Menjadi kaya itu cita-cita yang waras.
- Siapa sih yang gak kepengen kaya? Semua orang pengen punya harta tumpah ruah, uang melimpah, rumah megah, deretan mobil mewah dan perhiasan gemerlap yang wah.. Karena semua itu dianggap membahagiakan dan bikin senang. Itu cita-cita orang waras yang anehnya kadang bikin orang jadi gak waras. Menghalalkan segala cara untuk mencapainya, tapi kalo gagal jadi gila dan senewen. Akhirnya bahagia dalam kegilaannya, bermimpi jadi kaya.
- Tapi banyak juga yang tak sanggup menerima kenyataan kalau dirinya kaya sehingga terlena, dibuat mabuk sama harta dunia sampai akhirnya lupa beramal sampai ajal menjemput. Mereka inilah yang paling celaka. Punya harta banyak tapi harta itu justru jadi api yang membakarnya di neraka. (baca : ciri-ciri orang banyak harta yang celaka).
Bisakah jadi kaya tapi tercela?
- Tentu saja ! Perhatikan orang kaya yang tercela dalam surah Al Humazah ayat 1 -4 di bawah ini :
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu akan mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah
- Perilaku orang kaya yang tercela dijelaskan dalam ayat ini yang nantinya akan diganjar al wail (kecelakaan).Ada 2 perilaku ekonomi yang dicela dalam ayat ini yaitu :
1. Mengumpulkan harta dan menghitungnya.
- Yang paling pertama dicela dalam ayat ini adalah kegiatan fisik si orang kaya yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus. Ketika seseorang berusaha dengan berbagai cara agar mendapatkan kekayaan maka ia akan menghitung semua biaya yang dikeluarkannya dan berapa hasil yang akan dieprolehnya. Begitu seterusnya.
- Hasrat untuk menumpuk dan mneghitung kekayaan tak kunjung selesai. Selama hayat masih dikandung badan maka selama itu pula dia akan terus berusaha mencari kekayaan, menumpuk dan menghitung-hitung jumlahnya apakah terus bertambah atau malah berkurang?
- Saat selesai usaha yang satunya akan diikuti usaha lainnya yang jauh lebih keras. Tak ada kata berhenti sampai kematian memutusnya.
- Allah mencela orang seperti ini. Yang hidupnya hanya dihabiskan untuk ngurusin harta melulu, ngurusin bisnis yang terus berkembang dan sibuk dengan pekerjaan yang menyita waktu. Tak ada waktu untuk keluarga tercinta apalagi untuk Allah? (baca : kapan rezeki jadi masalah?).
- Sebenarnya sih bukan hanya orang kaya saja yang sibuk mengejar harta, tapi orang miskin yang kepengen kaya juga melakukan hal yang sama. Allah mencela orang yang hidupnya hanya didominasi oleh harta, hingga lupa melakukan persiapan untuk kepulangannya di kampung abadi di akhirat nanti.
2. Mengira hartanya akan mengekalkannya.
- Selain aktivitas fisik mengumpul dan menghitung harta satu lagi aktivitas orang kaya yang tercela adalah aktivitas mental yang megira hartanya itu akan mengekalkannya. Perilaku mengumpul dan menghitung-hitung harta didorong oleh kondisi mental di mana kekayaan adalah tujuan hidupnya, penentu kebahagiaannya. Dia masih merasa belum sukses dan belum berhasil kalau belum menumpuk harta dalam jumlah tertentu. Dia masih meras menderita dan belum mengecap kebahagiaan kalo belum kaya.
- Kekayaan adalah sumber kebahagiaannya, harta menjadikannya sejahtera, meningkatkan harkat dan martabatnya, meninggikan status kemuliaannya di depan orang banyak. Kalo perlu harta itu dicari sampe tujuh turunan gak bakalan habis. Sehingga orang dan keturunannya akan selalu mengenang nama besar dan perjuangannya. Orang akan mengelu-elukan dinastinya sebagai orang terpandang dan kaya raya.
- Ketika syahwat kebendaan ini mendominasi keyakinan maka dunia menjadi segalanya. Gak perduli lagi halal haramnya. Semua dihantam dan penghalangnya akan dibinasakan, yang penting tujuannya mendapat kekayaan tercapai. Tak perduli orang lain menderita dan sengsara karenanya.
- Padahal 3 hal yang menyertainya di dunia, dua diantaranya akan ditinggalkannya, yaitu harta yang dikejarnya sampai mati dan keluarga yang dibanggakannya yang jadi sumber kekuatannya mencari harta, akan berpisah saat maut datang menjemput. Hanya satu yang setia menemaninya yaitu amal perbuatannya. Kalau selama ini dia terlalu sibuk mengejar harta dan mengurus keluarga terpandangnya sampai melupakan ibadah kepada penciptanya. Maka celakalah dia..!! Banyak harta tapi miskin amal. Siapkah menghadap Sang Pencipta?
- Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Inilah Orang Kaya yang Tercela"