Ikhtiar Dua Kali Lebih Keras Tapi Rezeki Tetap Saja Kurang? Why??

SALAHNYA DI MANA?

Jaman Doeloe .........
Bapak ibu kita berangkat bekerja setelah matahari terbit dan sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam....
Kita jadi selalu ketemu sama mereka karena mereka selalu punya waktu..
Walaupun memiliki banyak anak, yang namanya makan bersama itu pasti nikmat, meskipun berlauk sederhana dan harus berbagi dengan saudara yang lain.

Rumah dan halaman luas. Jadi bisa bebas berlarian, main bola, main kasti, bahkan main petak umpet di lingkungan rumah. Pulang sekolah pasti anak-anak tetangga berdatangan untuk bermain bersama di halaman.


Bahkan tidak sedikit keluarga ada yang memiliki kebun dengan pohon rambutan yang buahnya lebat merah bergelantungan, ada yang punya pohon jambu, ada yang punya pohon mangga yang seringkali dipanjat dan dimakan meskipun kecut karena masih muda..


Dan semua anak-anaknya bersekolah. 

Sekolah adalah hal yang menyenangkan. Saya ingat waktu kecil dulu bangun tidur itu sesuatu yang menyenangkan di pagi hari karena sebentar lagi bakal bersiap menuju sekolah. Berjalan kaki bersama teman-teman dan ngobrol ngalur ngidul sepanjang perjalanan..



Jaman Now....
Coba perhatikan kita yang sudah jadi bapak-ibu, banyak yang berangkat kerja subuh dan sampai rumah setelah isya. Alasannya biasanya sih mengantisipasi kemacetan. Sampe rumah udah capek, pengen cari bantal. Gak ada waktu buat ngobrol dengan anak-anak, bantuin mereka kerja PR. Bahkan kalo pun sempat ngobrol kitanya yang gak maksimal karena udah capek banget, tenaga sudah terkuras seharian di tempat kerja..

Meski kita kerjanya dua kali lipat dari orangtua kita dulu dan punya gaji yang jauh lebih besar..(logikanya ya...rezekinya lebih besar lah kuantitasnya)
Tapi.....
Rumah dan tanah yang dimiliki tidak seberapa luas dan tidak seluas rumah orang tua kita dulu.
Itupun masih ngontrak atau bayarnya masih nyicil.
Banyak keluarga muda yang takut memiliki anak banyak karena takut gak mampu ngasi makan..secara apa-apa sekarang ini mahalnya naudzubillah.                       
Kalo dipikir-pikir....
Mungkin ada yang salah dengan cara hidup kita yang konon disebut orang MODERN.
Orangtua kita dulu hidup nyaman tanpa banyak ALAT BANTU. TENANG dan damai menjalani hidupnya.
Sementara kita yang dilengkapi dengan begitu banyak alat bantu yang tugasnya mempermudah pekerjaan seperti mesin cuci, kompor gas, HP, kendaraan, TV warna layar datar, email, FB, Twitter, i-pad, ruangan ber AC, merasakan hidup yang penuh tekanan .........

Semua alat bantu itu logikanya mempermudah hidup ini. Membuat kita bisa punya banyak waktu luang, toh sebagain pekerjaan telah dibantu mesin...
TAPI TERNYATA TIDAK.
Kita selalu kehabisan waktu....
Sampai-sampai, tdk sempat kita MENIKMATI HIDUP,
karena semuanya dilakukan TERBURU-BURU.
Berangkat kerja, TERBURU-BURU...
Pulang kerja, juga TERBURU-BURU...
Makan siang, TERBURU-BURU...
Di lampu merah, TERBURU-BURU...
Berdoapun, TERBURU-BURU...
Bahkan sholatpun, TERBURU-BURU...
Hanya MATI........
Yang tidak seorangpun mau TERBURU-BURU..

Padahal waktu jaman old dengan jaman now itu sama rentangnyanya : 24 jam sehari semalam. Kok orang tua kita dulu bisa punya banyak waktu sementara kita selalu tak cukup waktu?

Belum lagi pengaturan keuangan. Kita selalu saja kurang, meski semua sudah dihitung dan dikalkulasi dengan benar, dengan bantuan kalkulator dan prosesor komputer tetap saja KURANG... Apa rezeki kita lebih sedikit dibanding ortu kita dulu? Padahal kita berikhtiar jauh lebih keras?
Tahukah anda bahwa rezeki itu bukan tentang banting tulang. Bukan tentang seberapa banyaknya jam kerja kita, bukan tentang seberapa kerasnya kita bekerja, bukan tentang seberapa banyak pekerjaan yang kita ambil, kerja utama, kerja sampingan, nambah-nambah penghasilan... Rezeki bukan itu !
Tapi bagaimana menggunakan "waktu yang terbatas" itu dengan baik, memanfaatkannya agar setiap hari kita bisa makin dekat pada Allah, makin bermanfaat bagi alam (manusia dan mahluk lainnya) dan makin baik dibanding hari kemarin lewat kerja itu...
Kalo anda dokter gunakan jam kerja anda untuk betul-betul membantu pasien, berikan diagnosa yang benar, beri obat secukupnya, sesuai kebutuhan, gak usah ngeresepin banyak-banyak karena sudah ada perjanjian dengan perusahaan farmasi. Kalo anda guru gunakan jam kerja anda untuk betul-betul membantu anak didik menjadi versi terbaik dari dirinya. Jangan asal menghukum, jangan asal ngajar, prinsip bodo amat mereka mo ngerti ato gak... Profesi yang lain juga sama, bahkan yang "hanya" tukang gerobak keliling pun bisa profesional memberikan pelayanan prima pada pelanggannya, jualan makanan yang halal tak ditambahi pewarna, pengawet ato zat berbahaya lainnya, bukan ayam tiren ato bakso celeng.....
Hindari praktek-praktek yang merugikan dan mencelakakan diri dan orang lain termasuk korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi, penggelembungan dana...

Rezeki itu sudah dijamin Allah dan akan datang sesuai dengan waktu dan cara yang ditetapkanNYA. Rezeki pasti nyampe gak akan mampir di tempat lain ato malah nyasar di tempat yang keliru. Karena yang ngirim itu Allah dan gak ada ceritanya kalo Allah bakal salah alamat. Maha Suci Allah dari ketidaksempurnaan. Berikhtiar untuk mendapatkannya itu wajib tapi caranya, prosesnya menentukan kepantasan kita mendapatkan rezeki itu. Ikhtiar nyari rezeki tapi ikhtiarnya nyuri uang kas mesjid...ya salah !! Ikhtiar nyari rezeki tapi pas waktu shalat pura-pura lupa dan gak ingat sama yang PUNYA REZEKI dan yang NGASI REZEKI. Ikhtiar diiringi ibadah tapi pas celengan mesjid lewat pura-pura gak liat.. 

Karena ketakutan akan berkurangnya harta untuk keluarga sampai-sampai kita HITUNGAN dalam MEMBERI...hitungan dalam sedekah, hitungan dalam membantu..
Sementara  Allah gak pernah hitungan dalam memberi rezeki pada kita. "Karena si Fulan bulan ini banyak bohong jadi rezekinya diskon 50%!" Allah gak gitu, Dia memberi rezeki gak pake dipotong, gak pake diskon, gak juga sedikit tapi PAS, sesuai kebutuhan hambaNya.
Bahkan karena lebih takut kehilangan pekerjaan, kehilangan klien, dimarahin bos kalo tinggalin rapat di jam-jam ibadah yang akhirnya bisa kehilangan duit (gaji) kita berani melewatkan ibadah.. trus mau rezekinya banyak??

Menjawab pertanyaan dari judul tulisan di atas. Mengapa kerja dua kali lebih keras tapi rezeki tetap saja kurang? Bisa jadi karena kita hanya fokus pada KERASnya kita bekerja tanpa memperhatikan CARAnya, PROSESnya dan MANFAATnya bagi diri dan orang lain..Plus suka lupa BERSYUKUR atas apa yang kita terima..

Selamat mencari rezeki yang halal dan berkah dengan cara, proses yang benar serta bermanfaat. Serta jangan lupa bersyukur..

Wallahu alam..

Wallahu alam..

Related : Ikhtiar Dua Kali Lebih Keras Tapi Rezeki Tetap Saja Kurang? Why??

0 Komentar untuk "Ikhtiar Dua Kali Lebih Keras Tapi Rezeki Tetap Saja Kurang? Why??"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)