersebut, mendorong dan berakibat juga pada kemajuan teknologi pembelajaran dan penambahan gres pada media pembelajaran. Pemikiran-pemikiran dan inovasi gres itu, terjadi antara lain dalam penggunaan multi media dan pusat sumber belajar. Kedua media ini, dianggap sebagai suatu kemajuan besar dan mempunyai peranan yang penting dalam bidang media pembelajaran, yang berfungsi untuk menunjang pelaksanaan sistem intruksional yang lebih efektif.
Hamalik (1994:188) mengelompokkan jenis media yang termasuk dalam katagori multi media, yakni:
- Gambar
- Slide
- Film strip
- Rekaman
- Transparan
- Video tape.
Adapun jenis media yang termasuk dalam katagori pusat sumber berguru berdasarkan Hamalik (1994:195), yakni suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja disiapkan atau diciptakan dengan maksud memungkinkan atau memberi kesempatan siswa belajar. Sumber berguru merupakan semua sumber yang sanggup digunakan oleh siswa, baik secara sendiri-sendiri atau gotong royong dengan siswa lainnya untuk memudahkan belajar. Sedangkan yang dimaksud pusat sumber berguru ialah suatu daerah yang disiapkan secara khusus dengan maksud penyimpanan dan penggunaan suatu kumpulan sumber-sumber, dalam bentuk tercetak dan tak tercetak. Belajar berdasarkan suatu sumber mengandung makna sistem berguru yang terpusat pada siswa, diindividualisasikan dan sangat berstruktur yang memakai sepenuhnya sumber-sumber yang bermakna, yakni benda dan manusia, dalam rangka menciptakan situasi berguru yang efektif.
AECT sebagaimana dikutip oleh Rohani (1991:155-156), mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai sumber berguru menjadi enam macam, yaitu:
- Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain yang dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan ialah semua bidang studi/mata kuliah atau materi pengajaran yang diajarkan kepada siswa, dan sebagainya.
- People (orang), yakni insan yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini contohnya guru/dosen, tutor siswa dan sebaginya.
- Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat perangkat keras atau pun oleh dirinya sendiri. Berbagai jadwal media termasuk media materials menyerupai transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku dan sebagainya.
- Device (alat), yakni (suatu perangkat keras) yang digunakan untuk memberikan pesan yang tersimpan dalam bahan, contohnya OHP, slide, video, tape recorder, dan sebagainya.
- Technique (teknik), yaitu mekanisme atau pola yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk memberikan pesan. Misalnya pengajaran terprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
- Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan non fisik, contohnya suasana berguru itu sendiri, tenang, lelah, ramai dan sebagainya.
Media pembelajaran kalau dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada alat-alat audio visual saja yang sanggup dilihat dan sanggup didengar, melainkan juga hingga pada kondisi pribadi siswa dan tingkah laris guru.
Berdasarkan hal tersebut, media pembelajaran berdasarkan Hamalik (1994:36-37) sanggup diklasifikasikan sebagai berikut:
Berdasarkan hal tersebut, media pembelajaran berdasarkan Hamalik (1994:36-37) sanggup diklasifikasikan sebagai berikut:
- Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials), berupa materi bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah, buletin, pamflet dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan bacaan dan memakai simbol-simbol kata atau visual.
- Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri atas:
- Media pembelajaran tanpa proyeksi, menyerupai papan tulis, papan tempel, papan flannel, bagan, diagram, grafik, poster, kartun, komik, gambar.
- Media pembelajaran tiga dimensi, alat-alat yang tergolong kepada kategori ini terdiri model benda asli, benda tiruan, boneka, topeng, dan lainnya
- Media pembelajaran yang memakai teknik atau mesin, alat-alat yang tergolong dalam kategori ini antara lain, slide, film, kaset rekaman, radio, televisi, laboratorium elektronik, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi dan komputer.
- Sumber-sumber masyarakat berupa objek-objek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan makalah dan sebagainya. Dari banyak sekali bidang meliputi data kependudukan, sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintah, kebudayaan, politik dan lain-lain. Untuk mempelajari hal tersebut, diharapkan banyak sekali metode menyerupai karya wisata, survei, berkemah, dedikasi sosial, praktek kerja nyata atau lapangan dan lain-lain.
- Kumpulan benda-benda (materials collection), berupa benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari seperti, potongan kaca, potongan sendok, daun, benih, bibit, materi kimia, dan lain-lain.
- Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru, meliputi semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru sewaktu mengajar, misalnya, dengan tangan, kaki, gerakan badan, mimik dan lain-lain. Peragaan yang tergolong dalam kategori ini tak mungkin disebutkan satu-satu, sebab sangat banyak macamnya dan sangat tergantung kepada kreasi dan inisiatif pribadi guru sendiri, tetapi pada pokoknya jenis media ini hanya sanggup dilihat, didengarkan, dan ditiru oleh siswa.
Agak berbeda dari beberapa pendapat di atas, Smaldino, Lowther, dan Russel (2011:7) mengkatagorikan media dalam enam katagori dasar, yakni teks, audio, visual, video, perekayasa (manipulative), dan orang-orang. Teks merupakan huruf alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam format apapun, menyerupai buku, papan tulis, dan sebagainya. Audio meliputi apa saja yang bias didengar. Visual meliputi diagram pada sebuah poster, gambar, foto dan lainnya. Video merupakan media yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer dan sebagainya. Perekayasa dimaksud sebagai benda tiga dimensi, bisa disentuh dan dipegang oleh siswa. Dan katagori terakhir ialah orang, termasuk didalamnya guru, siswa atau para ahli.
C. Manfaat Media Pembelajaran
Arsyad (2011:15) menyatakan bahwa: “Fungsi utama media pembelajaran ialah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan berguru yang ditata dan diciptakan oleh guru”. Pernyataan di atas memberi penegasan bahwa media merupakan alat bantu bagi terciptanya kegiatan berguru dan pembelajaran.
Sudjana (2010:99-100), mengemukakan ada enam fungsi dari alat peraga dalam proses berguru mengajar, yaitu:
- Penggunaan alat peraga dalam proses berguru mengajar bukan merupakan fungsi komplemen tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi berguru yang efektif.
- Penggunaan alat peraga merupakan potongan yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
- Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan materi pelajaran/pembelajaran.
- Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses berguru supaya lebih menarik perhatian siswa.
- Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan biar siswa sanggup memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
- Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempertinggi mutu berguru dan pembelajaran. Dengan perkataan lain melalui memakai alat peraga hasil berguru yang dicapai akan tahan usang diingat oleh siswa, sehingga pembelajaran mempunyai nilai yang tinggi
Levie dan Lentz (Arsyad, 2011:16) mengemukakan 4 Fungsi media pembelajaran, yakni a) fungsi atensi; b) fungsi afektif; c) fungsi kognitif; dan d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi merupakan fungsi inti media yakni manarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada materi pembelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang disampaikan atau menyertai materi pembelajaran. Fungsi afektif berkaitan dengan perasaan bahagia yang dimiliki siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Fungsi kognitif mengandung makna bahwa lambing visual atau gambar sanggup memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar atau media pembelajaran. Sedangkan fungsi kompensatoris mengadung makna bahwa media berfungsi untuk mengakomodasikan atau membantu siswa yang lemah dan lambat mendapatkan atau memahami materi pembelajaran yang disajikan dengan teks (verbal).
Kemp dan Dayton (1985:3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang memperlihatkan dampak positif dari penggunaan media sebagai potongan integral dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yakni:
- Penyampaian materi pembelajaran menjadi baku
- Pembelajaran menjadi lebih interaktif
- Lama waktu pembelajaran yang diharapkan sanggup dipersingkat namun hasil lebih maksimal
- Kualitas hasil pembelajaran sanggup ditingkatkan
- Pembelajaran sanggup diberikan kapan dan di mana saja
- Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses pembelajaran sanggup ditingkatkan.
- Peran guru sanggup berubah ke arah yang lebih positif.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi yang sangat kuat bagi pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam penggunaan media, guru harus bisa memakai banyak sekali jenis media semaksimal mungkin, termasuk juga melaksanakan percontohan di depan kelas sehingga siswa sanggup lebih gampang memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
D Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2011:75) ada enam kriteria yang harus diperhatikan guru dalam pemilihan media. Keenam kriteria tersebut adalah:
- Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
- Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
- Praktis, luwes dan bertahan
- Guru terampil menggunakannya
- Pengelompokkan sasaran
- Mutu teknis
Kriteria yang paling utama dari enam kriteria dalam pemilihan media ialah kesesuaian pemilihan dan penggunaan media dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai, isi materi pembelajaran, dan guru harus terampil mengunakannya Sebagai contoh, apabila tujuan atau kompetensi siswa bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang sempurna untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih sempurna digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan siswa; ketersediaan; dan mutu teknis.
Warsita (2008:253) mengemukakan ada sembilan kriteria dalam pemilihan media pembelajaran, yakni:
- Kesesuian media dengan tujuan atau kompetensi
- Kesesuian media dengan jenis pengetahuan
- Kesesuian media dengan sasaran
- Ketersediaan atau kemudahan untuk memperolehnya
- Biaya, penggunaan media dimaksud untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran
- Kemampuan media, untuk berguru individual, kelompok kecil, kelompok besar atau massal.
- Karakteristik media yang bersangkutan
- Waktu, berapa usang waktu yang diharapkan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih.
- Mutu teknis.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Susilana (2009:204-205) yang mengartikan media dalam arti yang lebih luas yakni sebagai sumber berguru mengemukakan beberapa kriteria dalam pemilihan dan penggunaan media. Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan media pembelajaran adalah:
- Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.
- Dukungan terhadap isi materi pmbelajaran.
- Kemudahan memperoleh sumber berguru atau media yang akan digunakan.
- Keterampilan guru dalam menggunakannya.
- Tersedia waktu untuk menggunakannya.
- Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Adapun kriteria dalam penggunaan media mencakup:
- Media atau sumber berguru yang digunakan sanggup meningkatkan kemampuan siswa.
- Media atau sumber berguru yang digunakan cukup memadai dengan memanfaatkan sumber berguru secara efektif.
- Isi dari media atau sumber berguru yang digunakan memenuhi syarat untuk menjelaskan materi yang akan disampaikan.
- Media atau sumber berguru yang digunakan bisa menarik perhatian siswa.
- Media atau sumber berguru yang digunakan bisa menjelaskan materi secara detail.
- Media atau sumber berguru yang digunakan telah memuat seluruh informasi yang akan disampaikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa setidaknya ada tujuah kriteria yang harus diperhatikan guru dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu:
- Media yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
- Media yang digunakan sesuai karakteristik materi pelajaran;
- Media yang digunakan sesuai dengan keadaan siswa;
- Kemampuan guru dalam memakai media;
- Media yang digunakan sanggup meningkatkan motivasi berguru siswa;
- Media yang digunakan bervariasi dan inovatif;
- Media yang digunakan hendaknya cukup dikenal audience (siswa) atau bersifat kontekstual.
E. Fungsi Dan Tujuan Media Pembelajaran
1. Fungsi Media Pembelajaran
Pada dasarnya, media ialah sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses berguru mengajar. Sebagai alat komunikasi, media pembelajaran tidak lepas dari tujuan dan alat fungsinya, maka bergotong-royong sebagai media komunikasi mempunyai fungsi yang luas di antaranya:
a. Fungsi edukatif media komunikasi, yakni bahwa setiap kegiatan media komunikasi mengandung sifat mendidik sebab di dalamnya memberikan efek pendidikan.
b. Fungsi sosial media komunikasi, media komunikasi memberikan informasi konkret dan pengalaman dalam banyak sekali bidang kehidupan sosial orang.
c. Fungsi hemat media komunikasi, media komunikasi sanggup digunakan secara intensif pada bidang-bidang pedagang dan industri.
d. Fungsi politis media komunikasi, dalam bidang politik media komunikasi sanggup berfungsi terutama politik pembangunan baik material maupun spiritual.
e. Fungsi seni dan budaya media komunikasi, perkembangan ke bidang seni dan budaya sanggup tersebar lewat media komunikasi.
Dan menyerupai telah dikemukakan di atas, bahwa media pembelajaran identik dengan keperagaan, sebagai alat peraga media mempunyai fungsi menyerupai pernyataan Nana Sudjana (1995:1991), bahwa ada enam fungsi dari alat peraga dalam proses berguru mengajar, yaitu:
a. Penggunaan alat peraga dalam proses berguru mengajar bukan merupakan fungsi komplemen tapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi berguru yang efektif.
b. Penggunaan alat peraga merupaka potongan yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan materi pengajaran. Ini berarti bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan materi pelajaran.
d. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan bahwa sekedar melengkapi proses berguru supaya lebih menarik perhatian siswa.
e. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.
f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu berguru mengajar, dengan perkataan lain memakai alat peraga hasil berguru yang dicapai akan tahan usang diingat oleh siswa.
Oleh sebab itu, dalam hal penggunaan alat peraga, guru harus bisa memakai jenis alat peraga apa saja semaksimal mungkin, termasuk juga melaksanakan percontohan di depan kelas misalkan wacana salah satu gerakan sholat dalam hal ini guru memberikan contoh eksklusif kepada siswa, sehingga siswa sanggup lebih gampang memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa fungsi media pembelajaran sangat kuat terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.
2. Tujuan Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai suatu media komunikasi antara guru dan siswa dalam pengajaran, sudah barang tentu sangat dekat kaitannya dengan kegiatan proses berguru mengajar. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa tujuan berguru mengajar sangat penting bagi media pembelajaran, dalam hal:
a. Tujuan pengajaran memilih arah yang hendak dicapai oleh media pembelajaran.
b. Tujuan pengajaran memilih alat/atau media pembelajaran apa yang akan digunakan.
c. Tujuan pengajaran memilih proses, metode, dan media pembelajaran apa yang akan digunakan oleh guru dalam membimbing kegiatan berguru siswa.
d. Tujuan pengajaran memilih proses kegiatan komunikasi pendidikan sekolah.
e. Tujuan pengajaran memilih teknik evaluasi terhadap penggunaan media pembelajaran.
f. Tujuan pengajaran memilih arah dan kebijakan yang ditempuh dalam manajemen media pembelajaran di sekolah.
Oleh sebab itu, maka tujuan pendidikan dan pengajaran harus dirumuskan secara jelas, terarah, sistematis, dan maksimal, sehingga dari tujuan itu sanggup memilih terhadap pemilihan, penggunaan, produksi, penilaian, dan pengelolaan (administrasi) media pembelajaran yang sempurna di sekolah.
Referensi
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arif Sadiman (1993) Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Arif Sadiman (1993) Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Adtya Bakti.
Kemp. 1977. Intructional Design: a Plan for Unit and Curriculum Development. New York: Technology Publ.
Kemp, J.E. & Dayton. D.K. 1985. Planning and Producing Instrutional Media (Fifth Edition).New York : Harper & Row. Publishers. .
Mappire, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional.
Marimba, Ahmad D. 1980. Pengantar Filsaf at Pendidikan Islam. Bandung: PT. AlmaĆarif.
Mudhofir, (1993) Teknologi Intruksional, Bandung: Remaja Rosda Karya
Nana Sudjana (1995), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Rohani, Ahmad. 1991. Pengelolaan Pelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman, Arief S. 1993. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Seels, Barbara B. dan Glasgow. 1990. Exercises in Intructional Design. Columbus: Merril Publishing Company.
Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya (Intructional Technology: The Definition and Domains of the Filed) Diterjemahkan oleh Dra. Dewi S. Prawiradilaga, dkk. Jakarta: UNJ
Smaldino, Sharon E.; Deborah L. Lowther; dan James D. Russell. 2011. Intructional Technology and Media For Learning (Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar) Diterjemahkan oleh Arif Rahman. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Susilana, Rudi. 2009. “Sumber Belajar dalam Pendidikan”. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II : Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama (Halaman 197 – 220)
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cpta
Oemar Hamalik (1994) Media Pendidikan, Bandung: Citra Adtya Bakt
Zakiah Darajat (1992) Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara
0 Komentar untuk "Media Pembelajaran"