Rezeki yang diusahakan bisa bikin susah?
- Mungkin anda bertanya-tanya masa' rezeki bikin susah, bagaimana mungkin rezeki bisa menjadi masalah? Bukankah tiap hari kita bersusah payah mencari rezekinya, masa' begitu dapat, bikin masalah? Kenyataannya ada rezeki yang bikin kita susah dan menjadi masalah bagi keseharian kita. Apa saja itu?
Kapan rezeki menjadi masalah?
(1) Apabila rezeki membawa kita kepada kondisi kufur nikmat.
- Rezeki yang banyak harusnya disyukuri, bukannya membuat kita jadi bangga, sombong, angkuh. Berjalan dengan kepala tegak di atas bumi Allah. Rezeki yang diberi adalah hak prerogatif Allah diberikan pada kita untuk memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi diri, keluarga dan orang lain. Seharusnya membuat kita jadi hamba yang lebih baik, bukannya malah jadi kufur nikmat. Lebih jelasnya bacalah ciri-ciri orang yang kufur nikmat). Artikel jangan sekali-kali mengkufuri rezeki bisa menjawab pertanyaan mengapa kita harus bersyukur atas rezeki?
- Orang yang kufur nikmat itu berbahaya, karena ia selalu merasa kurang dan ingin yang lenih banyak lagi. Jika diusahakan dengan jalan halal mungkin bahayanya tidak begitu besar. Tapi jika diusahakan dengan jalan yang salah, percayalah balasan Allah sangatlah pedih. Di akhirat dia akan dimintai pertanggung jawaban atas semua harta dan rezekinya yang melimpah itu.
(2) Rezeki membawa kita yang tadinya saleh jadi salah
- Rezeki mengubah kualitas kita sebagai hamba yang saleh, yang taat pada Tuhannya di saat susah menjadi orang yang salah dan rajin berbuat dosa dan maksiat saat Allah memberi kelapangan rezeki padanya. Orang seperti ini inilah yang disebut oportunis. Hanya mengangkat tangannya berdoa saat butuh Allah. Begitu keinginannya terkabul, dia lalu lupa dan berbuat seenaknya. Setan membisikkan hal-hal yang terlihat baik di matanya.
- Rezeki yang banyak membuatnya mudah melakukan maksiat. Saat susah dan tidak punya uang dia tidak bisa membeli minuman keras atau membayar pekerja seks komersial untuk melayani hasrat seksualnya. Begitu uang telah dimilikinya mulailah dia mengerjakan hal-hal salah, berupa dosa dan maksiat tanpa malu apalagi takut pada Allah. Dia lupa bahwa Allah bisa saja mengambil apa yang telah diberikannya itu.
(3) Rezeki merubah kita dari alim menjadi lalim
- Banyak atau sedikitnya rezeki harusnya tidak merubah kita sebagai manusia, karena ukurannya di mata Allah tetap sama, yaitu amal salehnya. Kalaupun rezeki yang banyak harus merubah kita, harusnya merubah ke arah yang lebih baik. Sebelumnya kita hanya bisa berinfak seadanya di celengan mesjid, sekarang bisa membangun mesjidnya. Dulu hanya bisa menyumbang 2 sampai 3 eksemplar Al Quran di TPA sekarang malah bisa mendirikan TPA atau rumah tahfidz.
- Tapi jika rezeki yang banyak itu membuat kita lalim dan semena-mena pada orang miskin, melupakan anak yatim, menjadi durhaka pada Allah itulah seburuk-buruknya rezeki yang kita terima. Jumlahnya memang banyak, tapi keberkahannya tidak ada. (baca : apakah rezeki yang berkah itu?)
(4) Rezeki menjadikan kita berkurang iman.
- Rezeki menjadi masalah saat rezeki membuat kualitas keimanan kita menurun. Tadinya rajin dhuha dan tahajud sekarang tidak lagi karena terlalu sibuk mengurusi harta benda dan rezeki yang diberikan Allah. Tadinya sempat berjamaah di mesjid sekarang tidak lagi karena begitu banyaknya rapat dan meeting dengan klien yang harus dihadirinya, Tadi masih sempat shalat tepat waktu sekarang tak bisa lagi karena waktunya habis menghitung-hitung nikmat Allah.
(5) Rezeki menjadikan kita jauh dari Allah
- Rezeki yang tadinya kita minta dalam doa dan sujud disertai cucuran airmata. Begitu diberi kita seolah mengalami euforia, keriangan dan kegembiraan layaknya Orang Kaya Baru. Kita menikmati begitu banyak fasilitas. Dengan kekayaan yang kita miliki kita jadi mudah bergaul dengan kalangan atas seperti pejabat, artis, anggota dewan. Mulailah kita menikmati indahnya dunia yang dulu seolah tak terjamah. Kita lupakan Allah dan sajadah di sudut-sudut rumah. Kita lebih banyak main smartphone ketimbang membuka firman Allah dalam kitabnya. Kita bisa begadang menonton pertandingan bola klub favorit tapi tak bisa bangun saat Allah mengunjungi di sepertiga malam. Kita bisa makan di restoran bintang lima tanpa pernah memperdulikan tetangga yang kelaparan. Kita menahan-nahan harta untuk diri sendiri seolah-olah takut infaknya yang sedikit akan mengurangi jumlah rezekinya.
Itulah pembaca... Hati-hati dengan rezeki anda. Dia ibaratnya koin bermata dua. Ibarat sebilah mata pedang. Bisa berguna dan bisa mencabut nyawa, tergantung pada eksekutornya. Siapkah kita menjadikan rezeki itu rahmat dengan menjadikan diri kita lebih baik?
Wallahu alam
0 Komentar untuk "Kapan Rezeki Menjadi Masalah?"