Nebar uang.
- Konon kemarin saat hari terakhir ramadhan ini ada orang yang nebar uang dengan cueknya. Lembaran lembaran rupiah pecahan 20 ribu, 50 ribu bahkan 100 ribu, melayang dengan mesranya di udara. Hal itu memancing orang di sekitarnya buat menghentikan aktivitas dan mulai ngejar ngejar atau mungut uang tersebut. Yang naik kendaraan pun serta merta menghentikan kendaraannya dan ikut berburu uang. Hingga memacetkan jalan raya sampai berpuluh puluh kilo. Kemacetan bukan disebabkan arus mudik tapi oleh dermawan yang nebar uang.
- Meski banyak yang penasaran, siapa gerangan pelaku penyebar uang itu tapi itu gak lebih penting lagi, yang penting adalah ngejar ngejar uang sampe dapat. Kapan lagi ada orang khilaf yang bagi bagi duit gratis, kan? Ini peristiwa langka yang perlu dimanfaatkan sesegera mungkin. Persoalan siapa manusia yang demikian baik hatinya, menjadi gak penting lagi.
Nebar kerikil.
- Andai kan suatu ketika orang tersebut datang lagi, tapi kali ini bukan uang yang ditebarkannya tapi kerikil kecil dan itu mengenai kepala setiap orang yang kebetulan ada di bawahnya. Yang terjadi pasti kekacauan juga, bedanya kekacauan ini disertai amarah dari setiap orang yang terkena kerikil. Mereka pasti mencari siapa biang keroknya, untuk dihadapkan depan umum dan mempertanggungjawabkan kelakuannya.
- Kalo dalam soal dermawan yang nebar uang kita sama sekali gak peduli siapa pelakunya, tapi dalam soal kerikil kita merasa perlu mencari biang keladinya. Kenapa? Karena nebar kerikil ke udara itu gak pantas dan bisa menyakiti orang yang tak sengaja terkena lemparannya.
Sikap kebanyakan kita.
- Itulah sikap kebanyakan kita. Gak pernah pusing dengan sumber rezekinya. Yang penting rezekinya bukan sumbernya. Yang penting uangnya dapat, mau lewat nyolong, lewat nemu atau lewat kerja itu gak penting. Dapat rezeki yang banyak itulah tujuan setiap orang. Suami pulang bawa amplop tebel diterima dengan senang hati tanpa sekalipun menanyakan itu amplop dari mana?
- Itulah sikap kebanyakan kita, saat hal yang menyenangkan datang, semua sibuk bersukacita tanpa peduli siapa yang memberi rasa suka cita itu. Lupa kalau Allahlah yang memungkinkan rasa suka cita itu datang pada kita. Hanya sedikit pula yang mampu berterimakasih dan mengucap syukur atas pemberian tersebut.
- Kita menerima begitu banyak rezeki dari Allah tapi kita menganggap itu memang tugas Allah, tanpa pernah sekalipun berpikir apa saya pantas menerimanya ? Mungkin juga jarang jarang bersyukur atas pemberian Nya. Bahkan rezeki itu kita manfaatkan untuk membangkang padaNya..
- Tapi jika yang terjadi sebaliknya, kesulitan yang datang, pasti kita buru buru mencari sumbernya. Saat susah rezeki kita langsung nyari Allah minta rezekinya dilancarkan. Bahkan ada yang protes sama Allah menganggap Allah gak adil. Ngerasa gak pantas diberi cobaan dan kesulitan hidup, tapi gak pernah ngecek diri, mengapa diberi banyak kesusahan. Apa dirinya banyak dosa, banyak ingkar, banyak maksiat, gak pernah dicek. Pokoknya yang diliat hanya susah nya aja..
- Kita ini kesannya hanya pengen nerima kenyamanan dan ogah kalo dikasi kesusahan. Seolah kita pengen ngatur Allah. Kita pengen dikasi kesenangan terus, karena kesusahan itu gak enak. Tapi saat diberi kita lupa Sang Pemberi Kesenangan. Lupa bersujud dan mengucap syukur. Nanti ingat Dia lagi saat kesusahan datang menyerang hidup kita. Kita nganggap Allah itu bemper, alias cadangan solusi saat susah..
Hidup satu paket.
- Padahal hidup kita kan udah satu paket. Selain senang juga ada susah. Itu satu kesatuan yang saling melengkapi dan gak bisa dipisahkan. Allah punya tujuan mengapa kita diberi kesusahan. Agar kita bisa lebih menghargai dan mensyukuri rezeki dan kenyamanan yang diberiNya. Kita gak akan pernah ngerti nikmatnya sehat kalo gak pernah sakit. Kita gak akan pernah bisa bersyukur jadi kaya jika gak pernah ngerasain miskin. Allah ingin disaat senang kita tetap mengingatNya, jika kita susah, tetap sabar dan mensyukuriNya. Kita datang mencari Nya bukan buat protes melainkan buat mohon ampun, mohon ditunjukkan jalan buat kembali kepadaNya, mohon agar bisa diberi kemampuan buat sabar.
- Kudu jelas rezeki sumbernya dari mana? Ya dari Allah, meski kita mencapainya lewat ikhtiar terlebih dahulu. Jangan karena ngerasa sanggup mencari rezeki yang banyak, hantam kromo aja. Yang halal dan haram dicampur adukkan.
- Intinya adalah carilah rezeki yang halal demi mendapatkan ridhaNya. Gunakan rezeki yang ada di jalanNya. Saat diberi kesusahan, bersabarlah dan tetap mengingatNya ! Karena banyak misteri di balik rezekiNya..
Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Kebanyakan Kita Gak Peduli Sumber Rezeki Kita."