ARTIKEL KE 747
Jaim itu perlu...
Entah siapa yang pertama kali menciptakan kata "jaim" yang merupakan singkatan dari jaga image. Jaim menurut wikipedia adalah perilaku yang menyembunyikan sikap aslinya, tujuannya agar orang lain tahu kalo dia memiliki sikap yang tenang dan berwibawa. Banyak orang yang sering jaim demi menjaga imagenya di hadapan orang lain, demi pengakuan dan demi penghormatan dari orang lain. Orang seperti ini akan selalu mempoles perilakunya agar nampak tenang dan berkelas, padahal aslinya dia panikan, pecicilan dan sedikit kampungan..
Jaim itu perlu..
Menjaga image sebagai manusia yang bermartabat dan tidak murahan. Tak gampang dibeli dan dibujuk dengan uang. Orang ini betul-betul menjaga kehormatan dan nama baiknya bukan demi pujian tapi karena prinsip hidupnya demikian. Agama menyuruh kita untuk menyembunyikan keburukan dan menonjolkan kebaikan pada diri kita. Tapi lakukan dengan jujur...
Berlaku baik karena memang itu yang harus dilakukan bukan demi pencitraan dan mendapatkan like di sosial media..
Jaim demi pencitraan adalah jaim yang melelahkan. Karena ukuran kita adalah banyaknya like, pengakuan orang lain atas sikap /kebaikan kita. Jika gak ada yang like dan gak ada yang komentar/mengakui performance kita jadinya kecewa, marah dan merasa tak dipedulikan. Sehingga jaim yang ini betul-betul menguras emosi, tenaga dan air mata sehingga membuat lelah jiwa dan raga.
Mengapa mesti pura-pura jaim?
Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita. Tak perlu nervous atau terlalu gugup saat bertemu orang baru atau saat berada di lingkungan baru. Karena orang pasti menilai kita dan kitapun menilai mereka. Biarkan saja orang menilai karena itu tidak penting, yang penting adalah penilaian kita atas diri sendiri.
Jaim itu perlu..
Menjaga image sebagai manusia yang bermartabat dan tidak murahan. Tak gampang dibeli dan dibujuk dengan uang. Orang ini betul-betul menjaga kehormatan dan nama baiknya bukan demi pujian tapi karena prinsip hidupnya demikian. Agama menyuruh kita untuk menyembunyikan keburukan dan menonjolkan kebaikan pada diri kita. Tapi lakukan dengan jujur...
Berlaku baik karena memang itu yang harus dilakukan bukan demi pencitraan dan mendapatkan like di sosial media..
Jaim demi pencitraan adalah jaim yang melelahkan. Karena ukuran kita adalah banyaknya like, pengakuan orang lain atas sikap /kebaikan kita. Jika gak ada yang like dan gak ada yang komentar/mengakui performance kita jadinya kecewa, marah dan merasa tak dipedulikan. Sehingga jaim yang ini betul-betul menguras emosi, tenaga dan air mata sehingga membuat lelah jiwa dan raga.
Mengapa mesti pura-pura jaim?
Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita. Tak perlu nervous atau terlalu gugup saat bertemu orang baru atau saat berada di lingkungan baru. Karena orang pasti menilai kita dan kitapun menilai mereka. Biarkan saja orang menilai karena itu tidak penting, yang penting adalah penilaian kita atas diri sendiri.
Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita..
Bagi sahabat dekat dan teman karib kita adalah pribadi yang menarik sehingga mereka betah berada di sekitar kita.
Kita istimewa dalam penglihatan orang - orang yang mencintai kita..
Bagi keluarga dan pasangan hidup kita adalah manusia yang unik dan istimewa. tak ada duanya, hanya satu-satunya sehingga kita selalu menjadi kebanggaan mereka. Meskipun kita gudangnya khilaf keluarga akan selalu memahami, karena kita adalah kecintaannya.
Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian.. Bagi mereka yang tak suka, apapun yang kita lakukan pasti ditanggapi negatif, karena matanya telah dibutakan oleh rasa benci.
(baca : 4 sikap yang menjauhkan rezeki)
Kita adalah orang jahat di dalam tatapan orang yang marah...
Orang yang perfeksionis (pemuja kesempurnaan) tak bisa mentoleransi sedikitpun kesalahan. Tak ada kata salah dan khilaf dalam kamusnya, sehingga hidupnya diliputi amarah jika terlanjur melakukan kesalahan dan melihat orang lain melakukan kesalahan. Dia lupa bahwa manusia gudangnya salah dan membuat kesalahan itu normal dan manusiawi.
(baca : kunci hidup berkah)
Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah lelah agar tampak baik di mata orang lain..
Cukup jadi diri sendiri. Tebarkan kebaikan agar jadi bermanfaat umurnya, jadi berguna waktunya dan jadi berfaedah hartanya..
Cukuplah dengan ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang tak kan pernah tergapai..karena manusia tak pernah bisa menilai secara objektif selalu berdasarkan sudut pandangnya semata.
Sedangkan Redha Allah, destinasi yang pasti sampai,
Maka tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus pada ke Ridha Allah Subhanallahu Wa Taala
Wallahu alam..
Wallahu alam..
0 Komentar untuk "Capeknya harus Jaim !"