Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan

MAKALAH ESSENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK MASA DEPAN


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami sanggup menuntaskan makalah ilmiah wacana Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan.

Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan pemberian dari aneka macam pihak sehingga sanggup memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami memberikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh lantaran itu dengan tangan terbuka kami mendapatkan segala saran dan kritik dari pembaca biar kami sanggup memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan ini sanggup memperlihatkan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................. 
DAFTAR ISI ............................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................
 1.1.Latar Belakang ...........................................................
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................
1.3.Tujuan ..........................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................
2.1. Konsep dan urgensi pendidikan pancasila ………….
2.2. Mengapa dibutuhkan pendidikan pancasila .............................
2.3. Menggali sumber historis, sosiologias, politis pendidikan pancasila ...........
2.4. Argument wacana dinamika dan tantangan pancasila ..........................................
2.4. Essensi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan..........................
BAB III PENUTUP ...................................................................
 3.1. Kesimpulan ............................................................
3.2. Saran ...........................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas, ialah nama dasar negara kita, negara republik indonesia. Nama pancasila itu sendiri bersama-sama tidaklah terdapat baik di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Namun telah cukup terperinci bahwa pancasila yang dimaksud ialah lima dasar negara indonesia, sebagaimana yang tercantum didalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat yang berbunyi.
1.         Ketuhan yang Maha Esa
2.         Kemanusian yang Adil dan Beradap
3.         Persatuan indonesia
4.         Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5.         Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pendidikan pancasila termasuk mata kuliah yang banyak terkena efek proses reformasi. Bukan hanya materinya yang banyak berubah. Proses pendidikan juga seharusnya mengalami perubahan mendasar. Perubahan materi pendidikan pancasila menyangkut amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945 wacana ketatanegaraan dan hak asasi manusia. Perubahan proses perkulihan berkaitan dengan kebebasan yang lebih besar kepada mahasiswa untuk memrefleksikan dan bersikap kritis terhadap implementasi kebijakan pemerintah. Apabila pembatasan ruang gerak pendidikan pancasila terebut dilakukan maka pendidikan pancasila akademi tinggi tidak akan disukai oleh mahasisiwa. Bagaimana pun juga, mahasiswa sanggup mendapatkan informasi dan mendiskusikan informasi tersebut melalui media pendidikan yang bermacam-macam diluar perkuliahan. Jika perkulihan pendidikan pancasila dilakukan terbatas, maka ia akan berhadapan dengan situasi luar bergerak secara dinamis.

1.2. Rumusan persoalan
1.     Menelusuri konsep dan urgensi pendidikan pancasila?
2.     Menanya alasan mengapa dibutuhkan pendidikan pancasila?
3.     Menggali sumber historis, sosiologias, politis pendidikan pancasila?
4.     Argument wacana dinamika dan tantangan pendidikan pancasila?
5.     Mendiskripsikan essensi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan?

1.3. Tujuan
1.    Untuk mengetahui konsep dan urgensi pendidikan pancasila
2.    Untuk Menanya alasan mengapa dibutuhkan pendidikan pancasila
3.    Untuk Menggali sumber historis, sosiologias, politis pendidikan pancasila
4.    Untuk memperlihatkan Argument wacana dinamika dan tantangan pendidikan pancasila
5.      Untuk Mendiskripsikan essensi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Urgensi Pendidikan Pancasila
Mata kuliah Pendidikan Pancasila diberikan lantaran adanya kesadaran akan perlunya pendidikan yang berkesinambungan mulai dari sekolah dasar hingga akademi tinggi. Diharapkan, dengan pemahaman yang semakin mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi muda sanggup mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
Pendidikan Pancasila juga diberikan lantaran fakta kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik individual maupun kolektif sebagai bangsa. Dengan kata lain, mata kuliah ini dihidupkan lantaran adanya kesenjangan antara kata/pengetahuan dan perbuatan/tingkah laku.
Kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila sanggup disaksikan di semua bidang kehidupan, dari semua kelas sosial, dan di hampir semua profesi. Fakta paling terperinci ialah korupsi yang dilakukan di semua lini, mulai dari pejabat pemerintah maupun institusi pemerintah dan swasta. Catatan Kementerian Dalam Negeri RI menyebutkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2005-2013 ada 277 gubernur, walikota, dan bupati yang terlibat korupsi, dan 3.000 anggota DPRD terjerat hukum. Dalam kurun waktu yang sama terdapat 137 anggota DPRD provinsi dan 1.050 anggota DPRD kabupaten/kota terlibat korupsi (Suara Pembaruan, 9 Desember 2013).
Kasus terbaru yang “mengguncang” seluruh kehidupan bangsa ialah tertangkap tangannya Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar lantaran dugaan terlibat suap, merupakan fakta betapa nilai Pancasila hanya menjadi hiasan bibir kala pejabat mengucapkan sumpah jabatan.
Selain kasus korupsi, patut disebutkan beberapa tanda-tanda yang mencerminkan kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila, menyerupai kerusuhan dan sengketa berlatarbelakang SARA, kekerasan dalam rumah tangga, kesenjangan ekonomi, ketakmampuan golongan rendah untuk masuk jenjang sekolah dasar hingga akademi tinggi, aneka macam macam dan tingkat kriminalitas, diskriminasi perempuan, dan UU dan peraturan kawasan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sekedar menyebut beberapa contoh.
Sistem ekonomi Indonesia yang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dikenal sebagai demokrasi ekonomi berlandaskan gotong royong, pada praktiknya lebih condong ke sistem ekonomi liberal yang makin memarginalkan kelas bawah. Kesenjangan ekonomi tampak dengan terperinci lantaran dalam sistem liberal menyerupai ini hanya orang-orang kaya yang tambah kaya, sebaliknya orang miskin makin terpuruk. Kekayaan tanah tumpah darah Indonesia yang sebetulnya dikelola untuk kesejahteraan rakyat dikuasai oleh pihak abnormal dan konco-konconya orang-orang kaya.
Pendidikan Pancasila diberikan lantaran kesadaran akan semakin derasnya arus ideology asing, khususnya kapitalisme dan neoliberalisme, yang berkat sayap raksasa globalisasi menggempur seluruh pelosok Indonesia tanpa henti. Materialisme, hedonism, konsumtivisme, serta gaya hidup yang dibentuknya telah dan sedang menerjang sudut-sudut terpencil Indonesia. Nilai-nilai abnormal yang sangat digandrungi cukup umur dan kaum muda itu dikhawatirkan akan semakin melunturkan nilai-nilai Pancasila. Sebab itu dirasakan pendidikan Pancasila sebagai suatu keharusan.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memperlihatkan pemahaman benar akan Pancasila. Tidak disadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang tidak benar, yang merupakan bentuk tersamar dari ideology yang justru bertentangan dengan Pancasila. Oleh alasannya ialah itu Pancasila yang diajarkan dalam Pendidikan Pancasila ialah Pancasila yang sanggup dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan obyektif-ilmiah. Secara yuridis-konstitusional Pancasila ialah dasar Negara yang merupakan dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Secara obyektif-ilmiah Pancasila ialah paham filsafat yang sanggup diuraikan dan diterima secara rasional.
UU No.20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional, yang diejawantahkan dalam PP No.19 Tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan tetapkan kurikulum tingkat Satuan Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Pendidikan kewarganegaraan memuat pendidikan Pancasila sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi negara.
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, dalam SK No.43/DIKTI/Kep/2006 tetapkan wacana rambu-rmbu Pelaksanan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, termasuk di dalamnya Pendidikan Pancasila.
Pertanyaannya: Pancasila yang mana? Pertanyaan ini masuk logika lantaran Indonesia pernah mempunyai tiga UUD, yaini Undang-Undang Dasar 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950 yang memuat Pancasila pada pembukaannya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, dikelurkan Instruksi Presiden (Inpres) No.12 Tahun 1968. Inpres ini menyatakan bahwa Pancasila yang resmi ialah Pancasila yang tata urutan sila-silanya terdapat pada alinea 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi:
1.     Ketuhanan Yang Maha Esa
2.     Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.     Persatuan Indonesia
4.     Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.     Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


2.2. Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan pendidikan pancasila sanggup dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan pancasila ialah biar subjek didik mempunyai moral yang sesuai dengan nilai pancasila moralitas itu bisa itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari (UU No.2 Tahun 1989). Perilaku moral ialah perilaki keimanan dan ketakwaan terhadap yang kuasa yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari aneka macam agama, perilau kemanusian yang adil dan beradap, sikap yang mendukung persatuan bangsa indonesia. Adapun tujuan pendidikan pancasila diperguruan tinggi ialah biar mahasiswa:
1.         Dapat memahami dan bisa melakukan kalau pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam kehidupan sebagai warganegara indonesia.
2.         Menguasai pengatahuan wacana bermacam-macam persoalan dasar berkehidupan bermasrakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandasan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3.         Memupuk sikap dan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma pancasila, sehingga bisa menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan iptek dan pembangunan.
4.         Membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menerapkan taktik heuristik terhadap nilai-nilai pancasila.


2.3. Menggali sumber Historis, Sosiologis, Politis Pendidikan Pancasila
a. Landasan Historis
Landasan historis ialah landasan-landasan fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan materinya, rancangan modal pembelajaranya, dan evaluasinya. Formasi pendidikan pancasila tentu saja tidak hanya mempunyai prespektif waktu kebelakang yang berisi alasan-alasan historis perlunya sikap tertentu bagi generasi muda. Pada dasarnya, tujuan pendidikan pancasila memformulasikan apa yang penting dari masa lampau, persoalan yang dihadapi pada sekarang, dan impian wacana kehidupan ideal dimasa lampau.

b. Landasan Sosiologis
Sosiologi ialah ilmu wacana kehidupan antarmanusia. Didalamnya mengkaji,
antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan
sosial dari aneka macam golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga
mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam
masyarakat.
Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan sanggup mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan memakai standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan menempel pada bangsa itu sendiri. Nilainilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi
Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan
sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak diragukan lagi karena
dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali Pancasila, meskipun beliau
dengan rendah hati membantah apabila disebut sebagai pencipta Pancasila,
sebagaimana dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut:
Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut ialah Pancasila
sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ide dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa Pancasila merupakan penyebab lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan makna Alinea III Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai makhluk Tuhan, sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan ialah dengan memperlihatkan donasi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat. Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan ialah dengan memperlihatkan donasi konkret bagi pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak, lantaran dengan dana pajak itulah pembangunan sanggup dilangsungkan secara optimal.
Landasan keberlakuan sosiologis merujuk kepada penerimaan warga masyarakat sebagai sesuatu yang dibutuhkan secara ideology, poltik, ekonomi, social budaya. Pertahanan dan keamanan ( ipoleksosbudhankam ). Dengan penyelenggaraan pendidikan pancasila sesuai dengan kebutuhan insan ( human needs ). Maka pendidikan pancasila akan berjalan efektif.
Sejalan dengan Landasan keberlakuan sosiologis Pancasila diharapkan kita  dapat berpartisipasi dalam meningkatkan fungsi-fungsi forum pengendalian sosial (agent of social control) yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

c. Politisi Pendidikan Pancasila
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila ialah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya biar Anda mampu
mendiagnosa dan bisa memformulasikan saran-saran wacana upaya atau
usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi
politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam
mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai berikut: “Ideologi politik ialah himpunan nilai-nilai, idée, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok oran, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap insiden dan problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laris politiknya.”
Melalui pendekatan politik diharapkan bisa menafsirkan fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik yang sehat. Pada gilirannya, Anda akan bisa memperlihatkan donasi konstruktif dalam membuat struktur politik yang stabil dan dinamis.
Secara spesifik, fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu
menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman
dalam mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang mencakup negara
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),
kebijakan (policy), dan pembagian (distribution) sumber daya negara, baik di
sentra maupun di daerah. Melalui kajian tersebut, Anda diharapkan lebih
termotivasi berpartisipasi memperlihatkan masukan konstruktif, baik kepada
infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.

2.4. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
Indonesia, terhampar dari Sabang hingga Marauke. Seperti yang diketahui bersama, Indonesia sebagai negara kepulauan terbentuk dari keberagaman suku, adat-istiadat, dan bahasa. Dengan kondisi sosial budaya Indonesia yang begitu heterogen, pandangan hidup atau ideologi sebagai sebuah dasar negara menjadi simpel sangat dibutuhkan. Indonesia membutuhkan sebuah ideologi netral yang bisa memayungi dan merangkul semua budaya dari aneka macam lapisan masyrakat. Akan tetapi sebelum kita membahas makalah ini, bersama-sama apa itu ideologi?
Secara harfiah, berdasarkan kamus umum bahasa Indonesia ideologi ialah sebuah sistem kepercayaan yang menerangkan, membenarkan suatu tatanan yang ada/yang dicita-citakan dan memperlihatkan taktik berupa prosedur, rancangan, instruksi, serta jadwal untuk mencapainya. Di pihak yang sama, Shawn T. &Sunshine H. (2005) membenarkan bahwa ideologi ialah sebuah sistem pandangan umum wacana sesuatu hal.
Penulis menyimpulkan bahwa terperinci sekali ideologi ialah sebuah pandangan berupa tujuan yang ingin diacapai oleh sebuah kelompok tertentu yang mempunyai kesamaan. Sebuah ideologi sebagai pemersatu bangsa yang ada di Indonesia tidak lain ialah Pancasila, sebuah sistem yang dari awal di cetuskan telah menjadi sebuah dasar dari aneka macam aspek kehidupan bangsa. Pancasila yang terjabar secara konstitusional telah menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa, yang menjadi dasar dari cita budaya dan moral politik nasional (Dwirini, A. 2011).
Lebih dari 66 tahun yang lalu, sejarah Pancasila pada awal-mulanya dibentuk. Diawali ketika pada tanggal 29 April 1945, kaisar Jepang sedang memperingati hari lahirnya. Penjajah jepang berjanji akan memperlihatkan kemerdekaan terhadap bangsa Indonesia. Janji ini diberikan dikarenakan Jepang yang sedang terdesak oleh tentara sekutu. Untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia, bangsa indonesia boleh memperjuangkan kemerdekaannya. Untuk mengawalinya, jepang membentuk sebuah tubuh yang bertujuan untuk memeriksa usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Jepang menentukan ketua (kaicoo) Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat yang kemudian mengusulkan jadwal sidang membahas wacana dasar negara. Pada tanggal 1 Juni, Ir. Soekarno pertama kali mengusulkan istilah Pancasila sebagai dasar negara dan disahkannya Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan terobosan gemilang mengenai dasar negara oleh para founding fathers pada masa itu.
Sejalan dengan berjalannya sebuah negara Indonesia, ideologi Pancasila yang terbentuk mengalami ujian dan dinamika dari sebuah sistem politik. Dimulai dengan sistem demokrasi liberal yang dianut pada masa sehabis indonesia merdeka, pembentukan indonesia serikat, sistem liberal pada UUDS 1945, dan insiden G 30 S PKI.
Menurut Prof. Dr. B.J. Habibie yang menyerupai dikutip dalam Metro TV news.com bahwa semenjak jaman demokrasi parlementer, terpimpin, orde gres dan demokrasi multipartai pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah.
Dengan sejarah usaha pancasila dari awal dibentuknya menyerupai disebutkan di atas, pancasila mengambarkan diri sebagai cara pandang dan metode ampuh bagi seluruh bangsa Indonesia untuk membendung ekspresi dominan negatif perusak asas berkehidupan bangsa. Tantangan yang dahulu dihadapi oleh Pancasila sebagai dasar negara, jenis dan bentuknya kini dipastikan akan semakin kompleks dikarenakan efek globalisasi. Globalisasi berdasarkan Ahmad, M. (2006) ialah perkembangan di segala jenis kehidupan dimana batasanbatasan antar negara menjadi pudar dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berkembangnya arus informasi menjadi sebuah ciri spesifik dari terminologi globalisasi. Setiap warga negara akan semakin gampang dan bebas untuk mengakses aneka macam jenis informasi dari aneka macam belahan dunia manapun dalam waktu yang sangat singkat.
Dengan perkembangan Informasi yang begitu cepat, tantangan yang diterima oleh ideologi pada ketika ini juga menjadi sangat luas dan beragam. Sebagai contoh, beragamnya banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi alasan pemicu konflik horizontal antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari sistim kekeluargaan (contoh: pasar tradisional) menjadi sistem kapitalisme dimana laba merupakan tujuan utama, paham komunisme, liberalisme, terorisme, chauvinisme, dsb. Masih banyak lagi hal dalam kehidupan warga negara indonesia yang dipengaruhi oleh informasi yang begitu gampang dan cepat tersebut, tanpa bisa di sebutkan satu-persatu. Masalah-masalah yang disebutkan diatas bertentangan dengan semua nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai dasar negara.
Lalu bersama-sama apa fungsi Pancasila sebagai dasar negara? Peran pancasila yang pertama intinya ialah Pancasila dipakai sebagai penyaring informasi yang beragam. Bahwa kita mempunyai budaya dan pedoman yang harus tetap dijaga sebagai sebuah identitas bahwa kita ialah bangsa indonesia. Jika sebuah warga negara tertutup, pastinya warga negara tersebut akan tertinggal jauh oleh perkembangan informasi yang begitu cepat. Pancasila menjaga nilai-nilai normatif-filosofis-ideologis bangsa Indonesia biar tetap sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada kala globalisasi kini ini. Pancasila seharusnya juga menjadi batasan pandangan yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga negara. Banyak kalangan yang lupa akan budaya dan bahasa kawasan dikarenakan imbas globalisasi yang sangat hebat, sehingga mengikis ide wacana jati diri bangsa sebagai bangsa Indonesia. Batasan pandangan yang sesuai berdasarkan Pancasila seharusnya menjadi garis bawah bahwa kita seharusnya boleh mengikuti perkembangan zaman, akan tetapi ada beberapa batasan-batasan nilai yang harus dijunjung, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Akan tetapi, fungsi-fungsi tersebut kini ini sudah mulai dilupakan oleh kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan situasi kehidupan bangsa Indonesia di semua level wilayah.
Prof. Dr. B.J. Habibie menuturkan bahwa lenyapnya Pancasila dari kehidupan terkait beberapa hal. Pertama, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah baik di tingkat domestik, regional maupun global. Perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia termasuk dalam corak sikap kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi ketika ini. Kedua, alasan selanjutnya mengapa Pancasila sudah mulai dilupakan ialah terjadinya euforia reformasi sebagai akhir traumatik masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa kemudian yang mengatasnamakan Pancasila. Trauma atas gerakan G30S/PKI yang selanjutnya di lakukan rezim orde gres yaitu menimbulkan Pancasila sebagai alat untuk mempropaganda masyarakat, juga menjadi salah satu alasan mengapa pancasila sudah mulai dilupakan.
Lalu bagaimana cara menghadapi tantangan sudah mulai memudarnya rasa mempunyai warga negara dari setiap nilai-nilai pancasila? hal ini sanggup dilakukan dengan menyadarkan kembali, reaktualisasi nilai-nilai tersebut dalam konteks peri kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, tetap berpegang teguh pada nilai-nilai pancasila, dan penanaman kembali ide wacana Pancasila sebagai dasar negara semenjak dini. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi sudah merupakan tanggung jawab kita bersama, membantu mengatasi Pancasila dalam menghadapi tantangannya di kala global sekarang ini. Walaupun banyak tantangan dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila telah mengambarkan bahwa Pancasila bukan merupakan milik golongan tertentu atau representasi dari suku tertentu. Pancasila itu netral dan akan selalu hidup di segala zaman menyerupai yang telah dilewati di tahun-tahun sebelumnya.

2.5. Essensi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan
Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkanakan bisa mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dalam korelasi internasional serta mempunyai wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan mempunyai pola pikir, pola sikap dan sikap yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ialah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta sikap yang cinta tanah air, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri warga negara Republik Indonesia. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas insan Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian dibutuhkan pembekalan kepada peserta didik di Indonesia yang diantaranya dilakukan melalui Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai dalam kehidupan) yang disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam komponen kurikulum akademi tinggi. Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negaraakan terwujud dalam sikap dan perilakunya bila ia sanggup mencicipi bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi insan sungguh– sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupannya sehari–hari.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan sikap yang :
1.     Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah bangsa
2.     Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3.     Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
4.     Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5.     Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia diharapkan bisa “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional menyerupai yang digariskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 “. Dalam usaha non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas sumber daya insan biar mempunyai daya saing; memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional serta mandiri.


BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian disusun dalam makalah ini maka penulis memberikan bahwa pendidikan pancasila sangat dibutuhkan dalam aneka macam kalangan untuk mewujudkan suatu bangsa dan Negara yang bisa membanggakan pancasila sebagai landasan utama dalam kehidupan berbangsaan bernegara pada khususnya. Oleh lantaran itu dengan penyusunan makalah ini semoga sanggup mempunyai kegunaan bagi para pembaca sebagai pola proses pembelajaran dalam menjawab segala tantangan yang ada.

3.2. Saran
Dalam membuat Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan ini mungkin masih terdapat kesalahan – kesalahan, sehingga kami mengaharapkan kritik dari pembaca biar makalah yang kami buat ini menjadi lebih baik dan lebih sempurna.



Related : Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan

0 Komentar untuk "Makalah Essensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)