Seni Budaya Vii Pecahan 4 Seni Teater

Teater berasal dari kata theatron (Yunani) yang artinya tempat pertunjukan, gedung atau panggung.

Dalam perkembangannya, teater memiliki beberapa pengertian:
1. Teater selaku gedung atau tempat pertunjukan (dikenal di zaman Plato).
2. Teater selaku publik atau auditorium (zaman Herodotus).
3. Teater selaku pertunjukan atau karangan yang dipentaskan.

Teater selaku karya seni diciptakan dengan cita, rasa dan karsa manusia, keberedaanya tidak sanggup lepas dari kehidupan manusia.

Di Indonesia jenis-jenis teater dibedakan menjadi dua bentuk hidangan yakni teater tradisional dan nontradisional (modern).

Teater tradisional merupakan bentuk teater yang bersumber, berakar, dan sudah dicicipi selaku milik sendiri oleh masyarakan lingkungannya.

Ciri-ciri tersebut antara lain menggunakan bahasa daerah, memiliki unsure tarian dan nyanyian, diiringi oleh musik daerah, situasi santai.

Contoh teater tradisional antara lain Makyong dan Mendu (Riau), Randai dan Bakada (Sumatra Barat), Lenong, Topeng Betawi, dan Samra (DKI Jakarta), Ketoprak dan Wayang Orang (Jawa Tengah), dan Ludruk (Jawa Timur).

Secara Harfiah fragmen berarti pecahan dari dongeng yang memperlihatkan satu kesatuan.

Meskipun merupakan pecahan dari suatu dongeng tetapi fragmen tetap memiliki pesanan tertentu yang akan disampaikan serta memiliki jalan dongeng yang utuh dan selesai.

Sehingga fragmen sanggup dijadikan suatu pementasan tersendiri tanpa mesti menanti kelanjutan dongeng berikutnya.

Untuk sanggup bangun sendiri maka naskah-naskah fragmen sengaja diciptakan tanpa mesti mengambil atau mencupliknya dari pecahan sebeuah cerita.

Fragmen memiliki perwatakan tokoh yang sederhana. Plot atau alurnya tidak bercabang serta durasi yang dikehendaki tidaklah lama.

Akan tetapi, dalam kaitannya dengan latihan tugas maka abjad pemain atau tabiat tugas menerima perhatian lebih.

Dengan demikian, fungsi fragmen dalam latihan tugas lebih ditekankan pada studi (satu jenis) karakter.

Pemahaman pemeran kepada abjad tokoh yang diperankan serta teknik-teknik dasar yang mendukung pemeranan abjad sanggup dilatihkan.

Untuk itu maka naskah yang akan diekspresikan sebisa mungkin dipahami serta dihafalkan dengan baik apalagi dahulu.

Tubuh merupakan elemen dasar dalam bermain teater.

Tubuh merupakan bahasa symbol dan instruksi dalam bermain teater. Tubuh lewat gestur merefleksikan abjad atau tabiat tokoh yang sedang diperankan.

Teknik olah tubuh merupakan gerakan-gerakan sebagian atau keseluruhan tubuh insan yang mesti dikuasai seorang pemain teater.

Hal utama yang mesti dilaksanakan pada latihan olah tubuh merupakan melakukan latihan dalam keadaan bugar, segar dan menyenangkan.

Ada beberapa hal yang perlu diamati dalam latihan teknik olah tubuh selaku berikut:
  • Mimik merupakan ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk pertanda emosi yang dialami pemaian.
  • Ekspresi termasuk teknik-teknik penguasaan tubuh, seumpama relaksasi, kosentrasi, kepekaan, kreativitas dan keseimbangan dalam berpikir.
  • Gestur merupakan perilaku atau pose tubuh pemeran yang memiliki arti/makna. Seoranf pemain mesti mengetahui bahasa tubuh, baik bahasa tubuh budaya sendiri maupun bahasa tubuh budaya lain.

Adapun latihan-latihan yang sanggup dilaksanakan merupakan selaku berikut:
  • Latihan menggerakan tubuh yakni gerakan pecahan dada, perut, kaki, dan tangan. Latihan menagtur posisi tubuh, yakni dengan cara tubuh miring, tegak, membungkuk, melentang, dan banyak sekali gerak tubuh.
  • Latihan menggerakan otot lewat gerakan-gerakan seumpama latihan menggerakan otot leher, latihan otot kaki, otot lengan, otot sekitar mulut, dan otot perut.
  • Latihan relaksasi yang berafiliasi dengan emosi dan mengendurkan otot, melepaskan semua ketegangan dan memperlambat semua ketegangan, dan memperlambat semua gerakan.

Selain latihan-latihan fisik diatas, latihan olah tubuh dapat juga dilaksanakan dengan cara menirukan gerakan yang tak bisa seperti:
  • Gerak dasar berencana yakni gerakan yang meirukan gerak dan air tampang (mimic) yang berencana tertentu seumpama memanggil, berlari, melempar, melompat, dan menyetop bus.
  • Gerak dasar menirukan alam merupakan gerakan yang dilandasi penafsiran kepada gejala-gejala alam. Bentuk latihannya sanggup berupa menirukan gerakkan pohon cemara yang ditiup angin, menirukan gerak binatang, atau menirukan gerakan angin ribut.
  • Gerakan berpindah tempat merupakan gerakan yang dilaksanakan pemain teater dari satu tempat berpindah ke tempat lain. Misalnya dari depan berpindan ke belakang dan sebagainnya.
  • Gerakan berpaling sanggup dilaksanakan dengan banyak sekali cara. Misalnya, memalingkan kepala, tubuh, ataupun memutar seluruh badan.
  • Gerakan meiningkatkan posisi tubuh sanggup dilaksanakan dengan cara menengadahkan kepala dari posisi menunduk, menagcungkan tangan dari posisi terkulai, dari perilaku berbaring menjadi duduk dan sebagainya.

TULISANNN
Pada dasarnya, aktik merupakan memperlihatkan keindahan dan kemampuan seorang pemain dalam merealisasikan banyak sekali pikiran, emosi, perasaan, dan sosok tugas yang sedang dimainkan.

Seorang pemain mesti memiliki kesanggupan untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya. Untuk mewujudkannya maka seorang pemain teater mesti berlatih fokus dan olah rasa.

Adapun latihan yang sanggup dilaksanakan untuk olah rasa merupakan selaku berikut:

1. Meditasi
Meditasi artinya menenangkan pikiran. Dalam teater sanggup diartikan selaku pemusatan anggapan kepada jerih payah untuk menenangkan dan memusatkan anggapan dengan tujuan untuk menerima kestabilan diri.

2. Konsentrasi
Konsentrasi secara lazim berarti pemusatan. Dalam teater, fokus diartikan selaku pemusatan anggapan kepada alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan mudah-mudahan tidak terusik dengan pikiran-pikiran sehingga kita sanggup menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

3. Observasi
Observasi merupakan suatu tata cara untuk mempelajari atau mengamati seorang tokoh. Hal yang diobservasi antara lain, tingkah laku, cara hidup, kebiasaan, pergaulan, cara bicara, dan sebagainya.

Setelah kita mengenal segala sesuatu mengenai tokoh tersebut, kita akan mengenali wujud dari tokoh itu dan menirukaannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita inginkan.

4. Ilusi
Ilusi merupakan bayangan atas sesuatu insiden yang akan terjadi maupun yang sudah terjadi. Kejadian itu sanggup berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan sebagainya.

5. Imajinasi
Imajinasi merupakan suatu cara untuk menilai sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Jika delusi objekny merupakan peristiwa, maka objek imajinasinya merupakan benda atau sesuatu yang dibendakan.

Tujuannya mudah-mudahan kita tidak hanya senantiasa menggantungkan diri pada benda-benda yang konkret. Kemampuan untuk berimajinasi betul-betul diuji di saat kita sedang memainkan suatu pantomim.

6. Emosi
Emosi sanggup diartikan selaku sebutan perasaan. Emosi sanggup berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dan sebagainya.

Dalam teater, seorang pemain mesti sanggup mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memperlihatkan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang abjad tokoh tersebut.

Emosi juga sungguh mensugesti tubuh yakni tingkah laku, roman tampang (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, dan niat.

Niat disini muncul sehabis emosi itu terjadi umpamanya sehabis murka maka muncul niat untuk memukul.

7. Pikiran
Pikiran merupakan alat batin untuk berpikir dan mengingat. Pikiran sanggup pula berarti angan-angan, gagasan, dan pertimbangan-pertimbangan.

Pikiran bersahabat kaitannya dengan intelegensi. Bagi seorang aktor, anggapan merupakan alat batin untuk menyodorkan keinginan, gagasan, atau pendapat.

Pikiran juga merupakan kesanggupan menangkap, menafsirkan, dan menganalisis.

Beberapa teknik olah anggapan antara lain, teknik olah anggapan dari jiwa, teknik olah anggapan dari mengenang abjad tokoh, dan teknik olah anggapan dari pancaindra.

Yang mesti disediakan dalam suatu pertunjukkan merupakan cerita. Cerita yang akan ditampilkan oleh para pemain ditulis ke dalam suatu naskah.

Naskah teater lebih dipahami selaku skenario. Skenario merupakan inspirasi dongeng yang dituangkan penulis menjadi suatu alur dongeng dan susunan penokohan.

Naskah teater sanggup menceritakan banyak sekali hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain masalah politik, korupsi, pencurian, kehidupan rumah tangga, atau banyak sekali insiden yang lain yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah naskah yang bagus mesti memiliki tema, pemain/lakon, dan alur/plot cerita. Adapun unsur-unsur dalam menyusun naskah teater termasuk berikut:

1. Tema
Tema merupakan unsur yang sungguh penting dalam penulisan naskah, baik puisi, prosa, maupun drama.

Tema merupakan ide pokok yang terkandung dalam drama. Tema dikembangkan lewat alur dramatik lewat pembicaraan tokoh-tokohnya.

Tema drama umpamanya kehidupan, persahabatan, kesedihan, dan kegembiraan. Kriteria tema yang bagus merupakan aktual, tidak menyinggung SARA dan menampung suatu pembelajaran.

2. Alur/Plot
Alur merupakan suatu struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam suatu dongeng yang disusun secara kronologis.

Alur juga berarti suatu rangkaian dongeng sejak permulaan hingga akhir.

Alur menertibkan bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam dongeng mesti berhubungan satu sama lain, umpamanya seumpama bagaimana suatu insiden berhubungan dengan insiden lainnya, kemudian bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan di dalam dongeng yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu.

3. Pemain/Lakon
Dalam dongeng drama, lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi pelopor cerita. Oleh sebab itu, seorang lakon haruslah memiliki karakter, mudah-mudahan sanggup berfungsi selaku pelopor dongeng yang baik.

Di samping itu, dalam naskah teater akan diputuskan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya terdapat tiga dimensi yang ditentukan, yakni dimensi psikologis, fisiologi, dan sosiologi.

4. Latar/Setting
Latar/setting merupakan penggambaran mengenai waktu, tempat, dan situasi terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.

Tokoh-tokoh dalam dongeng hidup pada tempat dan waktu (masa) tertentu.

Oleh sebab itu, peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokoh dongeng terjadi pada waktu dan tempat tertentu pula.

Latar sanggup bersifat faktual atau imajiner. Fungsi latar merupakan memperkuat atau mempertegas kepercayaan penonton kepada jalannya suatu cerita.

Dengan demikian, apabila penontoh sudah menerima latar selaku sesuatu yang benar, beliau akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang ada dalam latar itu.

Related : Seni Budaya Vii Pecahan 4 Seni Teater

0 Komentar untuk "Seni Budaya Vii Pecahan 4 Seni Teater"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)