PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF |
Apa itu pembelajaran kooperatif ? Tentu kita tidak akan puas memahami pengertian atau makan pembelajaran kooperatif tanpa mengetahui pendapat para jago ihwal pembelajaran kooperatif. Berikut ini sedikit penjelasn tantang beberapa pendapat para jago ihwal pembelajaran kooperatif, diantaranya:
1. Muslimin Ibrahim dkk (2000:2-11)
Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan (reward). Struktur kiprah mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis aktivitas yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Pada pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu kiprah bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menuntaskan tugasnya.
Struktur tujuan suatu pembelajaran ialah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada ketika mengerjakan kiprah mereka. Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan tersebut. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jikalau dan hanya jikalau siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Satu sama lain saling tergantung untuk mencapai tujuan yang kelompok mereka.
Pada struktur penghargaan pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh semua anggota kelompok bukan disebabkan oleh keberhasilan satu atau dua orang. Mereka akan menyebarkan penghargaan seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur yang penting sebagai berikut:
1) Setiap anggota dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2) Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, menyerupai milik mereka sendiri.
3) Semua anggota dalam kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4) Setiap anggota membagi kiprah dan tanggung jawab yang sama.
5) Setiap anggota dikenakan penilaian atau diberikan penghargaan.
6) Setiap anggota menyebarkan kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk mencar ilmu bersama.
7) Setiap anggota diminta mempertanggung jawabkan secara individu yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan:
1) Hasil mencar ilmu akademik.
Meskipun pada pembelajaran kooperatif meliputi banyak sekali macam tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas belajar.
2) Penerimaan terhadap keragaman (ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, ketidakmampuan).
3) Mengembangkan ketrampilan sosial.
Tujuan pembelajaran ini sangat penting lantaran mengajarkan kepada siswa keterampilan untuk bekerja sama. Disamping itu pembelajaran ini sanggup membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Di dalam masyarakat banyak pekerjaan orang cukup umur dilakukan dalam organisasi yang saling tergantung satu sama lain.
Dalam pembelajaran guru mempunyai peranan yang penting, oleh alasannya ialah itu perlu diambil langkah-langkah persiapan pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Guru memberikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
2) Guru memberikan informasi.
3) Guru mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
4) Guru membimbing kelompok-kelompok mencar ilmu pada ketika mereka mengerjakan tugas.
5) Guru mengadakan penilaian hasil belajar.
6) Guru memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
2. W Gulo (2002:127-131)
Menurut W Gulo (2002:127-131), Pada pembelajaran kooperatif terdapat lima ciri-ciri pokok yaitu:
1) Interaksi
Anggota-anggora suatu kelompok terikat pada pokok pembicaraan tertemu. Keterikatan pada pokok pembicaraan ini menjadikan komunikasi. lni terjadi dalam bentuk tatap muka, walaupun dengan kemajuan teknologi komunikasi sanggup juga terjadi melalui alat komunikasi (telepon, televisi).
Di dalam kelompok, seseorang berbicara, yang lain mendengar, ada juga yang bertanya dan ada yang menjawab, ada yang berbicara penuh emosi, ada juga yang mendebat yang lain, dan sebagainya. Kadang-kadang ada anggota kelompok yang berfungsi juga sebagai narasumber bagi kelompoknya. Tetapi tak jarang juga terdapat anggota yang tidak berbicara, tidak menyumbangkan pendapat, yang menciptakan kelompok menjadi kurang efsien dan kurang kohesif. Hal ini bisa terjadi lantaran merasa abnormal di dalam kelompok, rasa malu, takut berkata salah, merasa tertekan, dan sebagainya. Hal-hal semacam ini perlu diatasi supaya interaksi dalam kelompok lebih intensif.
2) Tujuan
Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersarna yang jelas. Tanpa tujuan yang jelas, maka kelompok itu mengalami disintegrasi. Tujuan yang kurang jelas mengakibatkan kurangnya motivasi di antara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan. Ikatan kelompok menjadi kurang kukuh, kohesivitasnya lemah.
3) Kepemimpinan
Saat diskusi kelompok. Ada interaksi di antara satu dengan yang lain, dan pernbicaraan itu terarah pada satu tujuan. Juga ada kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan ini tidak selalu berada pada diri seseorang tetapi sanggup berpindah-pindah dari satu kepada yang lain. Pada ketika seseorang berbicara, maka dialah pemimpin pembicaraan di dalam kelompok.
Perpindahan fungsi kepemimpinan ini berjalan dengan sendirinya tanpa mengganggu kelancaran arus pembicaraan dalam kelompok itu. Sering juga kepemimpinan suatu kelompok ditetapkan secara formal oleh anggota-anggota kelompok sendiri. Hal itu dilakukan supaya pembicaraan berjalan secara berdisiplin dan terarah pada tujuan. lni tidak berarti bahwa fungsi kepemimpinan menumpuk pada diri seseorang. Fungsi kepemimpinan itu dibagi-bagi di antara anggota kelompok guna memanfaatkan secara optimal kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap anggota. Tingkah laris yang tampak dalam fungsi kepemimpinan itu ialah:
a) Prakarsa (insentif), mengemukakan pendapat ihwal apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana mengerjakan¬nya di dalam kelompok.
b) Menyumbang informasi, memberi warta yang relevan guna membantu kelompok menuntaskan masalah.
c) Pendapat, yaitu memberi pendapat ihwal sesuatu yang dibicarakan atau yang dikerjakan.
d) Klarifikasi, memperjelas dan mempertegas kembali pendapat anggota lain sehingga setiap anggota memahami dengan jelas.
e) Kontrol, meyakinkan bahwa pekerjaan telah terealisasi sebagaimana mestinya pada tahap-tahap tertentu.
f) Standar, mengemukakan tolok ukur atau patokan untuk mengidentifikasikan kualitas dari urunan pendapat dan partisipasi anggota.
g) Harmonisasi, mengurangi ketegangan atau konflik yang muncul dalam kelompok.
h) Perangkuman, yaitu meninjau ulang dan menyimpulkan apa yang telah dilakukan.
i) Regulasi, menjaga adanya giliran berbicara yang lebih merata di antara anggota kelompok.
4) Norma
Seriap anggota dalam kelompok terikat pada norma-norma tertentu. Umumnya norma-norma tersebut bersifat implisit tetapi sering juga dinyatakan secara eksplisit. Norma-norma tersebut harus ditaati oleh anggota kelompok, seperti: tidak berbicara keras-keras, dilarang melarang anggota lain berbicara, berbicara tidak lebih dari 3 menit, berbicara melalui pimpinan kelompok, dan sebagainya. Ketaatan pada norma-norma ini akan menciptakan kelompok lebih kohesif dan efisien.
5) Emosi
Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan-cetusan emosional tertentu. Rasa bosan, kecewa, senang, kesal, tertarik, merasa ditolak, merasa bangga, dan sebagainya, semuanya bisa terjadi jikalau setiap orang aktif di dalam kelompok. Untuk membina perasaan-perasaan positif, setiap anggota harus mengakui kehadiran sesamanya. Di dalam pembelajaran, seseorang berbicara, yang lain mendengar, ada juga yang bertanya dan ada yang menjawab, ada yang berbicara penuh emosi, ada juga yang mendebat yang lain, dan sebagainya.
Peran guru sangat penting di dalam pembelajaran yaitu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif dan mengurangi faktor-faktor negatif. Ini penting supaya tujuan pembelajaran sanggup mencapai optimal. Sebelum masuk ke dalam pembelajaran kooperatif, guru harus mengetahui niscaya bahwa setiap siswa telah mengetahui tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dari pemahaman kita ihwal ciri-ciri kelompok, sanggup dilihat faktor-faktor yang mensugesti kelompok, antara lain:
1) Anggota kelompok yang sok tahu, yang selalu tidak oke dan tidak menghargai pendapat orang lain. Sifat demikian sanggup menghambat proses kerja kelompok dan mengurangi kekompakan.
2) Anggota yang selalu berbicara terlalu banyak sehingga anggota yang lain bersifat pasif dan hanya berfungsi sebagai pendengar.
3) Status sosial anggota, kemungkinan ada anggota yang statusnya lebih tinggi dan kurang bisa mengintegrasikan diri dengan anggota-anggota lainnya.
4) Perasaan ragu, interaksi antar anggota sanggup pula terhambat lantaran ada anggota yang ragu-ragu mengemukakan pendapatnya lantaran terlalu memperhitungkan reaksi orang lain terhadap apa yang akan dikemukakannya.
5) Merasa rendah diri, sehingga gampang tersinggung jikalau dikritik, reaksi berlebihan jikalau menerima kebanggaan menganggap bahwa semua kecaman atau kritikan diarahkan pada dirinya, suka mengecam atau merendahkan orang lain.
6) Anggota yang selalu siap membantu, baik dalam memperlihatkan informasi, saran atau tenaga yang diharapkan dalam proses kerja kelompok.
7) Besarnya kelompok, makin besar kelompok, makin kurang intensif interaksi dan makin usang proses kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
3. H. Erman Suherman dkk (2003:260-262)
Pembelajaran kooperatif meliputi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menuntaskan suatu masalah, mengerjakan kiprah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar para siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menuntaskan problem secara sendiri-sendiri atau para siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menuntaskan seluruh pekerjaan kelompok. Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif biar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :
1) Para siswa tergabung di dalam suatu kelompok yang harus merasa bahwa mereka ialah cuilan sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.
2) Para siswa tergabung di dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa problem yang mereka hadapi ialah problem kelompok dan berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.
3) Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang bergabung dalam kelompok itu harus bicara satu sama lain dalam mendiskusikan problem yang dihadapinya.
Ada beberapa cara memakai pembelajaran kooperatif bagi siswa di sekolah:
1) Memanfaatkan kiprah pekerjaan rumah.
Dibentuk beberapa kelompok siswa dengan ukuran antara tiga hingga lima orang setiap kelompoknya. Untuk memulai siswa mencar ilmu mereka diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumahnya antara anggota kelompoknya. Pada ketika diskusi antar siswa dalam kelompok sedang berlangsung, guru sanggup membimbing memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dengan memberi pertanyaan-pertanyaan kunci atau saran-saran tertentu. Bila perlu sanggup memperlihatkan perhatian secara individual untuk siswa yang tidak aktif.
2) Pembahasan bahan gres .
Setelah guru memberikan bahan pelajaran, para siswa bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan menuntaskan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Jika diperlukan, selanjutnya guru memimpin diskusi ihwal pekerjaan kelompok itu yang membutuhkan penjelasan.
Untuk mengoktimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, keanggotaan sebaiknya heterogen, baik dari kemampuan maupun karakteristik lainnya. Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok-kelompok tersebut
4. Mohamad Nur dan Prima Retno Wikandari (2000:25)
Menurut Mohamad Nur dan Prima Retno Wikandari (2000:25), Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode-metode pengajaran suatu kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
5. Dimyati dan Mudjiono (2002:165-169)
Pada pembelajaran kelompok umumnya terdiri dari 3-8 orang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil ini, guru memperlihatkan pemberian atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini sanggup terjadi dikarenakan :
1) Hubungan antar guru dan siswa menjadi lebih sehat dan akrab.
2) Siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan minat.
3) Siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan.
Pada pembelajaran secara kelompok mempunyai ciri-ciri yang menonjol sanggup ditinjau dari segi: tujuan pembelajaran, siswa dalam pembelajaran, guru sebagai pembelajar, jadwal pembelajaran, dan orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran.
1) Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran pada kelompok kecil ialah
a) Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan problem secara rasional.
b) Mengembangkan sifat sosial dan semangat bergotong royong dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mendinamiskan aktivitas kegiatan kelompok dalam mencar ilmu sehingga setiap anggota merasa diri sebagai cuilan dari kelompok yang bertanggung jawab.
d) Mengembangkan kemampuan kepemimpinan- keterpimpinan pada setiap anggota kelompok dalam memecahkan problem kelompok.
2) Siswa dalam Pembelajaran
Siswa dalam kelompok mencar ilmu ialah anggota kelompok yang mencar ilmu untuk memecahkan problem kelompok. Kelompok merupakan merupakan satuan kerja yang kompak kohesif. Ciri-ciri kelompok yang menonjol sebagai berikut
a) Setiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok.
b) Setiap siswa merasa diri mempunyai tujuan bersama berupa tujuan kelompok, mempunyai rasa saling membutuhkan dan saling tergantung.
c) Ada interaksi dan komunikasi antara anggota.
d) Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.
3) Guru sebagai Pembelajar
Peranan guru dalam pembelajaran terdiri dari
a) Membentuk kelompok.
b) Merencanakan kiprah kelompok.
c) Melaksanakan pembelajaran.
d) Evaluasi hasil mencar ilmu kelompok.
4) Program Pembelajaran
Program pembelajaran kelompok memperlihatkan tekanan utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok Pembelajaran kelompok kecil merupakan taktik pembelajaran “antara” untuk memperhatikan individu. Pembelajaran kelompok sanggup dapat ditempuh guru dengan jalan :
a) Membagi kelas kedalam beberapa kelompok kecil.
b) Membagi kelas dengan memberi kesempatan untuk mencar ilmu perorangan dan berkelompok kecil.
5) Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan Pembelajaran
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran ialah peningkatan kemampuan kerja kelompok yaitu mencar ilmu kepemimpinan dan keterpimpinan.
Berdasarkan pendapat para pakar maka sanggup diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif meliputi beberapa langkah aktivitas yang harus dilakukan:
1) Banyaknya anggota kelompok hendaknya tidak terlalu banyak yaitu antara 3 – 8 siswa.
2) Anggota kelompok hendaknya heterogen
3) Semua anggota kelompok mempunyai rasa kebersamaan, keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan bersama dan kegagalan kelompok merupakan kegagalan semua anggota. Keberhasilan kelompok mencerminkan keberhasilan individu para anggotanya.
4) Dalam suatu kelompok harus ada yang memimpin dan yang rela dipimpin.
5) Dalam pembelajaran, kelompok yang berhasil diberi penghargaan dan yang kurang berhasil diberi motivasi biar berhasil dan guru memberi pemberian secara individu kepada siswa yang lemah.
6) Pembelajaran kelompok sanggup meningkatkan keaktifan siswa.
7) Peran guru sangat penting pada pembelajaran terutama untuk meminimalisir efek negatip dari pembelajaran kooperatif. Oleh alasannya ialah itu guru harus memantau jalannya diskusi.
0 Komentar untuk "Pendapat Para Andal Ihwal Pembelajaran Kooperatif"